EIGHT

2 0 0
                                    

Drttttt...drttttt
Dering telepon Zee kembali menggema, pembicaraan yang berlangsung terpaksa berhenti. Zee segera mengangkat teleponnya.

"Halo...."

"Hmmm, baiklah saya mengerti."

"Semoga hari anda menyenangkan." telepon berakhir, kening Zee bergelombang pertanda dia sedang memikirkan sesuatu.

Hal itu tak lama, Zee kembali berbincang-bincang dengan Zyu. Walau Zyu belum lama berteman dengan Zee. Namun, entah mengapa keduanya begitu erat bagai saudara.

"Aku akan menemuimu di lain hari Zee," ucap Zyu sembari menyodorkan sebuah kertas kecil berisikan alamat Zyu di Los Angeles.

"Aku akan mengunjungimu secepat mungkin. See you Zyu." Zee meninggalkan cafe itu. Keduanya terpisah. Mobil Zee kembali melaju. Zee masih mempertimbangkan sebaiknya dia pulang ke apartemen atau balik ke rumah sakit.

"Kembali ke rumah sakit sama saja membuat diriku jauh lebih stress." Zee memijat pelan pelipisnya. Dia teringat akan Vizzo dengan kelakuannya yang gila, membuat Zee harus berpikir kembali untuk ke rumah sakit.

Pintu apartemen Zee terbuka, hawa pendingin ruangan langsung menerpa wajahnya. Zee melempar asal tasnya, melepas sepatu haknya dan menghempaskan dirinya di sofa. Dia meraih remote tv, memindahkan dari saluran ke saluran mencari saluran yang tepat di tontonnya, hingga berakhir pada siaran berita terkini Amerika Serikat.

"Again and again." Zee menekan tombol off seketika layar televisi menghitam. Salah satu kakinya di naikkan di atas sandaran sofa, kedua matanya perlahan menutup, Zee tertidur di sofa dengan posisi yang tak sesuai dengan namanya.

Karena, bagiku, kebebasan adalah berada di rumah.

Waktu menunjukkan jam 15.30, Zee tertidur hingga dua jam. Zee bangkit dari sofa dan menuju kamarnya. Di lihatnya ponselnya.

"21 panggilan tak terjawab?" kening Zee berkerut, siapa kendati yang menelponnya. Dengan cepat dia memeriksa ponselnya, seketika bola matanya berputar malas.

"Ada apa?" tanya Zee tanpa sapaan.

"Galak banget sih. 30 menit lagi aku akan datang ke apartemenmu," ucap Vizzo dan segera mengakhiri telepon sebelum Zee berprotes panjang lebar.

Zee terlihat hancur di depan cermin, rambut sebahunya berantakan akibat tidur, bahkan baju di pakainya belum di ganti. Segera Zee berlari menuju lemarinya, mengambil acak pakaian dan berlalu menuju kamar mandi.

Tepat saat Zee memandangi pantulan dirinya di cermin, bel apartemennya berbunyi. Zee berburu menuju pintu depan, dan benar adanya dia adalah Vizzo. Zee pun membuka pintu itu.

"Untukmu!!" Vizzo menyodorkan sebuah kantong yang besar bertuliskan MCD. Zee yang memang lapar dengan rakus membuka nya dan melahapnya. Hamburger kesukaannya memenuhi mulutnya. Vizzo hanya tersenyum melihat Zee.

"Dikau bagai tak makan setahun Zee," ujar Vizzo.

"Anggap saja begitu." Zee kembali melahap hamburger-nya.

*Vote&Comment

C I R U J A N O [On Going]Where stories live. Discover now