8 Tahun lalu
JFK Airport
"Jangan pergi, don't you dare to leave me." Aku menahan tangannya tak memperdulikan keramaian disekitar, fokus ku kini hanya pada dia, pria yang ku anggap belahan jiwa ku selama ini.
"I have to, aku sudah membicarakan ini pada ayah mu. Aku memutuskan pertunangan kita." Ucapnya dengan nada datar seolah memutuskan pertunangan yang terjalin seumur hidup ku semudah membalik lembar koran. Tak ada pria lain sebelum Kleith karena hanya dia pria yang benar-benar menyentuhku pria yang memang ditakdirkan untuk ku.
Kleith lebih tua empat tahun dari ku dan Rexan, ayah menjadikannya tunangan ku saat dia bertolak pergi ke Mesir melakukan penelitian mumi entah milik siapa. Kleith menjaga ku, aku menyukainya sejak awal bertemu, pertungan kami berjalan baik hingga beberapa waktu lalu Kleith dan aku bertengkar hebat dan aku memutuskan pertunangan kami.
Saat itu hati ku terasa remuk menerima kenyataan Kleith tak bersedih atau meminta kembali. Sebaliknya Kleith bersenang-senang meniduri banyak wanita dan... dan aku hanya dapat melihat dengan perasaan remuk.
Hubungan kami kembali membaik saat pesta kelulusannya dari universitas Kleith dengan manis meminta ku menjadi pasangan prom night-nya dan aku merasa kembali hidup. Semua berjalan baik seperti dulu namun aku salah bak tsunami yang menarik air kekeringan lalu memuntahkan gelombang mahadahsyat memporak porandakan sekitar begitu juga hubungan ini.
Tiba-tiba Kleith memutuskan hubungan, kali ini secara resmi bukan hanya diantara kami saja. Kleith telah berbicara pada orang tua ku dan orang tuanya dan mereka sepakat mengakhiri pertungangan ini sementara aku... aku merasa tak rela.
Aku mencintai Kleith enam tahun ini, enam tahun kami bersama Kleith segalannya bagi ku. First kiss, first orgasm, first in everything. Dia juga seharusnya menjadi yang terakhir.
"Kleith kau kenapa? Kenapa berlaku begitu dingin, mengapa kau mengabaikan ku?" Aku menatap mata biru Kleith dengan mata berair ku, kini walau terasa amarah membara dihati ku lantaran aku merasa tak cukup berharga untuk dia pertahankan namun rasa takut kehilangan separuh jiwa ku lebih menuntut seolah aku akan merelakan nyawa ku untuk mempertahankannya.
"Aku bosan, APA? Apa katanya? Dia bosan, tentu kata bosan itu merujuk pada hal lain, mungkin pada kegiatan belajar yang baru terhenti beberapa hari lalu, benarkan? Dia tak mungkin bosan pada ku, tidak, otak ku mencoba menyangkal namun kata kata selanjutnya membakar hati ku. Aku bosan pada mu Kate, aku ingin pergi jauh mungkin ke Eropa dan mencicipi gadis-gadis disana."
Tanpa sadar air mata ku jatuh, bibir ku bergetar dan pandangan ku berkabut. Tega benar pria ini, tega sekali dia mengatahan kata bosan sementara aku yang enam tahun bersamanya ini tak kenal kata bosan menyangkut dirinya.
"Tidak, jangan pergi, aku..aku bisa jadi wanita yang kau inginkan Kleith... tetaplah disisi ku." Pinta ku, aku yang memiliki harga diri tinggi ini tak terbiasa merendah namun kali ini aku memberi pengecualian.
"Tidak kau tidak bisa, bocah pemarah kekanakan, bertingkah kasar pembuat onar. Tiap tingkah mu tak mencerminkan keanggunan hingga terlihat nyaris seperti gorila, aku harus pergi pesawat ku sebentar lagi takeoff."
"Kau...b..bre..brengsek." Jerit ku, seolah mengenggam lava aku cepat melepaskan penganggan ku ditangannya dan melangkah gontai keluar bandara tanpa melihat lagi kebelakang, pria itu... semoga aku tak melihatnnya lagi dimasa depan karena jika itu terjadi aku tak yakin pria itu akan tetap menghirup nafas dengan tenang. Namun sebelum itu aku... aku akan menangisi kebodohan ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/19040138-288-k436948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinfully Revenge (#2 Crush on You series)
RomanceKatherine C. Peth 27 tahun 8 tahun lalu adalah hari terburuk dalam hidup ku Tunangan yang ku harap sehidup semati bersama ku mengatakan satu kata yang merubah hidup ku. Dihari itu aku bersumpah akan membalas rasa sakit hati ini padanya. Pada akhirny...