feelin'

917 54 47
                                    

inspired by my fuckin' lit song
The Weeknd - The Hills

Jinhwan melempar pandangannya ke belakang, tak tahan dengan hujaman Junhoe. Pria tampan dengan rahang tegas dan mata elang itu sangat kasar. Dan selalu kasar. Jinhwan bahkan tak sempat dapat foreplay yang cukup. Pria tak tahu diri itu langsung menerjangnya dalam satu penetrasi.

"Fuck Junhoe... Hgnnhh..aahh! Ahh!"

Mulutnya sibuk mendesah dan mengumpat pada Junhoe. Si pelaku hanya mengerang tak peduli. Lebih memilih untuk memuaskan diri sendiri. Ia bahkan lupa penis gila itu memiliki ukuran yang besar, apalagi di bandingkan rongga anus Jinhwan yang justru sangat rapat.

"Aah! Aahhnn! Jun! Fuck! Hgnnhh ahhh!"

Tangannya meremas seprai dengan kuat. Ia kesakitan, tapi tak memungkiri bahwa ia juga sangat menikmati hentakan demi hentakan di spot sweetnya.

"Kau banyakhh hekkk.. meracauh.. ada apa dengamu heh? Hgnnhh.."

Junhoe masih tak menurunkan tempo permainannya. Bahkan tubuh Jinhwan itu hampir terlempar karena permainannya. Tolong, dia memang tak punya hati karena rasa haus seksnya.

"Bo..dohh! Ahh! Aahh!! Arghh! Hgnnhh ahh! Pe.. pelan aah! Pelan pelan!"

"Hahaha!" Pria itu memelankan sedikit lalu mata tajamnya melirik Jinhwan. Jangan lupa seringainya, tampak licik, selalu.

"Ada apa? Kenapa kau sangat lemah malam ini Jinhwan? Apa karena aku tak menusukmu seminggu saja?"

Dengan kejantanannya yang masih bersarang di tempat sempit basah dan hangat itu, lidah Junhoe mulai menjalankan perannya. Ia menjilat area pektoral Jinhwan, bermain bahkan menghisapnya dengan kuat.

"Yak! Hgnnh! Kau kasar bodoh! Kau ingin membunuhku?"

"Hoo? Aku bisa membunuhmu dengan ini? Terakhir kau bahkan meneriakan namaku meminta adik kecilku bermain di dalammu."

"Damn you Junhoe."

"Kau cukup mendesah, Jinhwannie. Dan aku selesaikan tugasku di bawah sini. Lihat adik kecilmu ini sudah tegang, minta di puaskan juga?"

"Ahh!" Jeritan Jinhwan kembali keluar begitu Junhoe kembali menghentakkan pinggulnya. Menggenjotnya hingga titik terdalamnya.

"Jangan mengumpat. Akan kuberi layanan ekstra kalau desahanmu  sangat nikmat itu yang keluar."

Jinhwan benci Junhoe. Selalu.

"Ahh!! Ahh! Hgnnhh!! Akuhh tak.. tahann lagiih ahh! Ahh!!"

Junhoe tersenyum miring. Tangannya mulai bekerja, menyentuh dan memijat lembut kejantanan Jinhwan. Tangannya bergerak naik turun. Jangan lupa kalau pinggulnya juga masih terus menghentak.

"Ahh! Hgnnhh ... Ahhhn!!"

Cairan kental itu mencuat mengenai perut berotot Junhoe. Jinhwan sampai klimaksnya. Pria bersurai hitam itu memberi jeda pada hentakkannya untuk Jinhwan menikmati klimaksnya. Namja manis dengan tahi lalat di bawah matanya itu sudah kepayahan. Semua sudha keluar dan tenganya lemas.

"Berbalik." titah Junhoe.

"Bisakah kau selesaikan sekarang? Aku lelah."

"Aku bilang berbalik." Sisi diktator Junhoe selalu berhasil membuat Jinhwan patuh. Padahal sebenarnya Jinhwan tak takut untuk membantah. Tapi ia justru akan makin kelalahan jika membantah sekarang.

Ia memutar badannya menjadi bertopang pada lutut dan sikutnya. Pinggulnya ia naikan. Membuat Junhoe menyeringai, pandangan Jinhwan telanjang bagaimanapun memang selalu berhasil membangkitkan hasratnya.

JunHwan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang