03

484 94 1
                                    

Sudah hampir sebulan setelah kejadian kencan yang gagal terealisasikan, hampir sebulan juga rasa bersalah dan bingung menggerogoti hati kecil Jakurai. Jujur saja meski gadis itu mengatakan bahwa semua baik-baik saja namun Jakurai merasa masih ada yang mengganjal.

Ya, setelah tiga jam Jakurai membuat gadis muda itu menunggu, akhirnya pria berurai keunguan itu menelepon dan memberi kabar. Masih membekas ucapan gadis muda itu dalam ingatannya diseberang sana.

-Flashback on-

"Halo?"

"I-iya?"

Suara kentara bergetar menyahut diseberang sana, rasa cemas kian menjalar di hati Jakurai.

"Kau sedang berada di mana, [Name]-kun?" Tanpa basa-basi Jakurai bertanya.

"A-ah! A-aku di rumah, iya berada di rumah,"

"Benarkah?"

"I-iya!"

"Kau sedang tidak berbohong kan, [Name]-kun?"

"A-ha-hahahaha mana mungkin Sensei, kau juga pasti tahu jika seseorang sedang berbohong."

Terdiam sejenak

"Sensei?"

"Maafkan aku, aku mengingkari janjiku, membuatmu menunggu, maafkan aku, [Name]-kun," suara sarat akan khawatir dan rasa bersalah keluar dari bibir milik Jakurai.

"Ah! Tidak, tidak masalah Sensei, lagipula aku langsung pulang ketika 20 menit berlalu sensei tak kunjung datang,"

Rasa lega mulai menjalar setidaknya Jakurai tahu bahwa gadis muda itu tidak terlalu menunggunya dan berpikir dengan baik.

"Tetap saja, maafkan aku. Tadi pagi ketika aku sudah bersiap pergi, aku mendapat telepon darurat dari rumah sakit, sebagai dokter aku tidak bisa melalaikan tugasku---"

"Aku mengerti Sensei, tidak masalah, bukankah kita bisa membuat acara dilain waktu? Ya kan? Haha,"

Jakurai tanpa sadar mengangguk sambil tersenyum kecil, "Iya, sekali lagi maafkan aku."

Diseberang sana Jakurai bisa mendengar kekeh kecil milik gadis muda itu, "Sensei seperti pasien Sensei saja yang selalu meminta maaf, siapa itu? Kannonzaka-san?"

"Hahaha, kau mengingatnya [Name]-kun?"

"Mana mungkin aku melupakannya, Sensei. Aku ingat ketika Kannonzaka-san hanya menyenggolku sedikit tetapi dia mengucapkan kalimat maaf seperti memecahkan piring di supermarket,"

"Kau benar, [Name]-kun."

Tak sadar bahwa mereka sudah bercakap-cakap lama, sampai rasa panas mulai menjalar ditelinga milik keduanya.

"Ah! [Name]-kun sekali lagi maafkan aku, aku tidak menepati janjiku, tetapi lain kali mari kita lanjutkan acara yang tak sempat kita lakukan hari ini,"

"Lagi-lagi sensei meminta maaf, tidak masalah. Baiklah, lain kali mari kita rencanakan dengan matang agar tidak gagal lagi, hehe. Sepertinya piknik di taman lebih baik!"

"Meski begitu aku masih merasa tidak tenang, [Name]-kun. Oke, jangan lupa membawa makanan manis, haha."

"Sensei benar-benar menyukai makanan manis ya?"

"Tidak juga, hanya jika kau yang membuatnya aku menyukainya."

"B-bodoh," Gumam kecil [Name] tetapi masih terdengar jelas oleh Jakurai.

"Kau berbicara sesuatu, [Name]-kun?"

"A-ah Tidak! Sensei?"

"Iya?"

"Aku menyukaimu!"

"Ya ampun, sehari saja kau tidak bisa melewatkan mengucapkan kalimat itu ya?"

Entah mengapa Jakurai merasa hatinya menghangat, deguban yang asing mulai terasa, rasanya senang sekali.

"Tentu saja! Lagipula ketika nanti kalau aku sudah tidak berucap kalimat itu, Sensei pasti akan merindukannya!"

"Mana mungkin, [Name]-kun."

"Fufu! Sensei belum merasakannya, ah yasudah Sensei aku tutup dulu ya, semangat bekerja sensei! Byebye!"

"Baiklah, sampai nanti."

-Flashback off-

Jakurai sadar, setelah permintaan maaf dan percakapan ringan mereka melalui telepon genggam tidak ada lagi percakapan langsung selain itu. Namun hanya ada percakapan tulis melalui aplikasi pesan.

Gadis muda itu belum pernah lagi mengujunginya seperti biasa ketika waktu istirahat, hanya mengirim pesan teks setiap harinya membuat Jakurai semakin kelimpungan.

Apakah gadis muda itu membencinya? Apakah gadis muda itu berbohong akan ucapannya waktu itu? Jakurai tidak mengerti, baru kali ini ia berpikir sekeras ini ketika menghadapi seseorang.

Baginya menghadapi seseorang mudah jika sudah mengerti dasar pola pemikiran seseorang atau tingkah laku, namun gadis ini berbeda.

Seperti hari ini, Jakurai mendapati dua pesan yang dikirim oleh gadis muda itu.

•"Selamat pagi Sensei! Jangan lewatkan sarapanmu, dan semangat untuk bekerja! Semoga harimu menyenangkan!^^/"•

•"Aku lupa! Aku belum mengucapkan sesuatu yang penting><, Aku menyukaimu, Sensei! Semangat!^^/"•

Jakurai menepuk kepalanya pelan, teringat bahwa ia melewatkan sesuatu yang sangat sepele karena terlalu sibuk memikirkan gadis muda yang sudah lama tidak mengunjunginya.

Alamat rumah! Jakurai harusnya mengingatnya! Dengan cepat membuka laci meja kerja miliknya, mengoreh sedikit dan mendapati sticky note berwarna merah jambu berbentuk hati, dapat! Jakurai tersenyum puas.

"Tunggu aku, [Name]-kun!"

*****

Remember Us This Way • Jakurai JingujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang