3=/🍑

6 3 0
                                    

Langit sedang menangis sore ini, menjatuhkan tangisannya ke bumi,

Tapi gadis ini tetap pada posisinya, dengan nafas teratur. Auriga pegagus tertidur lelap, terlalu kalap dengan lelah.

"hm" gumannya mengumpulkan nyawa

auriga membawa tubuhnya untuk turun ke lantai bawah lebih tepatnya menuju dapur, menumpahkan setengah air bening ke dalam gelas bening.

Memasukkannya melewati pelantara bibir tipisnya yang selanjutnya melewati lidah sebagai perasa untuk membasahkan tenggorokannya yang terasa kering

"riga jaket kamu keujanan" ucap wanita paruh baya yang membawa setumpuk jemuran

Auriga berlari kearah wanita tersebut, mengambil alih jaketnya "ibun kok ngak bilang, aduh"

"siapa suruh hujan ngak bilang ibun, kan jarak buat ke lantai 3 juga jauh, oh kamu minjem jaket pacarmu ya?"

"mana ada bun, jaket mas mas jamet inimah"

"namanya jeffrey ya?"

"mana riga tau, ngak penti-ibun tau dari mana bun namanya?''

"itu ada namanya jeffrey eridanus" tunjuknya pada sebuah dua kata yang tertempel di lengan jaket itu

"mungkin, jadi ini jaket si jepri kali bun, dia minjemin buat riga waktu riga tembus, dan riga ngak kenal dia, udah ya bun makasih" auriga langsung menjelaskan semuanya karena ibunya tersebut terlihat ingin bertanya atau tidak faham
Entah.

Saat sedang menontonproduce x 101 dengan tidak bersahabat terdengar pintunya yang di ketuk

"masuk"

"dek gue bagi pembalut, pembalut gue abis" ucap aurin mengambil sisa pembalut auriga

"eh itu sisa dua doang kenapa diambil semua" auriga langsung berdiri berhadapan dengan kakaknya

"beli lagi lah"

"beli sendiri ish" tangan auriga mengambil alih dua pembalut tersebut

"udah bocor nih gue, darurat. Lu kan tinggal beli, diluar juga udah ngak ujan"

"yaudah nih, bawa sono tarus pergi yang jauh jangan balik"

"repot dasar" cibir aurin

Tidak tahu terimakasih, fikir auriga

Auriga segera menutup laptopnya tanpa mematikannya dahulu, mengambil selembar uang berwarna biru dan memakai jaket yang ada di gantungan depan kaca dikamarnya.

Sedikit berlari untuk keluar rumah, menuju minimarket dua puluh empat jam, yang berada di luar komplek

auriga keluar hanya memakai celana pendek yang memperlihatkan pahanya, memakai jaket kebesaran si pemilik jeffrey eridanus, hingga menutupi celana yang pendek, bisa dibilang dengan kata lain jaketnya seperti daster menutupi sampai sebagian paha.

Setelah mengambil beberapa pembalut, millo kaleng dan snak snak, jangan lupakan ice cream yang selalu dibelinya, disini sekarang auriga, mengantri di barisan, kelima.

auriga menyesali dirinya yang hanya sendiri ke minimarket ini tanpa membawa payung, lihatlah sekarang hujan kembali membasahi jakarta bagian pinggir ini, mau tak mau auriga kembali ke dalam minimarket yang seperti tempat tongkrongan untuk duduk menunggu hujan sambil memakan ice creamnya

"sendirian aja lo?" sumber suara membuat auriga menoleh dan kaget

"wuah ngagetin lo, kaya setan kadang muncul kadang engga"

"masih inget, gue kira udah lupa, suka ya sama jaket gue"

"apaan, kan lo sendiri yang nawarin-nih" ucapnya menjulurkan tangan yang ada jaket lelaki tersebut

eridanus-pegasus=/JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang