***
Karena cinta, tiada hal yang mustahil. Ada semacam morfin alami yang memicu otak kita untuk memperjuangkannya. Segalanya menjadi mungkin. Bahkan hanya untuk mengubah kapal pecah menjadi istana megah
***
Hanya satu kata untuk menggambarkan siang hari itu, PANASSS! Aku segera balik ke kontrakan, meninggalkan Fras sendiri di tepi jalan, biarlah dia dengan segala urusannya.
Ku sruput dikit Nutrisari dingin di kulkas yang rencananya mau aku suguhin ke dia, biarin aja. Tadi di dekatnya aku berasa sejuk, padahal nongkrong di tempat sepanas itu, eh efek sampingnya baru muncul. Damn it.
Kupungut jaket coklat ku, ku kenakan dan segera berangkat cepat-cepat menuju warung bakso. Oh ya, sekedar info, tempat aku beli bakso cukup jauh. Beda kabupaten. Hahhh, kebayang ga loe, ga penting amat. Sebenarnya rasa baksonya biasa aja, dibilang enak ga juga, dibilang buruk ga juga. Standar-standar aja sehh, itu testimoni beberapa orang, menang di size doank dia, tapi yang gedhe-gedhe kan emang asyik, njirrr.
Aku berada di Kab. di Jawa Timur dan baksonya berada Jawa Timur juga, haha. Beda kabupaten tapi. Untuk sebuah bakso saja, aku harus melintasi kabupaten, demi apa coba? Jaraknya sekitar 20 kilometer saja. SAJA. SAJA. Ini hasil prediksi Mbah Google di Map. Kaliin dua buat pulang pergi, 40 kilometer jadinya.
Bukit - Taman Kota - Warung Bakso..
Bukit - Taman Kota - Warung Bakso..
Jadi teman-teman, pertama kita harus melewati bukit dulu, apakah kalian melihatnya? [kalian ingat kartun apa ini anak-anak?]
Kyoe aku ra perlu nyeritakke kabeh perjalanan mau, kesuwen CUKK. (Sepertinya aku tidak perlu menceritakan semua perjalanan tersebut, kelamaan SOBB) hehehe..
Aku pulang ke rumah, dengan selamat dan sedikit lelah. Akhirnya segelas Nutrisari ludes tak tersisa, masa bodoh dengan Fras, itu mah belakangan, tinggal buat lagi. Kutengok jam di handphone, terlihat pukul 12:30. Dan kulihat satu buah notif WA, Fras, oh my dear.
"Mas", WAnya singkat.
"Ya? kamu jd ke sini?" jawabku.
Kutunggu dia membalas, semenit ku pelototi tuh layar hp, dia nggak online. Biar saja, ntar juga dibales. Gue mandi dulu dan segera sholat dhuhur, biar ga ada tanggungan nantinya.
"Iy jadi, ini otw ke depan SMA, tunggu mas".
"Ok.." balasku.
"15 mnt paling"
"Ok.."
"Hmmmm.."
Mati koen, umah e ajor, kyo kapal pecah, iki Bowo brengsek ancen..
Yah, Bowo adalah seonggok manusia yang merupakan rekan, teman, ato apa ajalah yang tinggal seatap denganku. Dia memang malas (baca: sangat) dan jorok. Episode Bowo akan aku buatkan nantinya, wkwk. Ehh.. apa perlu ya aku buat selembar bahasan tentang Bowo, kasih masukan ya guys..
WARNING! Semesta, pinjamkan energimu untuk bantu aku bersiin nih rumah.Kalau lagi mood aja, aku dan Bowo bersiin nih rumah bisa sampe 1-2 jam lamanya. Rumahnya ga terlalu luas. Tapi detail kotornya minta ampun. Mulai dari halaman depan, tumpukan dedaunan dan rumput ilalang yang mengerikan. Sendal dan sepatu yang berserakan. Teras bekas stempel kaki-kaki manusia. Itu baru luarnya aja. Ga kebayang dalamnya. Ruang tamu, argghhhh.. Bekas makanan ringat di meja, tissue, plastik, botol, gigi palsu (wahahah, serius gua mah). Sofa yang berdebu. Ruang tengah tak lebih baik dari ruang tamu. Dapur dan kamar mandi, aku tak tega menceritakannya.
Anehnya, aku hanya perlu waktu 15 menitan untuk membereskan semua. Yah jelas hasilnya ga sempurna. Aku pikir, disaat kita merasa terdesak, plus karena cinta. Tiada hal yang mustahil. Ada semacam morfin alami yang memicu otak kita untuk memperjuangkannya. Segalanya menjadi mungkin. Bahkan hanya untuk mengubah kapal pecah menjadi istana megah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Overdose
Teen Fiction[ON-Progress] Hei, aku Adi. Singkat kata, hidupku baik-baik saja, keluargaku, temanku, kerjaanku, hobiku, semua baik-baik saja. Hingga di suatu titik dimana aku merasakan kehampaan yang mendalam. Seperti ada yang kurang dalam diri ini. Entah apa. Hi...