H - 1

1K 56 57
                                    

Happy JunHwan Day!
1st June 2019

Rencananya buat JunHwan Day,
Tapi malah baru ke pub sekarang
Gapapa yak awkoawko
fanfiction ini, Angst.

"Jinani"

"Jinani, ayolah.."

Yang dipanggil belum menoleh. Ia masih murka. Dari kerutan dahinya dan tatapannya yang penuh dengan amarah. Ia selalu membuang muka tiap orang itu memanggil dan berusaha mendekatinya.

Jelas ia sangat marah sekarang, untuk kedua kalinya ia lihat kekasihnya, pria tinggi bodoh yang menyebalkan itu, menemui mantannya. Bukan untuk alasan yang jelas, mantannya yang menjijikan itu baru saja putus dari pacarnya lagi dan butuh teman curhat. Dan dari semua orang yang ia kenal, kenapa harus lelakinya?

"Jinani ayolah, dia hanya menemuiku untuk bercerita. Aku bahkan tak menyentuhnya sama sekali."

"Jinani, tolong. Aku sungguh minta maaf." Kembali pria itu membujuk Jinhwan.

"Aku tak marah." akhirnya si pria mungil berkata sembari menghela nafas berat.

"Aku, butuh waktu sendiri. Lakukan sesukamu dengannya." Jinhwan berdiri dari sofa dan meninggalkan Junhoe, pria yang ia sebut kekasihnya.

"Jinhwaan..." Junhoe belum menyerah. Ia mengikuti arah langkah Jinhwan ke kamar mereka, yang sudah ditinggali bersama sejak dua tahun lalu.

Jinhwan duduk di tepi ranjang dan melepaskan cardigan cokelatnya sembarangan. Ia butuh isitrahat. Pria mungil dengan tahi lalat di bawah mata kanannya itu kembali menghela nafas.

"Jinhwan, aku sungguh minta maaf. Aku salah karena menemuinya, aku hanya tidak ingin menolak permintaan seseorang yang butuh bantuanku. Aku minta maaf Jinhwan. Aku sangat mencintaimu." Bibir tebal itu tak hentinya berucap maaf. Ia duduk di samping Jinhwan dan menggenggam lengannya lembut.

"Aku berjanji tidak akan melayani nya lagi, aku mohon maafkan aku."

Lagi, Jinhwan menghela nafas. Setelah mengabaikannya sejak tadi, akhirnya Jinhwan menatap Junhoe. Matanya sayu. Ia mengelus kedua pundak dan bisep Junhoe. Kembali menghela nafas. Jinhwan memeluk leher Junhoe, membenamkan wajahnya di pundak pria itu sambil menghirup aroma khasnya, yang selalu menjadi nikotin baginya.

Junhoe sedikit terkejut, tapi ia dengan senang hati membalas pelukan kekasihnya. Sesekali ia mengelus punggung Jinhwan dengan posesif. Mungkin saat ini Jinhwan sudah memaafkannya.

Mereka pelukan untuk waktu yang lama, tanpa ada adu lisan antara keduanya. Hanya keheningan. Junhoe ragu untuk melepaskan, karena pelukan Jinwhan tak terlihat hendak dilepaskan oleh pemiliknya.

Mereka masih diam, Jinhwan yang masih terus menghirup aroma tubuh Junhoe. Dan pria tinggi itu masih asik mengelus punggungnya, sesekali mencium telinganya.

"Jangan sampai orang menjijikan itu selalu membuat kita bertengkar." Ujar Jinhwan akhirnya. Junhoe terkekeh dengan kata menjijikannya. Pria itu kembali menempelkan bibir tebalnya ke kuping telinga Jinhwan.

"Tidak ada yang bisa membuatku berpaling dari keindahan tuhan sepertimu, Jinhwan. Aku mencintaimu." Junhoe tersenyum. Jinhwan bersemu di belakangnya, tersenyum kecil lalu melepaskan pelukannya.

"Mari kita makan, aku sudah lapar." Kata Jinhwan, sambil menangkup pipi tirus Junhoe, mengecup bibirnya sekilas. Ia berdiri dan menarik tangan Junhoe, mengajaknya keluar kamar.

.
.
.

Junhoe mematikan layar laptopnya. Kemudian ia segera merapikan meja kerjanya. Jam sudah menunjukan pukul 5 sore, waktu untuknya selesai bekerja. Jika ia akan melembur ia bisa tetap tinggal hingga jam sepuluh malam.

JunHwan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang