12

57 9 6
                                    

"Tiup dulu lilinnya." Erik memejamkan mata untuk berdoa dan meniup lilin bersama adiknya.

Erik menautkan alisnya saat Rika memberikan sebuah kotak kado berwarna hitam.

Sebuah jam tangan. Ia mengulas senyum yang sangat manis setelah membuka kado tersebut.

"Harus di pake!! Rika udah beli ini mahal-mahal," ucapnya memaksa. Sedangkan Erik hanya terkekeh lalu mengacak rambut adiknya gemas.

"Makasih yaa adiknya abang yang paling cantik," ujar Erik yang dibalas dengan anggukan kepala. Tanpa sadar Rika menguap karena rasa kantuk yang mulai datang.

"Mau kemana?" tanya Erik sambil mencekal tangan Rika yang hendak membuka pintu kamarnya.

"Mau tidur, bang. Rika ngantuk banget," ucap Rika lirih. Namun, tanpa disangka Erik menggendong adiknya ala bridal style dan membawa ke tempat tidurnya.

Sedangkan Rika yang diperlakukan begitu hanya diam dan berusaha menetralkan detak jantungnya, ia lalu mengalungkan tangannya pada leher Erik dan berusaha tidur walau rasa terkejutnya belum juga hilang.

Kok gue jadi salting sih, ini juga kenapa detaknya kenceng banget. Batin Rika.

Erik mencium puncak kepala adiknya lalu mengusapnya dengan sayang berharap Rika akan cepat tertidur.

"Makasih untuk semuanya. Abang sayang Rika." Setelah mengucap kalimat itu Erik menutup matanya dan tertidur.

___________________ERIKA___________________

"Jadi, Alvin punya kakak, Nek?" tanya alvin memastikan, neneknya hanya menanggapi dengan anggukan kepala.

Setelah neneknya bercerita, kini ia tau bahwa ia tidak sendiri. Ia masih punya keluarga selain neneknya. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama saat sang nenek mengatakan sang kakak telah di adopsi oleh orang lain.

"Nenek tahu kakak aku sekarang dimana?" tanya Alvin.

"Nenek tidak tahu, dulu orang tua kamu serba kekurangan, kakak kamu dititipkan di panti asuhan agar tidak kelaparan. Setelah itu ada yang mengadopsi kakakmu, mereka lalu meminta identitas sepasang suami istri yang telah mengadopsi dan ingin mendatangi rumahnya, tapi ternyata sepasang suami istri itu telah pindah rumah dan orang tuamu sangat kacau karena telah kehilangan kakakmu," jelas Nenek Alvin.

Alvin menundukkan kepala, tanpa sadar meneteskan air mata yang telah ia tahan sejak tadi. Nenek Alvin yang melihat cucunya sangat sedih hanya bisa menenangkan dan memberi semangat.

"Kakak kamu pasti ketemu, seingat nenek ia memiliki tanda lahir di lengan bagian kiri," ucap nenek  sambil memeluk cucunya. Alvin melepaskan pelukan neneknya dan beranjak untuk tidur mengingat besok ia harus bekerja lagi.

___________________ERIKA___________________

Hal pertama yang dilihat Rika sekarang adalah wajah Erik. Tangannya terulur untuk mengusap pipi kakaknya.

Lucu, gumamnya sambil tertawa kecil.

"Astaga gue telat!" ucap Rika setelah melihat jam menunjukan pukul 07.00.

"Mau kemana?" Rika mengalihkan perhatian ketika mendengar suara Erik yang baru bangun tidur.

"Bang, Rika telat. Udah jam 7." Erik mengambil handphone miliknya lalu menunjukkan kepada adiknya bahwa ini adalah hari sabtu. Sedangkan Rika hanya tersenyum geli mengingat betapa panik dirinya.

"Mama cariin ternyata kamu tidur sama abang," ucap Mila yang tiba-tiba membuka pintu kamar Erik.

"Ayo mandi terus sarapan," lanjutnya. Rika hanya tersenyum lalu beranjak dari tempat tidur kakaknya untuk mandi dan sarapan bersama.

Entah mengapa Rika selalu mengingat kejadian semalam. Saat sang kakak menggendong dirinya, mengapa ia merasa ada yang aneh.

Ia merebahkan diri diatas rumput belakang rumahnya menikmati angin yang berhembus sambil melihat langit yang berwarna biru cerah.

Rika suka suasana ini, ia suka ketenangan tanpa ada gangguan dari sang kakak.

"Abang kira kamu di kamar, ternyata lagi nikmatin pemandangan langit." Ingin rasanya Rika mengutuk abangnya yang selalu mengikuti dimanapun ia berada.

Baru saja ia bersyukur karena sang kakak tidak mengganggu ketenangannya, tapi sekarang ia harus menarik segala ucapannya karena Erik baru saja datang dan ikut merebahkan tubuhnya.

Rika tidak menanggapi ucapan Erik, ia masih asik dengan fikiran dan suasana yang sangat mendukung ia untuk tidur siang.

Hentikan waktunya Tuhan. Batin Rika, karena ini waktu yang sangat tepat untuk bersantai. Tidak ada PR, tugas kelompok, bahkan les yang harus ia datangi.

Suasana seperti ini, ia jadi rindu dengan ketiga temannya. Sedang apa mereka? Apakah harus menghubunginya? Tapi kalau mereka merasa terganggu bagaimana?

Saat sedang asik bergelut dengan fikirannya, tiba-tiba orang tuanya pun ikut bergabung, duduk diatas rumput dengan cemilan yang baru saja di bawa dari dapur.

"Pa, tanding renang yuk. Yang kalah harus traktir," ajak Erik yang langsung ditanggapi dengan anggukan kepala mantap oleh Rika.

"Boleh, ayo siap-siap dulu. Ganti baju. Nanti mama sama Rika yang jadi jurinya," ucap Nino lalu beranjak dari tempat duduknya yang diikuti Erik.

Setelah mengganti pakaian, Rika segera memanggil Mang Yusuf untuk ikut meramaikan lomba antara kakak dan papanya.

Mang Yusuf sebagai suporter, Rika sebagai juri, sedangkan Mila sebagai dokumentasi.

Pemenang lomba renang saat ini adalah Nino. Jadi, Erik yang harus menraktir 1 rumah. Setelah perlombaan itu selesai, Mang Yusuf dan Mamanya menyiapkan tempat untuk membuat sosis bakar dalam rangka merayakan kemenangan sang Papa.

"Huaaa...Abanggg," teriak Rika saat Erik menarik tangannya untuk ikut masuk ke dalam kolam.

Sangat menyebalkan! Untung Rika bisa renang. Bahkan ia belum sempat mengganti pakaiannya dengan pakaian renang.

"Erik, Rika. Sudah, ganti baju kalian kita makan sosis bakar ini sama-sama," ucap Nino sambil menunjukan sosis yang sudah matang.

Kakak beradik itu segera beranjak dari kolam dan mengganti bajunya.

Keseruan malam minggu yang luar biasa. Rika ingin menikmati waktu seperti ini lebih lama dan selamanya. Bersyukur karena sudah memberikan keluarga luar biasa yang selalu melindungi dan selalu ada untuknya.

Huft! Capek. Batin Rika setelah masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Mengambil handphone dan melihat siapa yang mengirimnya pesan.

+62××××××××××
Hai! Lo Rika 'kan? Save nomor gue ya.

Davi.

Tbc
Komen, kritik, saran sangat diterima

Salam,
ERIKA

ERIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang