Pada pukul 08.00 pagi minggu seusai sarapan pagi, Hyun menelfon Hye yang masih belum bergerak dari meja makan, sementara kedua orangtuanya hanya menatap sambil mengunyah cemilan penutup."Lagi tidak sibuk kan? Aku ingin video call." Terdengar suara Hyun khas setelah Hye menempelkan ponselnya di kuping kiri, Hye dapat melihat ayahnya yang beberapa kali meliriknya.
Hye langsung beranjak dari kursinya diikuti tatapan kedua orangtuanya yang akhirnya hanya mengangkat bahu.
Hye duduk di tepi tempat tidur, sebenarnya matanya masih mengantuk karena ibunya memaksanya sarapan lebih awal. Saat ini Hye yakin matanya masih bengkak, bukan ide bagus Hyun meminta video call. Setelah meminta Hyun menunggu beberapa menit, Hye menggunakan waktu sebaik mungkin merapikan wajahnya, memberikan cream pada bagian bawah matanya agar mata pandanya tersamarkan. Beberapa detik Hye menatap wajahnya di cermin, menghela nafas lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di tengah tempat tidur.
Hye langsung melihat wajah Hyun yang mengenakan kaos hitam, senyum simpul tersemat di bibirnya, sesaat dia hanya menatap Hye dengan tatapan khas, dingin.
"Sudah sarapan?" Hye memulai topik, jika menunggu Hyun maka akan memakan waktu lama. Setiap melakukan video call durasi 40 menit, 15 menit adalah waktu jeda bagi Hyun berdiam diri hanya menatap.
"Sarapan sereal sama minum kopi." Jawab Hyun menunjuk gelasnya yang masih mengepul di meja.
"Kata mu tadi malam mau ke korea, jadi kan?" Hye langsung pada inti yang ingin ditanyakannya. Hyun bangkit dari duduknya, dia mengusap wajahnya. Ada jeda panjang sebelum dia menjawab.
"Aku sedang di Italia". Hyun berjalan menuju jendela, menunjuk bangunan khas eropa yang dapat dilihat dari tempatnya berdiri.
"Kok tiba-tiba?" Tanya Hye, suaranya bergetar karena ada nada kecewa.
"Bisnis dan urusan keluarga." Jawab Hyun, dia menatap Hye lekat.
"Keluarga ibu tiri mu ya? Mereka baik-baik saja?." Tanya Hye.
"Aku belum bisa mengatakannya." Sahut Hyun membuat Hye berkerut kening, sesaat Hye merasa Hyun sedang menyembunyikan sesuatu.
"Oh. Masih rahasia." Komentar Hye. Lazimnya jika seorang wanita berkomentar "oh" berarti dia sedang mulai kesal, tetapi Hyun sama sekali tidak peka. Dia tidak terlihat berniat meminta maaf atau merayu maupun memohon agar menunggu. Dia justru diam, mematung di sisi jendela menatap Hye yang mulai menciftakan kesibukan menyisir rambutnya yang sebenarnya sudah disisir rapi sebelum video call.
Satu menit, dua menit, tiga menit tidak ada yang berbicara membuat Hye makin kesal. Dia kesal tidak sepenuhnya karena Hyun batal ke Korea, tapi karena dia tidak mengatakan sama sekali keberngkatannya ke Italia, lalu mengatakan hal rahasia, lalu tidak ada permintaan maaf.
"Mau masih video call nih?kalau tidak tutup aja." Akhirnya kalimat jengkel Hye meluncur begitu saja, sebenarnya ada penyesalan mengatakan hal itu, apalagi ketika wajah tanpa ekpresi itu hanya bisa pasrah menatap tanpa jawaban. Hye juga ingin melihat sebersit rasa bersalah Hyun padanya, tapi nyatanya pria itu masih datar.
"Aku akan menemui mu secepatnya." Akhirnya Hyun bersuara.
"Aku harap begitu."Sahut Hye setegar mungkin hingga akhirnya Hyun mengakhiri panggilannya.
"Sabar Hye, resiko pacar manusia es." gumam Hye mengelus dada. Sesaat Hye tercenung, terlintas wajah Hyun sejenak, lalu ditepisnya pikirannya karena bukan saatnya membayangkan Hyun. Saat ini dia harus bersiap-siap hang out dengan teman-temannya.
**
"Shopping dan makan sudah, terus kemana lagi? mumpung masih belum sore ini." Ujar Ara setelah 4 orang itu keluar dari sebuah rumah makan. Empat teman Hye yang terbilang paling sering hang out adalah Sellin, Yummi, Ara serta juga Juli.
YOU ARE READING
STAY WITH ME (Season 2) (Completed✅)
FanfictionCast: Park Shin Hye Hyun Bin Takanori Iwata Menduduki kursi sebagai ketua baru organisasi Mafia kodokai bukan hal mudah bagi Hyun. Terlalu banyaknya aturan organisasi yang harus ditaatinya. Berbagai rongrongan eksternal organisasi maupun internal. ...