Cahaya sang mentari menerpa wajah jelita milik sang gadis, matanya yang awalnya tertutup, perlahan terbuka merasakan silau mentari yang terasa begitu hangat, tubuhnya terduduk sembari mengumpulkan nyawa yang semalam melayang terjebak dalam bunga tidur, matanya menatap jendela kamar yang terbuka begitu lebar, dalam hati memaki kebodohan karena sepertinya semalam ia lupa menutup jendela kamar.
Mengingat-ingat apa yang membuatnya melupakan hal sepele itu, dan akhirnya terkejut dengan cepat kepalanya menoleh ke arah samping membelalakkan mata ketika mendapati jam digital yang tergeletak di atas nakas sudah menunjukan pukul 8 pagi.
"AH AKU TELATTTTTT!"
*****
Setelah berjam-jam mempersiapkan diri untuk hari penting ini, sang gadis menatap cermin tersenyum imut merasa percaya diri dengan penampilannya akhirnya memutuskan keluar dari kamar bernuansa merah jambu, dengan langkah tergesa menuruni tangga yang berada dalam rumahnya.
Kaki jenjangnya dengan terburu mendekat ke arah meja makan yang nampak rapi, di atasnya terdapat sepiring roti bakar keju dengan telur mata sapi, tak lupa sticky note berbentuk hati yang tertempel di samping piring.
Tangannya meraih roti tersebut dengan tergesa menggigit, membaca sekilas sticky note yang tertempel.
"Maaf, Ibu dan Ayah harus pergi pagi sekali. Semoga harimu menyenangkan sayang❤️
n.b jangan melewatkan jam-mu!"
Sang gadis hanya tersenyum kecil ketika mengetahui isi dari sticky note, "Pasti tulisan Ibu," gumamnya dalam hati.
*****
"Aku pergi!"
Berlari kecil menuju stasiun untuk menaiki kereta melesat ke pusat Kota Shinjuku.
Jujur saja hari ini [Name] benar-benar merasa gugup lebih dari biasanya, pertama kali selama ia mengenal Jakurai, ia bisa pergi ken---ah lagi-lagi pipinya memanas--uh rasanya lebih memalukan daripada menyatakan perasaan.
Akhirnya [Name] sampai di taman yang sudah dijanjikan, sambil melirik arloji kecil yang ia pakai, [Name] senantiasa mengulas senyum.
10 menit.
20 menit.
30 menit.
3 jam kemudian.
[Name] masih setia menunggu kedatangan Jakurai, ia berpikir bahwa Jakurai mungkin saja mendapat pekerjaan mendadak karena pria tersebut seorang dokter tentu saja akan selalu mendapat hal yang mendadak.
Semilir angin kian menguat, diliriknya awan yang mulai menghitam, padahal sebelum ia berangkat awan masih senantiasa berwarna putih dengan pancaran sinar matahari dibaliknya.
"Sensei," harap kecil [Name] dalam hati.
Bodoh? Tentu saja, iya.
Tiga jam ia senantiasa menunggu namun seseorang yang ia tunggu tidak kunjung datang.
Berdiri lalu duduk, berdiri lagi lalu duduk lagi, itu yang [Name] lakukan untuk melepas bosan, taman yang awalnya dipenuhi banyak orang kini hanya tersisa dirinya, bahkan penjual balon dan truk eskrim pun sudah meninggalkan taman sedari tadi.
Jujur saja, gadis itu ingin melangkah kembali ke kediamannya hanya saja hati selalu berpikir optimis bahwa Jakurai akan datang.
Tes!
Mendongakkan kepala mendapati tetesan air mulai mengguyur jalan beton berlapis aspal, dengan cepat [Name] berlari mencari tempat peneduhan, didapatinya halte bus dengan langkah cepat dan hati-hati ia mendekat.
Mendengar tetesan air bagai lullaby pengantar tidur, ia pikir bahwa lebih baik jika ia mendekam didalam kamar sambil bergelung dengan selimut tak lupa beberapa cookies dan cokelat hangat.
Menggosok kedua tangan mencari kehangatan, meniup sedikit, terlihat kedua telapak tangannya sudah memucat, bibirnya mulai bergetar.
"Sensei pasti datang!" Lagi-lagi pemikiran optimis menyerang.
Sampai akhirnya ia tersadar bahwa selama apapun ia menunggu, Jakurai tidak akan pernah mendatangi dirinya.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Us This Way • Jakurai Jinguji
Fanfiction[FIN] "When we first met, I never thought that I would fall for you." Jinguji Jakurai×Reader! [AU!Hypnosis Mic doesn't exist] Hypnosis Mic © IDEA Factory, KING RECORD, Otomate. 27 Mei 2019 - 05 Juni 2019.