Minimarket

9 4 1
                                    

Weekend ini Via melakukan hobinya Yap benar hobinya tidak lain ialah tidur. Siang ini Via belom kelihatan batang hidungnya. Via masih enggan berpisah dengan kasur kesayangannya. Entah Via masih hidup atau tidak.

"VIAAAA!!! BANGUN LIAT UDAH JAM 11 SIANG GINI MASIH AJA NGOROK" Bila membuka gorden hingga terlihat terik mentari menembus kaca kamar Via.

"Mami, jangan teriak - teriak napa masih pagi juga. Udah yah Via mau lanjut tidur dulu. Masih ngantuk nih" pinta Via dengan wajah yang sudah tak bisa dikatakan wajah.

"Heh!!! siang dari mana? malah lanjut, bangun Vi. Emangnya kamu enggak lapar apa? Itu liur udah dimana - mana cewek kok jorok banget ih"

"Hehehe Via tetap cantik kok Mi. Laper juga sih. Tapi kasurnya gamau ditinggal Via gimana dong?"

"Mami gamau tau cepet beresin kamar kamu. Kamu bantu mami beliin bahan kue di minimarket. Mami ada arisan sore ini"

"Yah, 30 menit lagi deh Mi nanggung nih" tawar Via

"Eh kelamaan Vi 5 menit lagi. Awas aja kalo belom bangun" ancam Bila

"Duh punya mami cerewet banget" gerutu Via pelan

"VIAAA! mami denger yah" ucap Bila yang mendengar omongan putrinya.

Mami  kok bisa denger ya? -batin Via

Mau tidak mau Via menuruti perintah maminya dengan berat hati. Via membereskan kamarnya dan bersiap pergi ke minimarket menggunakan sepeda mininya.

"Pink... anterin princess ke minimarket yah" Via melihat sepeda mininya dan tertawa sendiri.

Via menggayuh sepeda mininya sambil melihat - lihat pemandangan sekitar komplek rumahnya yang cukup indah. Via bernyanyi suka ria.

"Terimalah lagu ini dari orang biasa"

"Tapi cintaku padamu luar biasa"

"Aku tak punya bunga"

"Aku tak punya harta"

"Yang ku punya hanyalah hati yang setia"

"Tulus padamu...."

"tulus ke siapa yah hehehe" Via bermonolog dan tertawa kecil

"eh eh kenapa ini sepeda?"

"wushhh..."

Kira - kira seperti itulah bunyi ban bocor (Authornya gatau bunyinya ban bocor. Lain kali deh pake speaker biar tau suaranya yang asli tuh gimana :v)

"Yah pink kok bocor sih kan blom sampe nih. Ah ga asik lu mah. Nanti aja deh bocornya" cerocos Via tak terima.

Di tengah perjalanan menuju minimarket terdekat. Si Pink bannya bocor. Via mencari - cari tukang tambal tetapi tidak ada satu pun yang buka. Akhirnya Via berhenti di pinggir jalan.

"Gimana gue bisa sampe ke minimarket kalo gini. Lo sih pink ngapain juga bocor"

"Tinggal aja sepeda lo disini. Biar nanti diambil sama orang suruhan gue" suara laki - laki menghampiri Via.

Dia lagi, kenapa dia selalu muncul ketika gue ada masalah ya? Jangan - jangan dia ditakdirkan jadi malaikat pribadi gue. Wah asik nih gue ada yang jaga - batin Via.

Apa dia buntutin gue dari kemarin? Hmm apa bener kata mereka dia suka sama gue? - batin Via lagi.

"Kok malah bengong?" tanya Vian.

Aduh gue mikir apaan sih kok jadi ngelindur gini - batin Via.

"Eh itu apa gpp kok kak" jawab Via kebingungan.

"Tenang aja sepeda lo gpp kok nanti ada orang suruhan gue bawa sepeda lo ke bengkel"

"Makasih kak tapi aku mau pergi ke...." Via blom menyelesaikan ucapannya. Namun Vian sudah tahu maksud ucapan Via. Karena Via memegang catatan bahan apa saja yang Ia akan beli di minimarketnya nanti.

"Udah sama gue aja. Gue bawa Vespa putih disitu. Lagian gue juga mau beli snack buat stok dirumah"

Maksudnya gue sama dia boncengan gitu berdua? gimana kalo ada anak sekolah mereka liat jadi gosip berabe - tanya Via dalam hati.

"Ta, ta, tapi aku gak bawa helm kak" kata Via gugup

lucu juga nih anak kalo gugup- batin Vian.

"Udah pake helm ku aja" jawab Vian menyodorkan helmnya.

"Lah trus kakak pake apa?" tanya Via

"Lo cerewet banget sih. Udah tinggal pake aja ribet" Vian yang sudah sedikit kesal sepertinya serba salah dimata adik kelasnya ini.

Mau tak mau Via mengikuti perkataan Vian. Karena Via tidak mau mengambil resiko ketika pulang jelas akan terkena semprotan mulut maminya yang cukup membengkakan telinga Via.

Kalo diliat - liat nih orang sebenernya cakep  - batin Via

"Ngapain liatin gue segitunya. Gue tau kok kalo gue jelek" ucap Vian melihat Via yang menatapnya melalui spion vespanya.

"hah? enggak gitu maksudnya kak" jawab Via tegas.

"Tenang aja gue tau kok" lanjut Vian.

"Udah sampek turuh gih" suruh Vian pada Via.

"Iya kak bentar" Via turun dari Vespa Vian yang tidak tinggi hanya saja postur tubuh Via bisa dibilang kurang tinggi.

Via mencatat dan meneliti kembali bahan - bahannya yang belom dia ambil dan dimasukkan ke troli.

"Tepung... sudah, telor... sudah, mentega... sudah, gula... sudah baking soda... sudah. hmmm... udah semua kayaknya. Horeee waktunya ambil snack" ucap Via kegirangan.

"Aduh tinggi banget yah snacknya" Via melompat kecil mengambil snacknya di tempat tinggi.

"Makanya yang tinggi jadi orang. Ngambil gini masih butuh bantuan orang lain" kata Vian mengambil snack yang diincar Via kemudian memasukkannya ke troli.Via menatap tajam pada Vian tersinggung oleh ucapannya.

Ih sombong banget lagian siapa juga yang minta bantuan. Sabar Via dia kakak kelas lo. Lo harus sopan  - batin Via menenangkan diri.

Setelah selesai berbelanja mereka membayar belanjaannya masing - masing ke kasir minimarket tersebut.

Vian mengantarkan Via pulang sampai depan rumahnya karena melihat Via membawa banyak belanjaan Vian tidak tega meninggalkan Via harus menunggu angkutan umum lewat.

"Udah kak berhenti disini aja" pinta Via.

"Oke" jawab Vian.

"Makasih ya kak tumpangannya maaf ngerepotin" kata Via dengan ramah.

"hmm" jawab Vian singkat.

"Ya ampun kak judes amat jadi cowok" kata Via spontan.

"Apa lo bilang?" Vian menatap Via yang kebingungan dengan perkataannya sendiri.

"Oh enggak kok kak hehe" jawab Via seperti maling yang tengah tertangkap basah.

"Kak" kata Via.

"Apa?" tanya Vian menyalakan mesin Vespanya.

"Gak mau minum dulu?" ucap Via.

"Makasih, lain kali aja" jawab Vian menyalakan mesin motornya.

"Kak" kata Via lagi

"Apalagi?" Vian yang hendak pergi harus menahan emosi ketika Via berkata lagi.

"Sepeda ku beneran ada di kakak kan? gak bakalan hilang kan?" tanya Via.

"Udah lo tenang aja. Gue cabut dulu ya bye" ucap Vian lalu pergi dengan kendaraannya.



I'M SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang