.
.
.
Haikyuu! Belongs to Haruichi Furudate
This story belongs to DevinaMartinaPutri A. K. A MashiroArata777
Genre: Historical fiction, angst, sadness
Warning!!: Ceritanya berat banget, hampir nggak ada komedi, cuma ada angst doang, plot ceritanya mengambil dari latar PD II di Jepang (ofc), jangan baca ini pas puasa, ntar batal :v
.
.
.
Tsukishima tiba di rumahnya dengan lesu, "Aku pulang ..." Ucapnya lirih, ibunya menyambut anak laki-lakinya itu dengan senyuman, "Selamat datang, Kei." Sambut Ibunya, Kei mengangguk dan berjalan menuju kamarnya. Ia langsung melempar tasnya ke sembarang arah dan merebahkan tubuhnya di kasur, hanya ada keheningan di ruangan itu.
Ia memiringkan badannya, kini wajahnya menghadap tepat pada foto dirinya dan kakaknya yang tengah tersenyum bahagia, ia menatapnya dengan nanar. Perlahan, ia memejamkan kedua mata, berusaha menenangkan gejolak dalam dadanya.
Dari luar, ibunya hanya tersenyum, memaklumi anaknya tersebut. Walau tidak terlihat, Kei memang sangat menyayangi Akiteru, sejak kecil Akiteru sudah menemani dan melindungi Kei. Sementara dirinya sibuk untuk bekerja menafkahi kedua anaknya tersebut, karena suaminya sudah tiada, akibat peperangan.
Setelah ayahnya, kini mereka harus kehilangan Akiteru— sungguh kenyataan yang kejam.
Tapi, Akiteru sendiri sudah rela untuk mengikuti kamikaze, dia sudah menyiapkan semua yang ia butuhkan. Tiba-tiba, seseorang membuka pintu, "Aku pulang." Ucapnya, nyonya Tsukishima lantas menyambut anaknya, Tsukishima Akiteru.
"Selamat datang." Sambutnya, Akiteru tersenyum kepada sang ibu tercinta. "Bu, dimana Kei?" Tanya Akiteru, "Dia di kamar, mungkin dia lelah setelah berlatih." Jawab Ibunya setengah berbohong, Akiteru mengangguk mengerti. "Kau mau makan apa, Akiteru?" Tanya ibunya, Akiteru mengambil pose berpikir.
"Hmm ... aku mau daun wasabi saus kecap saja deh. Makanan kesukaanku!" Ucapnya semangat, ibunya tersenyum lembut, lalu mengelus surainya perlahan. "Baiklah, sayang ... makanlah yang banyak ya."
.
.
[15 Januari, 1945. Pangkalan udara kamikaze Miyagi, Jepang.]
Keluarga Tsukishima dan Yamaguchi Tadashi sudah ada di lapangan penerbangan disana, Akiteru terlihat mengobrol dengan ibunya. Sementara Kei terdiam disamping Yamaguchi. Sedari tadi ia hanya diam menunduk disana, tiba-tiba Hinata, Kageyama, dan Yachi menghampiri mereka."Kenapa kalian disini?" Tanya Tsukishima Kei lirih, Hinata melipat tangannya. "Hm? Bukannya sudah jelas ya?" Ucapnya, "Kami juga mau mengantar Akiteru-san." Ucap Kageyama, Tsukishima Kei hanya menghela napas, ia sudah menduga hal ini sebelumnya, dan pelaku yang membeberkannya adalah Yamaguchi Tadashi, sahabatnya.
"A-anu ... Akiteru-san ... ini, aku membawakan ini untukmu." Ucap Yachi sambil menyerahkan sebuah scarf putih. "Sungguh, ini untukku?" Akiteru tersenyum kepada Yachi dan langsung memakainya. "Wah, ini lembut sekali ... Di angkasa sana pasti dingin, aku benar-benar berterima kasih!"
Lalu, arah pandang Akiteru berubah, ia memandang adiknya, Tsukishima Kei. Ia menatap adiknya lembut, " ... Kei, kau yang sehat ya. Jagalah ibu, dan bertemanlah yang baik, ya. Kita akan bertemu lagi di kuil Yasukuni nanti, aku tunggu disana." Ucapnya dengan senyum lembut, ia mengelus puncak kepala Kei pelan. Kei tidak mampu menahan air matanya lebih lama lagi, ia berusaha menghapus air mata itu dengan kasar, lalu memeluk kakaknya untuk yang terakhir kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are The Legend - Haikyuu!! Fanfict (On Hold)
Fiksi PenggemarPerang Dunia ke II, perang dunia yang paling banyak memakan korban jiwa. Peperangan, menyebabkan kita terpaksa melihat orang yang kita sayangi direnggut dari kita. Melihat mayat bergelimpangan dan bau amis darah seakan sudah menjadi makanan sehari-h...