10 Januari, 2019
Jisung mendudukkan dirinya. Ditatapnya sekilas pria yang sedang fokus menonton film yang terputar di depannya, kemudian ia senderkan badannya ke si pria. Pria itu mengerang protes.
"Jangan dekati aku jika kau mau bermanja-manja, aku tidak suka," ujarnya.
Jisung terkekeh. "Kau benar-benar menggunakanku untuk memuaskan nafsumu saja, ya, Lix?"
Pria itu memutar bola matanya. "Tuh, tau. Sekarang, menjauh."
Jisung menggeleng pelan. Ia merangkul pria itu dengan santai dan menariknya.
Jisung berujar, "Nah, I feel needy today," dan mencumbu pria itu dengan kasar.
Pria itu mendesah keras ketika Jisung menggigit bibir bawahnya dengan sensual. Tangan Jisung yang bergerak cepat melucuti pakaian pria itu tidak dapat dihentikannya. Pria itu tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja jari Jisung menusuk lubangnya dengan kasar.
"Ah!" ia mendesah keras. Kepalanya mendongak, matanya terpejam, merasakan sensasi panas dan menyengat itu.
"Felix, pintumu terbu-"
Jisung dan pria itu dengan cepat mengalihkan perhatian mereka.
Di depan pintu apartemen itu, Minho berdiri, menatap keduanya dengan mulut terbuka.
Jisung terkesiap. Ia dengan cepat bangkit dari duduknya dan menghampiri Minho. Jemarinya menyentuh lengan Minho.
"Sayang, ini tidak sep-"
"Diam, Jisung." Minho berkata, suaranya bergetar.
Jisung menatap Minho dan hatinya terenyak. Suara Minho yang bergetar disebabkan oleh air mata yang telah berkumpul di kedua matanya. Badan Minho pun turut bergetar.
Ah, Jisung sangat menyesali perbuatannya.
"K-kau," Minho menarik nafas panjang. "Bajingan."
Jisung menggelengkan kepalanya pelan. Jemarinya bergerak mengusap pipi Minho yang basah.
"Maaf, Minho. Maaf. Aku t-"
"Jangan sentuh aku!" Minho berteriak. Badannya bergetar hebat. Satu detik kemudian, ia ambruk ke lantai.
"Minho!" Felix bergerak cepat menghampiri temannya.
Minho kembali berteriak. "Maju satu langkah lagi dan aku akan membunuhmu!"
Jisung dan Felix diam.
Minho mengatur nafasnya. "Kalian berdua menjijikkan."
Butuh waktu delapan menit penuh bagi Minho untuk mengumpulkan kekuatannya. Dan ketika ia telah berdiri, hal pertama yang ia lakukan adalah berlari dan membanting pintu apartemen Felix dengan keras, menyentak si pemilik apartemen.
Jisung dan Felix saling menatap. Kentara sekali mereka menyesali perbuatan mereka.
"Sial. Sekarang bagaimana, Ji? Aku tidak ingin Minho kembali membenciku," Felix menggigit bibirnya resah.
"Telat sekali untuk berkata itu, ia sudah membencimu, bodoh." Jisung mendengus kasar. "Dan sekarang ia membenciku juga."
"Kenapa kau seolah menyalahkanku? Kau yang mengajakku berselingkuh dengan pacar kakakku!" Felix berteriak sengit.
"Dan kau menyetujuinya," Jisung memutar bola matanya.
Felix mendesah kasar. "Terserah kau. Kita selesai."
Jisung mendengus. "Oke, terserah."
"Silahkan pergi," ujar Felix.
"I was going to anyway."
Jisung dengan cepat melangkahkan kakinya ke luar apartemen Felix. Langkahnya tergesa, ia ingin menemui Minho.
"And now, to get the slut back."
• • • • •
This was just a filler chapter y'all
![](https://img.wattpad.com/cover/188517173-288-k678427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Payback ft. Minsung
FanfictionThere's a complicated string between Jisung, Minho, and stiches.