9

1.7K 71 1
                                    

"Pelan-pelan, Tristan. Sakit, nghh..."

"Diam. Kalau kamu berisik, nanti dimarahin orang di kamar sebelah."

"Sakit, Tristan. Alesha nggak kuat."

"Kamu jangan bergerak, nanti makin sakit."

"Ah... ah... engh... Tristan!"

"Diam."

"Tris—Tristan jahat. Ah... Alesha nggak kuat, Tristan. Berhenti, berhenti!"

"Nggak mau. Kamu diam saja. Jangan banyak mengomel."

"Tapi... Sakit, Tristan."

Tristan menghela napas kesal. Dia mendongak melihat wajah penuh kesakitan Alesha yang duduk di tepi ranjang dengan tangannya yang memukul-mukul tangan Tristan. Padahal Tristan sudah melakukannya dengan perlahan, tetapi Alesha tetap saja merasa kesakitan.

"Makanya, kalau kamu nggak bertingkah, kan, nggak bakal begini kejadiannya. Dasar bocah." Ujar Tristan, membereskan kotak P3Knya.

Alesha merengut dipanggil bocah. Usianya sudah 18 tahun dan sudah melewati masa pubertasnya. Dia bukanlah bocah seperti yang Tristan katakan.

"Kok Alesha yang salah jadinya? Tristan nggak ingat kalau Tristan yang mendorong Alesha sampai jatuh ke lantai? Pikun."

"Salah kamu juga. Ngapain kamu tidur di ranjang, di samping aku? Wajar lah aku kaget sampai mendorong kamu."

Pria itu benar-benar pikun atau bagaimana? Sudah jelas kemarin Tristan yang mengajak Alesha tidur bersama. Tahu begini, Alesha tidak akan mau naik ke ranjang dan tidur di samping Tristan yang sudah tertidur pulas.

Alesha mendelik sebal. Sedetik kemudian, dia langsung tersadar akan perbuatannya. Seharusnya dia menolak ajakan Tristan dan tahu bahwa Tristan hanya berbasa-basi. Pria ini tidak mungkin mengizinkan Alesha yang notabenenya adalah pembantu Tristan.

"Maaf, ya, Tristan." Alesha menjauhkan kakinya dari jangkauan Tristan, mencoba berdiri. "Maaf sudah merepotkan Tristan."

Dahi Tristan mengernyit bingung mendengar permintaan maaf Alesha. Sebenarnya perempuan ini tidak bersalah.

Hanya saja Tristan terlalu gengsi mengakui bahwa Alesha membuat adiknya berdiri seketika saat mata Tristan menangkap tubuh Alesha dan membuat seakan-akan Alesha yang bersalah dalam hal ini.

Tristan menarik tangan Alesha ketika melihat perempuan itu berjalan menjauhi dirinya. "Alesha, tunggu. Aku minta maaf. Jangan pergi—"

"Kenapa Alesha nggak boleh pergi? Alesha mau pipis." Alesha menghempas lembut tangan Tristan. "Tristan mau ikut, ya?"

Rahang Tristan hampir jatuh mendengar perkataan polos yang berasal dari mulut Alesha. Dengan kaku, Tristan menggelengkan kepalanya membuat Alesha berbalik dan melanjutkan perjalanannya ke kamar mandi di kamar mewah itu.

Tristan terduduk di tepi ranjang. Kedua tangannya mengusap kasar wajahnya. Bagaimana bisa perempuan yang berusia 18 tahun layaknya terjebak dalam otak bocah 5 tahun?

Kalau seperti ini terus-menerus, Tristan tidak dapat menahan dirinya. Adiknya selalu bangun ketika Alesha mengatakan hal yang menjurus ke arah negatif.

Walaupun Tristan mengetahui bahwa Alesha memang benar-benar polos dan berkata dengan jujur dalam artian sebenarnya. Bukan konotasi kotor seperti yang ada dalam otak Tristan.

"Gue nggak bisa menahan ini lebih lama lagi. Sial." Tristan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Alesha sudah selesai. Tristan mau pipis, ya?"

Rich Man's MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang