Strip pt.3

426 41 84
                                    

"Kau sehat?" Donghyuk mengerutkan alisnya melihat wajah pucat Jinhwan. Ini sudah seminggu semenjak kejadian terakhir ia bertemu Jiwon.

"Apa aku pernah sehat?" balas Jinhwan malas. Kalau bukan karena ia kelaparan, ia tak mungkin datang ke apartemen Donghyuk. Bukan. Ia berencana ke salon tatto tadi, tapi Donghyuk bilang ia menutupnya karena baru pulang dari luar kota.

"Kau belum menyentuh makananmu."

"Huft, aku lapar tapi aku tak ingin makan ini." Ujarnya, kurang bersyukur apa dia? Dia sendiri tak punya uang untuk membeli selain ramyeon instan dan sebungkus rokok.

"Sejak kapan kau jadi manja dan pemilih?" Donghyuk makin heran. Tapi ia tak terlalu peduli dan memaksa Jinhwan memakan makanannya segera. Keduanya pun menghabiskan makan malam dengan banyak keluhan dari Jinhwan.

Setelah makan, Donghyuk segera merapikan dan duduk di atas sofa. Ia  membuka botol soju dan menegaknya langsung.

"Huweek.. bau apa ini?!" Jinhwan, yang hanya berbaring di lantai, langsung berlari ke kamar mandi.

"Hah? Ini hanya soju?" Donghyuk mendekati Jinhwan ke kamar mandi. Sungguh ia muntah!

"Aku akan pulang setelah ini." melas Jinhwan akhirnya. Mengundang tanya Donghyuk. Ah tidak juga, Jinhwna punya pola hidup tak sehat, biasa saja ia sakit sakitan sekarang.




Di rumah kecilnya, Jinhwan hanya berbaring. Semenjak malam bertemu Jiwon itu ia merasakan ada gejolak yang aneh pada perutnya. Ntahlah.

"Kau tidak coba ke dokter?" tanya Yunhyeong, si namja anggun itu sungguh tak ingin datang sebenarnya. Tapi ia sangat khawatir begitu mendengar suara parau Jinhwan.

"Hanya membuang uang. Paling demam biasa."

"Kau itu sumber penyakit bodoh. Hentikan kebiasaanmu merokok itu."

"Hehe, aku belum ada merokok dua hari ini, bibirku rasanya aneh."

"Tubuhmu sudah menolak sekarang. Pastikan kau ke rumah sakit sebelum mayatmu membusuk di sini. Aku tidak akan mau mengurusi pemakamanmu." Yunheyong meletakkan kartunya di atas meja Jinhwan. Untuk pengobatan Jinhwan tentunya. Sebenci apapun dia pada pria mungil itu, Jinhwan adalah sahabatnya sejak lama.

"Aku akan menemui Hanbin."

"Aku ikut." Jinhwan langsung duduk.

"Untuk apa lagi? Tolonglah Jinhwan. Kau sama saja bunuh diri jika kau menemui Hanbin lagi. Apalagi soal hal itu."

"Aku harus berbicara padanya. Jiwon tetap akan mengejarku jika aku tak menemuinya."

"Aku bilang padamu! Hubungan Hanbin dan Jiwon sebaiknya kau tak ikut campur lagi. Jiwon hanya mengancammu." Yunhyeong sangat tidak suka melihat pria mungil ini beriskeras untuk menemui kekasihnya. Tapi kilat mata Jinhwan membuatnya juga tak berani banyak membantah.

"Aku akan lepas tangan jika rencana yang kau pikirkan ini tak berjalan. Mau kau mati ditangan Hanbin atau Jiwon nantinya, aku berhenti peduli padamu." Omel Yun terakhir. Jinhwan terkekeh. Dia memang keras kepala, tapi memang tak ada yang bisa menolak permitaan si kecil itu.

"Hanya setengah jam, lalu kau pergi ke rumah sakit." Jinhwan mengangguk.



...



Junhoe berjalan keluar dari lingkungan apartemennya. Ia dapat libur dua hari ini. Junhoe belum bertemu Jinhwan, seminggu mungkin. Ntah apa yang yang pria kecil itu lakukan. Sangat sulit membuatnya untuk menajwab panggipan Junhoe atau sekedar membalas pesan.

JunHwan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang