6.30 AM KST
Saat ini Hyemi sedang duduk bersama orang tua nya. Hyemi membatalkan diri untuk kabur. Sepertinya tidak ada guna nya ia kabur, toh si Guanlin juga menyetujui ini semua.
Namun dalam hati kecil Hyemi, ia tidak ingin menikah di usia sangat muda. Pasalnya baru 4 bulan ia masuk universitas yang selama ini ia dambakan, dan sekarang ia harus keluar dari sana dan menikah dengan Guanlin, yang benar saja? Susah payah Hyemi bekerja di toko roti setelah pergi kuliah atau sebelum pergi kuliah dan hasil kerja nya terbuang begitu saja. Heol, cobaan apa ini?
"Eomma, kumohon aku tidak ingin menikah dengan lelaki itu." sudah satu jam lebih Hyemi terus memohon kepada ibunya, namun respon nya tetap sama.
"Sudahlah sayang, terima saja apa yang terjadi. Eomma yakin kau akan bahagia bersama Guanlin, nee?" ucap ibu Hyemi membuat Hyemi semakin kesal.
"Bagaimana jika lelaki itu mempermainkan perasaan Hyemi?" tanya Hyemi dengan mata berkaca-kaca.
"Bagaimana jika Guanlin mencintaimu?" tanya balik ibu Hyemi. "Kau belum tahu tentang Guanlin yang sebenarnya, jadi kau tak perlu berpikir yang macam-macam." sambung ibu Hyemi.
"Eomma kumohon." mohon Hyemi, kali ini ia menangis tersedu-sedu.
Ibu Hyemi yang melihat Hyemi menangis pun merasa hati nya ter-iris. Namun harus bagaimana lagi? Menikah dengan Guanlin adalah satu-satunya car agar Hyemi tidak perlu bersusah payah bekerja untuk mendapat uang tambahan. Ibu nya ingin Hyemi seperti gadis lain yang selalu bermain di mall bukan bekerja di toko roti.
"Sudahlah, jangan menangis. Kau harus segera mandi, sebentar lagi kau akan didandani oleh perias pengantin. Kau harus tampil cantik. Jika kau menangis, eomma akan merasa berat dengan semua ini." ucap ibu Hyemi sambil mengelus kepala Hyemi. "Kau menyayangi eomma kan?" tanya ibu Hyemi lalu diangguki oleh Hyemi.
"Maka dari itu kau harus menuruti apa kata eomma. Kau harus iklas dengan semua ini. Jika kau iklas, maka kau akan bahagia, nee?" ucap ibu Hyemi sangat lembut lalu Hyemi pun memeluk ibunya sambil terus menangis.
•-•-•-•
9.00 AM KST
"Apa aku sudah tampan?" tanya Gua pun sambil menatap dirinya dihadapan cermin.
Jihoon yang melihatnya pun mengangguk-angguk, "Lumayan." jawabnya singkat.
Guanlin yang mendengar nya pun langsung menyeringai. Perlu diakui, tampilannya saat ini benar-benar sangat tampan.
Guanlin pun duduk di samping Jihoon. "Aku sudah bertemu gadis itu tadi pagi." ucap Guanlin pada Jihoon.
"Mengapa bisa?" tanya Jihoon sambil mengernyitkan dahi.
"Aku hampir menabraknya di jalan tadi pagi." jawab Guanlin.
"Dia tahu dirimu?"
"Jelas dia tahu aku hyung, siapa yang tidak mengenalku di dunia ini?" tanya Guanlin sambil membanggakan dirinya.
"Apa dia manis?"
"Apa kau akan menyukainya?" tanya Guanlin dengan jahil.
"Aku tidak mungkin menyukai gadis miskin." jelas Jihoon sambil berdecih.
"Apa benar? Tahu darimana hyung?" tanya Guanlin penasaran. Pasalnya dirinya tidak mengetahui apapun tentang latar belakang gadis itu.
"Aku tahu dari manager mu." jawab Jihoon santai sambil bersedekap dada.
"Mengapa kau dan manager ku lebih tahu tentang semuanya? Mengapa tidak kalian saja yang menikah dengan gadis itu?" protes Guanlin.
"Kau yang harusnya mencari tahu bodoh!" ketus Jihoon yang menatap Guanlin kesal.
Tok..tok..tok..
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar Guanlin.
"Lee? Ayo kita berangkat. Mereka sudah menunggu disana." ucap ibu Guanlin dibalik pintu.
Mendengar itu Guanlin pun berdiri lalu diikuti Jihoon yang berdiri.
"Permainkan dia atau kau akan terjebak dalam kalimat 'cinta' mu itu." tegas Jihoon lalu ia pun mendahului Guanlin keluar kamar.
Guanlin pun mengangguk setuju. Ia juga tidak ingin terjebak dalam kata 'cinta' bersama gadis itu.
•-•-•-•
Hyemi melihat pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya di poles make up sederhana namun terlihat menarik ketika dilihat.
Demi tuhan, kalau bukan karna ibu nya yang menginginkannya, Hyemi tidak akan menikah dengan lelaki itu. Karna Hyemi tahu, lelaki itu hanya mengincar sesuatu darinya. Mana mungkin ada lelaki kaya raya dan terkenal menikah dengan gadis miskin yang bekerja di toko roti?
Hyemi pun menghela nafas kasar. Sekitar 5 menit lagi ia akan pergi ke gedung pernikahannya. Namun sampai saat ini hatinya belum sepenuhnya menerima. Bahkan ia sangat tidak siap melihat laki-laki itu akan berhadapan dengan nya dan mencium keningnya dihadapan banyak orang.
Tiba-tiba handphone Hyemi berbunyi. Ternyata sahabatnya menelpon nya. Hyemi pun dengan ragu mengangkat telponnya.
"Anyeong Hyemi?" panggil sahabatnya--Ji Ra.
"Anyeong, ada apa?" jawab Hyemi.
"Kau kemana? Acara di kampus hari ini sangat ramai. Banyak bazar juga."
"Ah mian, aku tidak bisa datang. Aku sedang ada urusan."
"Baiklah. Sayang sekali, padahal aku ingin mencicipi banyak makanan dengan mu di bazar kali ini." nada kecewa terdengar jelas dari suara Ji Ra.
"Ya sudah Ji Ra, sepertinya aku harus buru-buru." alibi Hyemi agar Ji Ra tidak terlalu bercerita banyak hal atau bahkan menanyakan lebih dalam ada urusan apa pada dirinya.
Hyemi pun memutuskan sambungan telponnya. Dalam hati kecilnya ia juga sangat menginginkan menikmati bazar makanan di kampus nya bersama sahabatnya. Tak terasa Hyemi pun meneteskan airmata. Mengapa hidupnya akan hancur hanya dalam hitungan jam?
"Hyemi? Ayo kita berangkat." teriak ibu Hyemi dari luar kamar Hyemi.
Dengan cepat Hyemi pun menghapus airmata nya lalu pergi keluar kamar.
Selamat tinggal kamar ku yang manis ini!
•
•
•
•
•
•
•
Yang belom vomment, ayoooooooooooo! Biar semangat aku nulisnyaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts Me | Lee Guanlin
FanfictionGuanlin : Ternyata cinta bisa datang setelah memiliki anak. Kisah seorang pemuda 18 tahun yang menikah karna tuntutan pekerjaan. Menikah tanpa cinta sepertinya sudah biasa terdengar di kalangan masyarakat, bahkan cinta datang setelah menikah juga bu...