Part 1

6.8K 261 7
                                    

Lea menatap secarik kertas yang baru saja ia ambil di bagian administrasi rumah sakit. Deretan angka yang tercetak di sana membuatnya menghela napas panjang, tangan kirinya sibuk mengetukkan pulpen ke meja. Ada delapan digit angka yang tertera, nominal uang yang sangat besar bagi Lea yang hanya anak kuliahan dan kerja paruh waktu di cafe biasa.

Gadis berambut panjang itu menopang kepalanya di meja, memainkan anak rambut dengan meniupkan angin dari mulut. Ia sedang berfikir keras, bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat untuk membayar biaya rumah sakit ibunya yang sudah dua hari di rawat karena penyakit jantungnya kambuh.

Dia tidak mungkin merepotkan Melly lagi, Sahabatnya. Gadis manis itu sudah terlalu banyak membantu keluarganya selama ini, walau pun Lea yakin Melly pasti akan langsung memberikan berapa pun uang yang ia butuhkan. Melly termasuk anak keluarga terpandang dan kaya di kota ini.

"Bagaimana kalo aku minta tolong Kriss, selama aku pacaran dengannya, aku belum pernah meminjam uang, tapi ...." Lea ragu.

Kriss, pacar Lea yang sudah merajut kasih dengannya selama 5 tahun belakangan ini. Sejak zaman kuliah sampai Kriss sudah bekerja, sedangkan Lea masih kuliah karena memang Kriss adalah kakak tingkat Lea dulu. Ia adalah anak salah satu orang terpandang, yang sangat berpengaruh di kota mereka tinggal.

Kriss sekarang tetaplah sosok yang sama seperti yang Lea kenal saat pertama kali bertemu. Ia sosok pekerja keras, ambisius, irit bicara dan dingin. Walau sekarang ia sudah sukses dan memajukan beberapa usaha keluarganya, ia tetap rendah hati dan menjadi apa adanya saat bersama Lea atau teman-temannya, itulah yang membuat Lea jatuh cinta pada Kriss dan hubungan mereka bertahan lama sampai sekarang.

Lea jarang sekali mendengar kata cinta atau mendapat perlakuan Kriss yang romantis. Harap maklum, Kriss si manusia dingin itu berpacaran dengan Lea karena gadis berlesung pipit itulah yang menyatakan cintanya terlebih dulu.

Ponsel Lea bergetar, ada nama Melly tertera di layar berukuran 6 inchi itu. Lea menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu di telinga.

"Ada apa?" sapa Lea.

"Kamu di mana? tega banget ninggal Ibu sendirian kayak gini, buruan balik! Aku bawain es greentea kesukaanmu," balas Melly panjang lebar.

"Iya, iya ...!" ucap Lea sambil berjalan ke kamar rawat. Ia segera melipat dan menyembunyikan kertas tagihan tadi.

---

" Ini, ambil." Melly menyodorkan kartu kreditnya.

"Jangan mulai deh, Mel," balas Lea yang langsung tahu maksud dari sahabatnya ini.

"Ambil atau aku pergi dari sini sekarang juga!" ancam Melly.

"Pergi aja sana, emang aku pikirin," balas Lea cuek sambil menyeruput es greenteanya. Ia merasa lebih tenang setelah meminum atau memakan apapun yang beraroma greentea.

"Sialan!" umpat Melly sambil melempar gulungan tisu ke arah Lea.

Lea terkekeh. "Hutangku yang kemaren aja belum dibayar, jangan di tambahin lagi lah. Aku ada kok uangnya, santai aja ...!" ucap Lea berbohong.

"Yakin? Pokoknya kalo butuh apapun hubungi aku ya, awas kalau nggak! Kusebar fotomu sewaktu tidur yang penuh iler itu ke Sosmed," acam Melly dengan senyum liciknya.

"Uhuuk! Ish, kurang ajar! bukannya sudah dihapus kemarin?" Lea menatap Melly kesal.

"Iya yanh kuhapus di ponsel, tapi di laptopku masih ada," balas Melly sambil terkekeh.

"Sialan!" umpat Lea. Ia menoleh ke arah ponselnya yang bergetar di meja. Ada pesan WA masuk dari Kriss.

'Nanti malam aku jemput jam 8'

Lea mengernyit, lalu mengetik basalan untuk kekasihnya itu.

'Mau ke mana?'

'Makan.'

'Resto atau kaki lima?'

'Bebas.'

'Oke ... see u.' Ketik Lea.

'See u."

'Love u.' Ketik Lea lagi.

Hening.

Tak ada balasan lagi. "Selalu saja begini, kalau diajak romantis dikit langsung kabur," gumam Lea pelan.

"Siapa?" tanya Melly.

"Kriss, ntar malem ngajak ketemua," balas Lea.

"Pergi aja, biar aku yang jaga Ibu," ucap Melly.

"Nggak usah, ntar malam ada Lily yang tidur sini," balas Lea sambil menyeruput habis es greenteanya.

"Oh gitu ... oke deh." Melly mengangkat kedua bahunya.

Suara ketukan pintu dari luar, membuat mereka menoleh. "Sebentar," ucap Lea sambil beranjak membuka pintu.

"Permisi, Mbak. Saya dari bagian administrasi mau memberikan berkas untuk ibu Sarah," ucap perawat wanita cantik yang berpakaian serba putih itu.

"Eh, iya, Sus. Terima kasih," balas Lea sambil menerima berkas itu dan menutup pintu setelah perawat itu berpamitan.

"Tagihan?" tanya Melly yang masih duduk di sofa.

"Mungkin, tapi ... tadi sudah aku ambil tagihannya, mungkin tagihan baru," jawab Lea sambil membuka berkas itu.

Matanya membulat saat membaca apa isi berkas itu. "Ya Ampun" ucap Lea setengah histeris.

"Ada apa?" Melly yang penasaran langsung merebut berkas itu.

'Bebas Administrasi seumur hidup atas nama Ibu Sarah Yuliani.'

Melly menutup mulutnya, ia  juga sama terkejutnya.

"Kelakuan siapa ini? Kamu ya?" selidik Lea.

"Bukan, sumpah! Aku kan dari tadi di sini sama kamu," balas Melly sambil mengangkat ke dua jarinya, membentuk huruf V.

"Eh, coba lihat tanda tangan ini, kayak familiar banget ya?" tanya Melly sambil menerawang ke atas, mencoba mengingat-ingat.

Lea yang penasaran segera merebut kembali berkas itu dan langsung tahu siapa pemilik tanda tangan itu. "Kriss ...," ucapnya lirih sambil melirik ibunya yang terlelap di atas ranjang.

---

Ini adalah cerbung REPOST milik teman saya. Diubah dan ditambahi bumbu-bumbu sedikit agar makin 'greget'. Repost ini atas permintaan Senja Sore karena sesuatu hal. Terima kasih.

PROPOSAL CINTA (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang