[07/06/2011]
Seobin sudah memantapkan dirinya untuk pergi merantau ke kota pamannya, Ini semua untuk kehidupan keluarganya, Mamanya dan adik kecilnya, belum lagi ia harus memikirkan hutang-hutang ayahnya yang harus ia lunasi untuk meringankan beban fikiran sang ayah yang tengah dibui.
Seobin memilih untuk tidak melanjutkan kuliah, selain untuk bekerja, ia juga tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan.
Bahkan ia melewatkan ujian masuk perguruan tingginya, karena ia masih sedih dengan kepergian bunda dan dikarenakan ia memikirkan matang-matang soal pilihannya.
"lu gausah mikirin gue, gue bisa kerja ka, aelah jadi kuli juga gue kuat" Ucap Seobin pada Wooseok
"Ga gitu seobin! Kamu harus pinter biar dapet pekerjaan yang enak! Masa mau jadi kuli panggul doang sih seobin!?" Nasihat Wooseok, Seobin memutar bola matanya,
"Ka, mau gimana lagi, gue ga punya duit, dari pada ngepet mending kerja lah! lu mau gue ngepet? Lu jadi babinya, gue jaga lilin-woy sakit anjing!"
Wooseok memukul Seobin dengan tas nya bertubi-tubi, sepupunya ini sejak kecil kalau ngomong memang tidak pernah di filter, saat umur 6 tahun saja Seobin sudah berteriak "Bangsat" pada Pak RT.
Ya Wooseok mengerti sih, mungkin faktor ayahnya Seobin yang kasar.
"Seobin ih kamu kok makin besar makin nyebelin!?"
"Kakak makin besar makin can- Aduh sakit dong kakak cantik!"
Lagi-lagi Wooseok menganiaya Seobin "Seobin dengerin aku!" Ucap wooseok serius, Mau tidak mau Seobin memasang pendengarannya baik-baik
"Kamu ga usah fikirin soal biaya, keluarga aku siap ngebiayain kamu!"
"Ka," Seobin memegang kedua tangan Wooseok "Makasih udah bantuin keluarga gue, tapi ka gue mau berusaha sekarang, sekarang giliran gue mau bales semua jasa keluarga lu, cukup bantuin gue dengan doa ka, tolong kali ini percaya" Ucapan Seobin membuat Wooseok terdiam, ada benarnya juga, Seobin seorang pria sejati maka ia harus bertanggung jawab kepada keluarganya. Hitung-hitung belajar mandiri dan mencari uang sendiri untuk masa depannya.
"Midam gimana?" tanya Wooseok pelan, Oh ya, Soal Midam..
Seobin teringat ucapan seseorang 2 hari yang lalu lalu ia menarik nafas panjang
"Kak, lu ga usah bilang apa-apa ya, biar gue aja yang jelasin, lu mah tinggal iya-iya aja" Jawab Seobin, Wooseok hanya mengangguk.
Tak berselang lama, seseorang datang di hadapan kedua sepupu itu
"Ciee pegang-pegangan!" Ucap orang itu, Seobin segera melepas genggamannya pada Wooseok
"G-ga dam! A-aku cuma-"
"Iya Seok, siapa juga yang cemburu" Midam duduk di sebelah Wooseok, "Sini deh kamu duduk sini biar hadep-hadepan sama pangeran" Wooseok menggeser tempat duduknya membiarkan Midam duduk di hadapan Seobin.
Duh Wooseok jadi nyamuk begini deh, ini semua gara-gara Seobin yang minta ditemenin untuk cerita ke Midam.
Padahal liburan kuliah ini ingin dia pakai untuk berduaan dengan Jinhyuk
Oh iya, fyi, Wooseok kuliah di luar negeri dan mendapat beasiswa.
"Hai kakak yang semakin hari semakin manis" Seobin menggenggam tangan Midam.
"huek" Wooseok pura-pura muntah mendengar si Yoon bucin Seobin
"Gila ya ka Jinhyuk ampuh banget mainnya sampai ka Wooseok hamil" Ucapan Seobin tadi mengundang Wooseok untuk kembali memukulnya dengan tas.
"Udah udah, berantem mulu nih kalian" Lerai Midam
"Ka Midam, Aku mau ngomong sesuatu sama kakak" Ucap Seobin serius, Midam menatap kekasihnya cemas.
"Aku keterima di salah satu univ ternama!" Lanjut Seobin, Loh kok...? Wooseok ingin memotong ucapan Seobin namun ia ingat, yang boleh ia lakukan hanya iya-iya saja.
"Wahhh bagus dong seobin! Kakak seneng dengernya! Yoon Seobinnya kakak ternyata pinter!" Midam terlihat senang dengan berita bohong Seobin, sebenarnya Seobin tidak tega, tapi ia harus melakukan ini demi Midam.
"Iya ka.. tapi,"
"Tapi apa?"
"Tapi di luar kota, jadi aku harus ngekos disana" Lanjut Seobin, Midam terlihat cemberut
"Kok Seobin mau ninggalin kakak disini? Seobin ga sayang sama kakak?" Seobin hampir menangis melihat Midam enggan ditinggal olehnya, huhuhu Yoon Seobin yang petantang-petenteng mendadak lembek kalau melihat Midamnya menangis.
"Cuma bentar ka, 4 tahun aja.. kalau aku ada uang nanti aku pulang kesini tiap bulan buat ketemu kakak"
Wooseok rasanya ingin nangis melihat adegan seperti ini, tidak terbayang sudah menjalin hubungan hampir 2 tahun akhirnya harus berpisah, entah berpisah untuk 4 tahun sesuai yang dijanjikan Seobin, atau.. selamanya?
Midam mengangguk kecil lalu bulir matanya yang tak tertahan merembes keluar
"Kok kakak nangis?" Kata Seobin seraya menghapus air mata Midam yang jatuh ke pipi
"Emang ga boleh nangis ya?!" Seobin mencubit pipi Midam yang ngegas dengan mata yang memerah
"Ga boleh, nangisnya nanti aja pas di altar, pas aku nyium kakak kaya gini" Seobin berdiri dari kursinya kemudian mencium bibir Midam dengan cepat.
'Aku ga yakin kakak bisa bahagiain Ka Midam'
'Doa in yang terbaik aja, gue mau usaha kok'
rumor ranking membuatku menangis:( Sihun sama Midam gaada rasanya pengen nimpuk knetz sama mnet:')
masalahnya ituloh, midam ama sihun idol vibe banget elah:')
btw, pada oleng ke JunHan (Junho Yohan) ga sih? aku sih engga. olengnya ke JunDam AHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHHA.
maap.
KAMU SEDANG MEMBACA
my half » seodam ft. junsang
FanfictionEveryone make a mistake. #2 in pd101 (22 juli 2019)