Rumit, ketika aku mencintaimu cintamu justru untuk dia. Sedangkan dia? mencampakanmu begitu saja.
~Raffan AlghibranHari masih terlalu pagi, namun rintik air hujan sudah mengguyur deras bangunan elite Sma Astraea. Para siswa yang sudah tiba disekolah memilih langsung memasuki kelas masing-masing untuk menikmati suasana yang cocoknya bermalas-malasan dibawah selimut.
Di Koridor utama, seorang cowok berpostur tubuh tinggi dan berisi melangkah dengan malas menuju kelasnya.
"Fan!" Teriak seorang gadis dari ambang pintu kelas 12 Ipa 3 yang berada diujung koridor.
Raffan, cowok yang merasa gadis itu memanggilnya menghentikan langkah saat melihat Cara yang berlari kearahnya.
"Ra ...," Sahut Raffan saat gadis itu tepat berada dihadapannya.
Gadis itu langsung terfokus pada wajah Raffan yang penuh lebam, Cara yakin pasti lukanya sangat menyakitkan.
"Gue baik-baik aja ra," Ucap Raffan yang menyadari mata gadis yang menatap tajam wajahnya.
Cara tersenyum kecut, ia tau sahabatnya ini sedang berbohong. Tidak mungkin ia baik-baik saja dengan wajah yang penuh lebam seperti itu.
"Fan-"
"Ra gue baik-baik aja," Tegas Raffan.
Cara membuang nafas kasar. Raffan selalu saja begitu, mungkin haram baginya berbagi selain kebahagian kepada Cara.
"Itu selalu jadi keinginan gue Fan," Ucap Cara seraya memeluk Raffan dan dibalasnya hangat.
"Gue pastikan keinginan lo terpenuhi," Sahut Raffan, tangannya mengelus lembut rambut tebal milik Cara. "Gue akan selalu baik-baik aja ra," Imbuhnya kembali.
"Ekhem!"
Keduanya langsung melepas peluk satu sama lain. Mata Cara seketika melotot kaget melihat cowok yang baru saja berdehem di sampingnya, ternyata dia adalah Bintang, cinta pertamanya yang bertepuk sebelah tangan. Ya, kisah cinta gadis itu memang kurang beruntung, ia mencintai orang yang tidak meliriknya sama sekali dan mengabaikan Raffan yang begitu tulus mencintainya.
"Gue sama Raff-"
"Gue cuma mau balikin ini," Ucap Abin memotong perkataan Cara. Ia menyodorkan kotak makan berwarna biru.
"Dari lo kan?" Tanyanya memastikan.
Cara mengangguk antusias dengan senyumnya yang manis. Namun, senyum itu pudar tatkala ia meraih kotak makan dari tangan Abin.
Berat kotak itu masih sama seperti tadi ketika Cara menyimpannya di meja Abin. Itu tandanya Brownis buataannya masih tersimpan utuh didalam.
"Ko gak dimakan?" Tanya Cara meminta penjelasan lebih.
"Gue gak suka manis," Jawab Abin kemudian berbalik badan hendak pergi.
"Kenapa lo gak kasih ke orang lain aja? Atau mungkin lo buang tanpa sepengetahuan gue," Ucap Cara, mengehentikan langkah Abin. "Dengan begitu lo gak akan nyakitin perasaan gue!"
Tanpa mengubah posisi, cowok itu tersenyum kecut. "Gue udah terlalu sering ngelakuin itu," Ucap Abin tanpa dosa.
Bulir bening jatuh membasahi pipi Cara, gadis itu seperti ditampar keras. Baru ia tau selama ini makanan yang diberikannya, masuk kedalam perut orang lain bahkan dibuang begitu saja. Padahal tadi Cara hanya asal bicara saja, ternyata semuanya telah menjadi fakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starla
Teen FictionNamaku Starla, Sederhana aku hanya berharap bisa menjalankan kehidupan senormal remaja biasa, karena pada kenyataannya aku adalah gadis berbeda. Didiagnosis mengidap Dissosiative Identity Resorder (DID) atau keperidadian ganda bukanlah hal yang mu...