05

483 92 13
                                    

Bagaikan sedang kerasukan sesuatu Jakurai mengendarai mobil hitam miliknya dengan cepat bahkan tidak memerdulikan lagi rambu lalu lintas, persetan dengan semua pelanggaran serta bahaya yang ia sebabkan, terpenting yang sedang ia pikirkan sekarang bahwa ia harus cepat sampai ke tujuan. Rumahsakit yang menjadi tempat bekerjanya.

Berlari di koridor rumahsakit dengan tergesa-gesa, sepanjang jalan setiap pasang mata menatap ke arahnya bahkan ketika terdengar teguran, Jakurai menjadi tuli.

Ruangan rekam medis. Tempat penyimpanan rekam medis semua pasien yang sudah hilir-mudik di rumahsakit ini.

"Berikan aku rekam medis milik [Surname] [Name]!" Gebrak Jakurai tidak sabaran di meja mini yang menghubungkan antara perekam dengan para pasien yang dihalangi oleh sekat kaca tipis blur.

Para perekam medis terjingkat kaget lalu menggeleng, "Maaf Pak, kami tidak bisa sembarangan memberikan catatan medis milik pasien, karena itu privasi. Yang bisa mengakses hanya dokter yang menangani dan keluarga pasien," tolak petugas yang Jakurai tebak dari suaranya seorang perempuan.

"Saya seorang dokter! Saya boleh tahu rekam medis pasien!" Jakurai langsung menyodorkan kartu tanda pengenal dirinya sebagai dokter di rumahsakit tersebut.

Nampak tangan seorang perempuan terjulur dari balik kaca, mengambil kartu identitas milik Jakurai, tidak berapa dikembalikannya kearah Jakurai.

"Tidak bisa Jinguji-sensei, sekali lagi hanya dokter yang menangani dan keluarga pasien," tegas Petugas itu.

Jakurai menarik rambut frustasi, menghela nafas pelan "Baiklah, siapa dokter yang menangani pasien [Surname] [Name]?"

"Yosano-sensei, beliau yang bertanggung jawab akan pasien [Surname]," jawab petugas itu.

Setelah mendengar jawaban dengan kilat Jakurai meninggalkan ruangan rekam medis tak perduli dengan peryataan petugas tadi bahwa Dokter Yosano belum mendapatkan waktu istirahat.

Melirik arlojinya sedikit, mulai memperlambat langkah ketika mendapati pintu ruang kerja milik Yosano.

Mengetuk pelan pintu ruangan, beberapa saat Jakurai menunggu akhirnya mendapat jawaban dari dalam, dengan segera Jakurai memasuki ruangan Yosano dilihatnya seorang wanita dengan jas putih.

"Arra~ Jinguji-sensei ternyata, jarang sekali melihat anda berkunjung keruangan milik saya," sapa jenaka Yosano sambil tersenyum lalu mempersilahkan Jakurai untuk duduk.

Jakurai duduk tanpa basa-basi, ia mengatur nafas yang sedari tadi tidak teratur akibat berlari.

"Sepertinya ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, Jinguji-sensei?" Tanya Yosano.
Jakurai menatap Yosano dengan tatapan tak bisa diartikan, membuat Yosano mengernyit mendapati penampilan seorang psikiater yang terkenal akan wibawanya sedikit berantakan.

"Anda--," ucap Jakurai tersengal akibat masih mengatur nafas.

"--Apakah Anda yang menangani pasien bernama [Surname] [Name]?" Tanpa basa-basi Jakurai bertanya.

Jakurai bisa melihat dokter wanita yang sedang duduk dihadapannya ini melebarkan sedikit kedua bola matanya, lalu dengan cepat berubah menjadi semula.

Yosano menopang dagu dengan kedua tangannya, "Hm? Mengapa Anda bertanya tentang hal itu, Jinguji-sensei?"

"Cepat jawab, Yosano-sensei. Saya sedang tidak ingin berbasa-basi." Tukas Jakurai.

Yosano terkekeh kecil lalu mengangguk membawa kepalanya kembali tegak, "Ya, saya yang menangani pasien bernama [Surname] [Name]. Tetapi, mengapa anda bertanya Jinguji-sensei? Ah! Mungkingkah~?" Yosano menerka dengan wajah jahil.

Remember Us This Way • Jakurai JingujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang