"Eh, kamu bawa apasih di tas? Kenapa ga ditaro di kontrakanku aja tadi?", tanyaku pada Fras saat perjalanan pulang dari cafe.
"Hehe, seragam kerja. Aku tadi ga pulang, langsung main ke kontrakan Mas Adi""Trus kok ga ditaro aja tadi?", tanyaku lagi.
"Lupa tadi mas"Kami pulang menuju kontrakan dengan sedikit pembicaraan sederhana. Aku ga mau membahas hal-hal sedih lagi bersamanya.
"Ini mas, uang yang aku pinjam kemarin", sembari Fras mengulurkan uang seratus ribuan.
"Ga usah, kan kamu tadi yang bayar cafe-nya", jawabku. Terus kami lanjut bercakap-cakap. Bahas tentang kerjaanlah, shift kerjalah, jam masuk, jam istirahat, kalau barang ilanglah, haha. Termasuk di daerah mana dia bekerja."Kota sebelah mana? Kota kan aga' luas?", tanyaku.
"Hmmm.. di Jalan Berantas. Mas tau?" jawabnya."Kagak, hahaha..."
"Lah, mas tau SMP 10 kan? Ntar ada perempatan. Lah itu belok kiri, Jalan Berantas dah. Cari aja frinchise XY di kiri jalan juga. Udah ga ada lagi disepanjang jalan Berantas. Cuma satu", jelasnya detail sekali."Iya.. iya..", sebenernya aku basa-basi aja. Ga mungkin juga aku datang ke tempat dia kerja. Mo ngapain coba?
Kami kembali ngobrol hingga sebuah notif WhatsApp di handphone Fras membuyarkan suasana. Dia terlihat tidak tenang dan gelisah, panik ga karuan, tetap tegang dengan handphone di tangannya.
"Ada apasih? Kok ga nyaman banget", tanyaku.
"Haduh, iniloh Sofy WA aku", jawabnya.Nama itu lagi, kenapa harus muncul lagi. Aku dekati Fras dan bermaksud melihat apa yang mereka cakapkan. Fras tak melarang atau menjauh. Dia biasa saja saat aku dekati dan membiarkan aku melihat percakapan mereka di WA.
Dari raut wajah Fras dan cara percakapan di WhatsApp, mereka berdua dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Lebih tepatnya mereka bertengkar. Aku merasa masa bodoh dengan itu.
"Haduh, males aku..", tiba-tiba kata-kata itu muncul dari mulut Fras.
"Mas, aku ke toilet ya?", lanjut dia."Iya, mau dianterin?", jawabku.
"Haha, ga usah, ngapain", dia sedikit terkekeh."Bro, boleh aku baca WA kamu?", tanyaku sedikit ragu sama dia.
"Iya, baca aja gapapa", jawabnya ringan.Aku pinjam handphone-nya dan aku liat aja percakapan dia dengan Sofy. Ku scrool up dan kubaca random saja. Benar saja, percakapan dia dengan Sofy beberapa hari ini cukup memanas. Semacam pertengkaran rumah tangga, hahaha. Aku tak peduli. Hingga muncul sebuah kalimat yang membuat aku terbelalak.
"Pie se, kon iku patek ancene"
"Ra sah moleh sisan"
"Ngluyuro ae, alasan tok"
"Asu been"
"Cok, balesen cok"
"Anjing lue"Astaga.. aku kaget dan berpikir keras, haruskah aku menterjemahkan kepada kalian. Ok aku terjemahin saja.
"Bagaimana sih, kamu itu anjing emang"
"Ga usah pulang sekalian"
"Klayapan saja, alasan saja"
"Anjing kamu"
"Cok, bales cok"
"Anjing kamu"Haduh, haduh, mungkin ini chat terkotor yang pernah aku baca seumur hidup. Kata anjing, bukan untuk guyonan seperti yang kalian gunakan sehari-hari. Konteks nya bener-bener manggil Fras kaya anjing. Astaga. Itu hanya chat random yang aku cuplik dari percakapannya. Dan aku ogah-ogahan lagi membacanya lagi.
***
"Loh, katanya baca? Kok ditaro HP-nya?", Fras bertanya saat dia selesai dari kamar mandi.
"Udah, bentar aja. Kasar banget ya Sofy?" jawabku."Ya gatau mas, gitulah dia. Eh ya, boleh ga aku nginep di sini malem ini?", tanya Fras.
"Haa...?"Aku kaget dan seneng dong.
"Iya, silahkan", jawabku. Seneng ahhh. Untung Bowo lagi libur dan pulkam.
***
Malam menunjuk pukul 21:00 WIB. Jalanan kampung semakin sunyi. Demikian pula kontrakan ini, mulai sunyi. Ehh, kok prolog nya jadi begini, kaya mau ada adegan apa aja. Gak kok, aku ga suka aja kesunyian yang berlarut lama. Akhirnya aku ajak Fras ke ruang tengah. Kan udah jam sembilan malam, ga enak aja masih ngobrol di ruang tamu. Kan udah malam. Waktunya nutup pintu dan ngunci pagar. Eaa.. kan bener. Apa yang salah coba?
"Eh, kamu suka nonton series BL ga?", tanyaku pada Fras.
"Engga mas, ga pernah nonton aku", jawabnya."Trus, film.. film.. gimana?", tanyaku lagi.
"Ga mas, aku nonton TV aja boleh?", jawabnya lagi."Oh iya, gpp..", aku segera nyalain TV dan memberinya remote. Dia muter-muter cari channel yang dia suka. Dan tahukah kalian apa yang dia tonton? DANGDUT. Astaga. Oh semesta, dangdut. Eitts.. mohon maaf ya bagi yang suka dangdut. Sebenernya jaman kecil gua dulu juga dengerin dangdut, pas sore-sore, pas Ibu nyalain TV hehe.
Haruskah aku suka dangdut juga? Kan aku suka Fras? Bisa jadi sih, tapi ga' deh. Biarin aja dia liat itu. Aku hargai aja. Aku senyum-senyum aja. Mungkin ini hiburan buat dia saat setres menghadapi Sofy.
"Yodah, aku ke kamar dulu ya, nonton BL. Ntar kalo ngantuk tidur di kamar aja?", pesanku pada Fras.
"Iya, gampang..", sahutnya.***
Tanpa sadar, aku dan dia sama-sama tertidur. Aku tertidur di kamar dan Fras tertidur di ruang tengah. Aku lihat jam dan menunjuk pukul 23:15 malam. Aku beranjak bangun dan menghampiri Fras.
"Bro.. bro.. tangi, ayo turu neng kamar ae", aku membisikkan lirih ditelinganya. Dia diam tak bergeming. Astaga. (Bro.. bro.. bangun, ayo tidur di kamar saja). Aku menggoyang-goyangkan badannya, menepuk-nepuk bahunya. Dia mulai terbangung, matanya mulai terbuka.
"Eh iya.. ", katanya. Tidur lagi. Hiyaaa.. nih anak. Aku tarik tangannya biar bangun dan Fras seperti zombie yang berjalan sempoyongan. Akhirnya dia pindah dan tidur di kamar juga. Aku juga berbaring di sebelahnya. Aku masih tersadar dan melanjutkan sedikit BL-ku tadi.
Alih-alih melihat BL, aku lirik-lirik si Fras dan aku kembali jatuh cinta pada dia. Haduu, bahaya ini, pikirku dalam hati. Bukan lagi cinta, ini bisa menjadi nafsu. Astaga.
Udah, aku mulai tak konsentrasi melihat Boy Love Series, karena memang mataku telah menyipit lagi. Aku setel saja music Canon in D sebagai penghantar tidurku. Mungkin juga penghantar indahnya malam nanti.
Eh guys, jangan baca dulu, dengerin tuh musik 5 menitannya dulu. Sapa tau kalian cocok dengan musik itu buat belajar ato tidur.
***
Hufftt, aku ga bisa tidur, karena memang hawanya panas, aku nyalain kipas angin dan tertidur pulas. Sang kipas menyisir tubuh kami malam itu. Sang melodi menari-nari di alam bawah sadar kami. Indah, entah, rasanya hari itu indah, mengalir begitu saja.
***
Aku terusik sedikit menggigil kedinginan, pertanda menjelang subuh, atau sekitar jam 3an. Jam segitu panas tak lagi ada. Hanya bersisa dinginnya malam, ditambah semburan kipas angin yang berlalu lalang. Ihhh, tapi aneh, ada yang aneh, iya aneh. Ada tangan yang melingkar ke tubuhku. Fras, astaga, dia memelukku. Tubuhku membeku dan membatu.
Ihh.. ini apaan sih di belakang?
***
Saya istirahat dulu ya, break bentar, sekitar 1-10 mingguan saja 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Overdose
Teen Fiction[ON-Progress] Hei, aku Adi. Singkat kata, hidupku baik-baik saja, keluargaku, temanku, kerjaanku, hobiku, semua baik-baik saja. Hingga di suatu titik dimana aku merasakan kehampaan yang mendalam. Seperti ada yang kurang dalam diri ini. Entah apa. Hi...