"SELAMAT DATANG KEMBALI!"
Jimin tertawa senang begitu melihat seluruh anggota keluarga serta sahabatnya berkumpul bersama untuk menyambut kepulangannya sehabis berlibur panjang di negeri orang. Selain itu, iris matanya juga menangkap sosok gadis berambut cokelat pudar yang tengah tersenyum sembari memegang sebuah kue.
Gadis itu berlari kecil lalu memeluk Jimin dengan begitu kuat dan tak ingin melepasnya. Seakan prianya telah direnggut oleh takdir saja, tapi pada akhirnya dikembalikan karena Tuhan masih belum menginginkan jiwanya.
Orang-orang saling senggol-senggolan memberi kode.
"Coba lihat, baru berpisah tiga hari saja sudah se-lebay itu pas ketemu. Malah saling baku peluk pula, aku juga ingin tau!" Yoongi memeluk Taehyung yang berada didekatnya tapi malah dibalas oleh tamparan hangat nan manjah oleh Momo--adik Yoongi.
Sana memandangi wajah berbinar Jimin yang tak luput dari senyuman tampan pria itu. Mereka lalu dipisahkan oleh Bunda karena terlalu lama bermesraan didepan publik, terlebih lagi tepat didepan kakek-neneknya Jimin. Sekarang, saatnya bagi Jimin dan kawan-kawannya untuk makan siang bersama. Kapan lagi coba bisa kumpul bersama seperti ini lagi?
Di meja makan, sudah tersedia banyak sekali makanan yang berbagai macam; bentuk, rupa, penampilan, dan mungkin juga rasa. Semuanya adalah hasil tangan seorang Bunda Park yang usut punya usut adalah mantan juara empat dari lomba pencarian ajang Masterchef Jepang beberapa tahun silam.
Dari sekian banyak masakan, Jimin hanya menyukai satu menu yang mana setiap kali ia memakannya, kenangan akan masa lalu pasti selalu terlintas di benaknya. Yah, kenangan itu berupa... Tidak! Belum saatnya ia bercerita tentang hal itu. Mungkin suatu saat nanti?
"Bagaimana perjalananmu, apa menyenangkan?" tanya Bunda seraya mengaduk sup didalam panci besar. Jimin mengangguk lalu mengedikkan bahu, "Menyenangkan sih, tapi aku masih dibuat bingung tentang seorang pria yang tidak sengaja kutemui di bandara dan mengaku-ngaku kalau ia adalah pemanduku selagi berlibur di Seoul. Bagaimana tanggapan Bunda? Apa kau percaya?"
"Jika aku jadi kau mungkin aku akan percaya saja tapi tetap utamakan keselamatanmu, siapa tau saja dia itu orang yang tidak baik."
"Tidak kok! Bahkan dia selalu mengajakku ke tempat-tempat seru dan membayar makan serta reservasi hotel kami," aku Jimin terus terang.
Bunda mengangguk dan mempercayai anaknya sepenuhnya. Dan sekarang, saatnya untuk Jimin istirahat sebelum hari esok tiba karena sekolah akan menanti.
Saat baru akan menaruh buku novel yang ia beli, tiba-tiba saja pintu kamar Jimin diketuk oleh seseorang. Dan itu adalah Sana, kekasih Jimin. Gadis itu lalu masuk dan memberikan sekantong penuh buah apel merah darah.
"Aku memetiknya tadi sore, buah apel dibelakang rumah sudah terlalu banyak sampai-sampai Ibuku dengan senang hati menyumbangkan sebagian ke panti asuhan," ucap Sana memulai percakapan.
Jimin tersenyum simpul, "Apa kau masih ingat, pohon apel itu dulu kita yang tanam bersama."
"Oh iya?"
"Kau sudah lupa? Dasar!"
Sana terkekeh kecil. Dan seketika, ia penasaran dengan trip Jimin ke Seoul. Ia juga ingin tau bagaimana kondisi kota yang selama ini kekasihnya idam-idamkan terus itu. Apakah banyak tempat-tempat wisata unik? Atau... Gadis-gadis unik? Oh, Sana berharap Jimin tidak selingkuh dibelakangnya.
"Korea, aku tidak akan pernah melupakannya. Lebih-lebih lagi Seoul, kota itu memberikan banyak warna baru di hidupku. Selain makanan disana yang serba unik, aku juga beruntung karena mendapatkan seorang pemandu yang selalu berada didekatku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trip To the Seoul [HIBERNASI]
Fanfic(KOOKMIN) • BXB Mengikuti jejak mimpinya untuk pergi ke negeri ginseng Korea, Jimin secara tidak sengaja dipertemukan oleh seorang pria paling menjengkelkan sedunia bernama Jungkook--yang sialnya adalah pemandunya selagi berlibur di Seoul. Bagaiman...