Assalamu'alaikum, Alexandria !
I'm here now! And I'm Alexandria..Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kurasakan saat ini. Mimpi terasa seperti nyata dan yang nyata terasa menjadi mimpi.
Inilah saatnya. Saat aku berada di sini, di tempat yang sejak dulu kuimpikan untuk kukunjungi.Awal perjalanan kami dimulai dengan mencari tempat peristirahatan, pastinya. Dari Bandara kami berjalan kaki sambil mencari taxi.
Biarlah orang mengataiku 'norak' atau apalah, terserah. Ya, aku yang sejak turun dari pesawat tampak celinguk-celinguk melihat-lihat keadaan di sini. Aku kira di tempat ini hanya akan menemukan wajah-wajah Timur Tengah sebagai wajah asli penduduk Mesir. Namun ternyata orang-orang berkulit putihpun--alias bule-- juga nampak berkeliaran. Mungkin mereka turis-turis yang ingin berkunjung pula. Karena memang Mesir menyimpan banyak sejarah yang memiliki daya tarik. Seperti Sungai Nil, atau jejak peninggalan Fir'aun juga Sang Ratu Cleopatra."Kamu ngapain sih?" tanyaku sedikit risi saat Rayhan memotret seorang perempuan Mesir yang berjualan kain di tepian jalan di luar Bandara.
"Kenapa? Cemburu?"
"Heh, engga. Ngapain aku cemburu?"
"Yaudah kalo emang gak cemburu. Mendingan kamu masuk kerumunan penjual itu, nanti aku potret!"
"Ih, buat apaan?" Rayhan mendorongku pelan menuju kerumunan. Lalu memotretku.
"Cantik,"komentarnya melihat hasil potretan.
"Soalnya kameranya bagus, kan?"
"Emang kamunya aja yang cantik,"
"Iya gitu? Sejak kapan aku cantik?"
"Menurut kamu?"
"Em, sejak kamu yang motret aku?"
Rayhan malah tertawa. Kenapa coba dia tertawa? Aku lagi tulalit, lagi gak bisa nebak.
"Mau coba?"tawarnya menyodorkan kamera di tangannya. Aku mengangguk.
Rayhan mengajarkanku cara memotret. Tidak terlalu sulit. Hanya saja aku sedikit gugup memegang kamera jenis DSLR yang harganya pasti tidak murah. Takutnya aku lengah, jatuh, lalu rusak.
Jika sebelumnya Rayhan tqng memotretku, kali ini aku yang akan memotretnya. Dia berdiri agak jauh di depanku membelakangi Bandara, tersenyum sambil menenteng sebuah koper. Siap untuk kupotret.
"Udah?"
"Eh, belum."aku agak tersentak sedikit.
"Kok lama sih?"
"Em, tadi.. aku sedikit lupa caranya, tapi sekarang udah inget kok."aku berbohong. Itu hanya alasanku untuk bisa berlama-lama menatap senyum Rayhan dari balik lensa. Karena jarang sekali hal itu terlihat.
Hehe, maaf, maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Tak Sederas Rindu
RomanceBerawal dari ketaatan pada Sang guru, Sandra seorang gadis biasa akhirnya ia tau bahwa Tuhan tak selalu menurunkan hujan. Ada kalanya ia akan berhenti, membuka jalan untuk cahaya masuk di kehidupannya. Hujan itu indah. Seperti langit tengah menangis...