Part 6

2.5K 176 7
                                    

Hari ini Sarah, ibu Lea diperbolehkan pulang. Setelah menunggu administrasi di rumah sakit selesai. Lea memesan taksi untuk ibu dan adiknya. "Kamu masih libur sekolah?" tanya Lea kepada Lily, adiknya.

"Iya, Kak. Masih untuk kelas tiga latihan ujian," jawab Lily.

"Baiklah, kamu pulang dengan ibu. Aku ada kuliah jam setelah ini, rumah sudah kurapikan tadi dan pastikan ibu beristirahat dengan baik. Jangan boleh melakukan aktivitas berat apapun," pesan Lea.

"Iya kak," balas Lily.

Beruntung Lea punya Lily yang sangat rajin dan penurut. Ayah mereka sudah lama meninggal sejak mereka SD karena kecelakaan. Sejak itu Ibunya lah yang selama ini membanting tulang untuk membiayai segala kebutuhan mereka berdua. Lea sangat sayang kepada Ibu dan juga adiknya. Apapun akan ia lakukan asal mereka bahagia.

Ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari nomor baru.

[Jam tiga sore. Datang ke Cafe 85.]

"Siapa sih? Nggak salam, nggak nyapa. Nggak sopan banget!" batin Lea. Jemarinya mengetik balasan.

[Siapa?]

[Harimau yang sudah kamu injak kakinya.]

"Kevin? Dari mana dia dapat nomerku? Oh, pasti dari Kriss," pikir Lea. Ia kembali mengetik balasan untuk bosnya itu.

[Aku harus bekerja jam tiga. Bagaimana kalo jam satu siang saja?]

[Oke.] Balas Kevin singkat.

------

Lea menunggu taksi di luar, setelah taksi datang ia segera memampah ibunya masuk ke dalam dengan perlahan. "Hati-hati di jalan, Nak. Setelah selesai bekerja segera pulang," pesan ibunya.

"Baik, Bu. Akan Lea usahakan," balas Lea santun.

Setelah taksi melaju meninggalkan rumah sakit, Lea segera mengambil motornya dan berangkat ke kampus. "Hari ini sungguh panas," gumamnya saat berhenti di lampu merah.

Motornya melaju pelan saat lampu merah itu berubah menjadi hijau. Lima belas menit kemudian sampailah ia di kampus yang terlihat lebih rame dari biasanya. Lea memakirkan motor dan berjalan menuju kelas. Matanya masih fokus ke arah aula. "Woi!" Seseorang mengejutkannya dari belakang.

Lea tersentak. "Astaga, Melly!" umpat Lea sambil memegang dadanya.

Melly terkekeh melihat ekspresi sahabatnya itu. "Ngelamun?"

"Nggak. Aku cuma lagi bingung, aula kenapa rame banget ya?" tanya Lea sambil menunjuk ke arah aula. "Ada acara penting?"

"Lho, Emang kamu nggak tahu kalo hari ini ada seminar?"

"Seminar apa? Narasumbernya artis?" tanya Lea bingung.

"Kamu beneran nggak tahu? Narasumbernya kan pacarmu, si Kriss. Wah, parah deh, masak kamu sampe nggak tahu, kegiatan pacar sendiri."

"Emang, aku emaknya yang apa-apa harus dilaporin gitu?" tanya Lea sewot.

Melly terbahak. "Dasar! Ayo ke sana, kita lihat dulu kekasihmu sebentar sebelum kelas masuk," ajak Melly sambil menarik Lea ke arah aula.

-----

Terlihat di sana Kriss sedang berdiri di atas panggung menjelaskan sesuatu. Para gadis yang ada di ruangan itu rata-rata mengarahkan ponsel ke arahnya. Entah memang ingin mengabadikan momen dengan apa yang Kriss sampaikan atau hanya ingin menyimpan ketampanan Kriss yang katanya mirip Cristian Sugiono itu.

Lea memandang kagum pada pria berjas hitam itu, ia suka semua yang ada padanya. Tak mempermasalahkan dengan sikapnya selama ini, karena setiap orang punya caranya sendiri dalam menikmati hidup. "Aku mencintaimu Kriss," ucapnya lirih, sangat lirih. Mungkin, hanya ia dan Tuhan yang bisa mendengarnya.

PROPOSAL CINTA (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang