Part 8

2.7K 184 17
                                    

"Kalau memang harus diakhiri, segeralah berpisah dengannya, tapi kalau masih ingin bertahan jangan sia-siakan dia seperti ini Kriss. Kamu itu laki-laki, harus tegas!" Bella memandang Kriss dalam.

Bella, sekretaris Kriss sekaligus sahabat sejak kuliah. Namun, ia juga mantan pacar Kriss dulu, sebelum Bella dipaksa menikah oleh orang tuanya karena urusan bisnis. Mereka harus berpisah, tapi sekarang pernikahan Bella diambang perceraian karena kasus KDRT yang dilakukan oleh suaminya.

"Jangan mudah melepaskan dia seperti aku dulu," ucap gadis berkulit putih itu lagi. Kriss bergeming lalu memandang sekilas ke arah Bella.

Bella menghembuskan napasnya. "Tadi, tak sengaja aku bertemu dengannya di lift. Katanya, dia bekerja pada Kevin."

"Iya, aku yang menyarankan. Lea butuh biaya besar untuk berobat ibunya, sedangkan ia bukan tipe gadis yang suka diberi bantuan secara cuma-cuma."

"Dia gadis pekerja keras," puji Bella. Kriss hanya mengangguk pelan.

Hening. Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Nanti sore, bisa temani aku bertemu pengacara?" tanya Bella memecah keheningan.

"Jam berapa?"

"Sekitar jam lima."

"Akan aku usahakan. Nanti kuhubungi lagi."

"Baiklah. Aku keluar dulu." Bella segera beranjak menuju meja kerjanya.

----

Pukul 16.10 Wib.

Lea berkali-kali melihat jam tangannya. Orang yang ditunggu belum juga datang, baterai ponsel gadis berkucir kuda itu habis, sehingga ia tidak bisa menghubungi Kriss dan menanyakan sudah sampai di mana posisinya sekarang.

"Maaf, membuatmu menunggu." Suara khas pria yang Lea sangat hafal. Parfum kekasihnya itu langsung menusuk indra penciuman.

"Tidak apa," balas Lea sambil tersenyum manis. "Sedang banyak kerjaan?" tanya Lea.

"Tidak, tadi mengantar teman pulang dulu, tak jauh dari kantor, karena ada perbaikan jalan jadi harus memutar arah," jawab Kriss.

"Oh. Mau pesan makan sekarang?" tanya Lea. Kriss mengangguk. Lea melambaikan tangan kepada salah satu pelayan. Seperti biasa ia memesan menu yang biasa mereka makan di sini.

"Baik, harap menunggu sebentar," ucap pelayan itu seraya undur diri.

"Tadi ke kantor?" tanya Kriss.

"Iya."

"Kenapa tadi tidak mampir ke ruanganku?" tanya Kriss.

"Maaf. Aku mengejar waktu, harus bolak-balik kantor kampus dalam waktu yang singkat."

"Kenapa?"

"Sebenarnya, kemarin aku ada janji dengan Kevin untuk membahas proposal itu, tapi aku benar-benar lupa. Ia marah besar dan sepertinya menghindari bertemu denganku tadi. Untunglah ada Kak Luna yang dengar sabar membantuku dan akhirnya proposalku di terima oleh Kevin." Lea menjelaskan dengan menggebu-nggebu. Kriss tersenyum melihat wajah Lea yang penuh semangat itu.

"Oh ya, tadi aku bertemu dengan wanita cantik dan baik. Kamu tahu? Dia menunjukkan dengan jelas di mana letak ruangan Kevin. Sepertinya wajah wanita itu tidak asing bagiku, tapi aku benar-benar lupa pernah melihatnya di mana. Oh, namanya Bella."

"Bella? Dia itu--" Belum sempat Kriss membalas ucapan Lea, seorang pelayan sudah datang mengantarkan pesanan mereka.

"Permisi, silahkan dinikmati."

PROPOSAL CINTA (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang