Meine (Milikku)

69 7 4
                                    

"kirana! Mulai sekarang kamu adalah pacarku." kirana termangu, kebingungan.
Sesosok lelaki tinggi berkulit coklat, dengan wajah diselimuti kharisma, mendekati dan menarik lengannya.
"kamu sekarang pacarku, jadi jangan lagi membuatku cemburu." kirana menyipitkan matanya.
"apaan si mo, ko tiba-tiba gitu?"
"karna kamu juga gitu, pandai membuatku cemburu. " wanita bertubuh mungil itu tertawa, geli mendengar kalimat itu keluar dari lelaki yang telah dikenalnya sejak SMP. Lelaki dengan suara berat, khas, dan seringkali membuatnya tertawa sendiri di persembunyian. Tempat kesepian telah disemayamkan semenjak kehadirannya, kehadiran moha.
"aku kan belom jawab mo."
"em, em, em." moha geleng-geleng kepala.
"maaf kirana, aku tak menerima penolakan." kirana tertawa.

Kamu tahu? Aku bahkan takkan pernah berkata tidak.

**************

Hari itu, kini hanyalah bagian dari 'suatu hari' yang tak akan bisa terulang, atau dikembalikan sekehendak hati. Hari itu, yang dulunya adalah hari ini, sekarang telah melapang, dan telah melewati berbagai ujian. Kecemburuan kini bukan lagi menjadi masalah mereka. Karna kecemburuan sudah kelelahan.

"mo kemana si?" kirana melirik kesamping bangkunya, orang yang tepat semeja dengannya. Uci, remaja itu akrab disapa. Teman sekelas, sekaligus teman sebangkunya.

"biasanya juga telat na. Elu tenang ajah." uci tetap melanjutkan kegiatannya, mencontek buku PR kirana.(true gaesss)

"selamat pagi semuanya!" seorang guru memasuki ruangan kelas, lalu mengamati sekitar. Dan didapati bangku paling belakang masih kosong.
"kemana?" pak guru melirik kirana. Bertanya dan menggerakan dagunya keatas.
"disini pak!" moha berdiri dimuka pintu, tersenyum enteng.
"push up kan pak? Siiiaaappp!!" tanpa menunggu jawaban dari guru di hadapannya moha langsung bersiap, dan meletakan tas berwarna abu miliknya.
Hal yang sudah biasa terjadi setiap pagi. Dan sudah tak asing bagi semua guru dan teman sekelasnya. Namun masih sanggup membuat cemas kirana, cemas moha tak akan hadir hari ini.

Karna tak melihatmu, adalah mimpi terburukku.

Percuma jika bertanya alasannnya, karna alasannya selalu sama 'telat bangun!'. Dan tak pernah ada hukuman yang lebih kejam dari push up. Sebab moha, adalah anak kesayangan. Dia berprestasi di segala bidang. Jadi, anggap saja ini sebagai sentilan.

"darimana si mooo?!" kirana langsung membalikan badan, bertanya dengan cemas. Moha tepat dibelakang bangkunya.
"kamu kan pacarku, masa gak tahu?".
"cih!" kirana menaikan bibirnya, musam-mesem.
"aku punya penyakit kronis kirana."
"what? Omkos lu mo!" uci ikut menyambar.
"eh, serius gua ci." mereka terus bercakap-cakap setengah berbisik.
"gua belom tau nama penyakitnya apa, tapi gejalanya kalo malem susah tidur, kalo pagi susah bangun."
"ngeluccu." kirana menimpali. Uci bersungut-sungut dan tertawa pada akhirnya.
Pelajaran membosankan telah usai, moha yang duduk sendirian di bangku paling belakang, sedang merpihkan mejanya.
"mau tidur ya?" kirana manyun.
"gak boleh?" moha terdiam sesaat, memperhatikan kirana.
"mulai nih mulai. Drama romantisnya mulai. Udah ah, gua kekantin aja, daripada jadi laler. Yuk ahh!!" uci beranjak. Kirana hanya tersenyum manja, menanggapi uci dengan lambaian tangan.
"sok ajah mo sok!" nada suaranya di tinggikan.
"katanya sok aja, tapi sewot."
"bodo ahh!" kirana memasang wajah ngambek.
"hey!" moha menyentuh lengan baju kirana.
"hey tayo!" moha tersenyum, kirana tidak.
"hei, ulangi kata-kataku kirana." kirana melirik moha, nampak serius.
"aku mencintaimu, ulangi kata-kata itu."
"apaan si?" kirana tersenyum, lalu memukul-mukul kecil tangan moha. (gemezzz.. Gemezz.. Gemezz..)
**********
Semua yang terlalu sederhana ini, justru menimbulkan kekhawatiran. Kira-kira akan seperti apa akhirnya? Sebab kerumitan adalah teman baik kisah ini.

Stuck On StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang