SIX

6 1 1
                                    

Zee merendam dirinya dalam bathtub, pikirannya tengah kacau balau.

I wanna come home
I wanna come home

Nada dering ponsel Zee menggema, menampilkan deretan angka.

"Tak di ketahui?" tanya Zee pada dirinya sendiri. Sejenak dia berpikir haruskah dia mengangkatnya atau tidak.

"Bisa saja informasi penting."

"Halo?"

"Halo?"

"Halo?"

Untuk apa dia menelponku jikalau hanya untuk diam, pikirnya. Zee memutuskan sambungan telepon tersebut.

"Zee Xelovyn, akan tiba waktunya kau 'kan bertemu denganku," ucap wanita di seberang telepon disertai seringaian lebarnya.

I am tired of my thoughts
They weigh me down,
feels like I'm drowning
I am tired of my flaws,
they fill me with anxiety and I
Honestly, I'm done with hating
picture of myself
And tryna be like everybody else
I wanna be like, look like the girl in the mirror
Wanna act like, dance like no ones watching her
I could try to be just like you
but I wanna be like me
The girl in the mirror

Zee mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, mulutnya tak henti berkomat-kamit mengikuti lirik lagu.

I wanna be like look like the girl in the mirror...
The girl in the mirror..

Hal terakhir yang dia lakukan memasang jas rumah sakitnya, jam tangan brand melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Turn off." Zee menekan tombol off, seketika kamarnya senyap. Dia menyambar kunci mobil dan tasnya. Tak lupa dia mengunci apartemennya.

Zee melajukan mobil sedannya menuju rumah sakit, siulan kecilnya menemani perjalanannya. Sesekali dia melirik ke arah kaca spion mobilnya.

"Apa dia mengikutiku?" Zee melepas kacamata hitamnya. Sebuah mobil sedan hitam mengikutinya.

Mungkin saja ini perasaanku.

Drrtttt...drrtttt

"Ha..."

"Zee kamu dimana?"

"Masih di jalan."

Tuttt...tutttt

What happened?

Zee mengedikkan bahu dan kembali fokus menyetir.

10.30
Zee tiba di rumah sakit, dia berjalan tergesa-gesa menuju ruangan Vizzo.

"Wait, buat apa aku ke ruangannya? Bisa saja dia bercanda denganku, kapan sih Vizzo waras." Zee menepuk jidatnya hingga dia ditabrak seseorang.

"Maaf..."ucap bocah laki-laki itu, mungkin saja umurnya masih 7 tahun.

"Horry !!!" teriak seorang lelaki paruh baya.

"Maafkan cucu saya dokter," ucap lelaki itu.

"Tidak masalah." Zee tersenyum ramah.

"Anda dr. Zee Xelovyn? Wah, senang bertemu anda dokter. Saya sudah mendengar cerita tentang anda." lelaki itu membaca name tag di jas Zee. Zee hanya membalas tersenyum.

Kapan semua ini akan berakhir, batin Zee.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak !!" Zee membungkukkan badannya sedikit dan berlalu meninggalkan lelaki itu.

*Vote&Comment

C I R U J A N O [On Going]Where stories live. Discover now