4

4.9K 146 14
                                    

well... ada yg kangen ngga?

***

Alesha menatap kosong dinding kamarnya. Memikirkan betapa bodoh dirinya yang telah menyetujui persyaratan dari Tristan beberapa menit yang lalu. Tentu saja Alesha lebih dirugikan.

Pertama, Tristan menyuruhnya menggunakan kata ganti informal dan memanggil namanya saja tanpa embel-embel 'pak'.

Sebenarnya Alesha sedikit tidak menyetujui itu karena wajah Tristan sudah cocok dipanggil dengan sebutan bapak. Tapi tak apa, pikirnya, selama hal itu tidak merugikan Alesha.

Kedua, Tristan menyuruh Alesha resign dari kafe Jasmine's dan menjadi pembantu di rumahnya dengan alasan yang tidak jelas dan tidak masuk akal bagi Alesha; muka kamu cocok untuk menjadi pembantuku.

Ketiga, Alesha tidak boleh membantah pada Tristan karena Tristan adalah majikannya. Padahal Alesha belum menyetujui perpindahan statusnya menjadi pembantu Tristan.

Tentu saja Alesha akan merugi. Dia memiliki banyak alasan untuk menentang persyaratan itu. Tetapi kembali kepada pernyataan Alesha dimana dia mengatakan bahwa bersedia melakukan apapun untuk Tristan.

Apapun.

Sekarang dia baru menyesali semua perkataan bodohnya. Ternyata Tristan bukanlah psikopat seperti yang ada di pikirannya. Dia mengaku pada Alesha bahwa dirinya tidak menyukai daging manusia dan mengatakan bahwa Alesha sangat bodoh.

Oke, Alesha setuju dengan Tristan bahwa dirinya bodoh karena selalu menyimpulkan segala hal mengandalkan logika otak standarnya.

You've got a bad reputation in my neighbourhood...

Alesha terlonjak mendengar nada dering dari ponselnya dan terpampang nama Tristan di layar pipih itu. Dia memang sudah menyimpan nomor Tristan karena pria itu yang memaksanya. Tapi bukan berarti Alesha harus mengangkat panggilan setiap kali dia menelpon, bukan?

Tiba-tiba Tristan mengirimkannya pesan, menyuruhnya mengangkat panggilan disertai kalimat-kalimat mengancam.

Baiklah, Alesha akan menurutinya kali ini.

"Apa?"

"Besok kamu harus sudah resign dan datang ke rumahku. Nanti aku kirim alamatnya."

"Iya."

"Ingat. Jangan iya-iya saja."

Alesha mendengus keras dengan sengaja. "Iya, Alesha ingat."

Belum sempat Alesha menutup panggilan itu, Tristan sudah lebih dulu melakukan itu. Sial, Alesha kalah cepat. Tristan semakin bersikap semena-mena padanya.

Lihat saja, Alesha tidak akan mau menurut padanya. Dia kira dia siapa? Hanya pria asing yang tidak diundang, memaksa masuk ke dalam kehidupan Alesha.

Dengan perasaan kesal, Alesha menelpon Tristan dan tak lama Tristan langsung mengangkat panggilan Alesha. Alesha akui, dia suka sifat Tristan yang tanggap seperti itu. Hanya sikap tanggapnya saja, bukan yang lain.

"Alesha cuma mau Tristan tahu kalau Alesha ini bukan cewek gampangan." Ucap Alesha penuh penekanan.

"Aku tahu." Jawab Tristan santai dengan nada rendahnya. Mau santai ataupun tidak, tetap saja membuat Alesha sedikit bergidik ngeri. "Ada lagi yang ingin kamu sampaikan?"

"Enggak."

Tristan langsung mematikan panggilan itu. Sial lagi, Alesha kalah cepat.

Tidak putus asa, Alesha menelpon Tristan lagi. Mencoba menjadi yang pertama memutuskan panggilan. Dengan begitu, Tristan tidak dapat meremehkan Alesha karena dia berani memutuskan panggilan dengan Tristan.

Rich Man's MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang