3

1.4K 46 0
                                    

Aku rasa waktu terasa singkat ketika aku berbicara atau bersamamu, padahal aku ingin berlama-lama bersamamu.

Hari ini hari pertamaku di rumah sakit, aku mendapatkan shift pagi maka pulangnya akan siang. Aku sudah menyiapkan bekalku yang telah ku siapkan tadi pagi. Hari ini aku malas untuk makan di kantin.

Aku mengemudi motorku yang dibelikan Abi waktu aku zaman sekolah menengah atas. Aku melajukan motorku dalam kecepatan sedang. Tak perlu terburu-buru takutnya tidak hati-hati. Pagi hari kota tanjung pinang tidak semacet jakarta makanya aku tidak khawatir dengan jalan disini.

Aku melepaskan halm ku dan lanjut masuk kedalam rumah sakit, setelah mengisi absen langsung saja aku masuk keruangan ku, aku juga memperkenalkan diriku dengan pekerja rumah sakit.

"Assalamualaikum." Kataku sambil mengetuk pintu yang ku masuki.

"Waalaikumsalam, eh ada oraida." Jawab perawat Cantik berbadan kecil, ku rasa dia seumuran denganku.

Dia langsung saja mendekatiku dan mengajaku ke mejaku. Dia tersenyum ramah ke arahku.

"Oraida, kamu kenal aku gak ?" Tanyanya, jelas saja aku tidak mengenalnya, ini baru pertama kali aku berjumpa dengannya.

"Hm, hahah gak. Kok kamu bisa kenal aku sih ?" Tanyaku sedikit penasaran, yang benar saja seorang gadis tertutup sepertiku bisa dikenali dengang seseorang. Lagipula aku sangat jarang berkenalan dengan orang-orang disekitar.

"Aku Syifa, teman masa kecilmu." Dia menjabat tanganku, aku masih memikirkan siapa dia. Sungguh aku tidak ingat tentang dia.

"Masi gak kenal juga ?"

Aku mengangguk sambil mengingat tentangnya.

"Aku teman kamu waktu kamu tinggal di aceh dulu. Yang sering main boneka-boneka dikamar itu loh." Katanya nya mengingatkan ku, dan aku baru ingat ternyata dia syifa si anak cengeng bila di tinggalkan ayah ke kantor.

"Cipa, cipa si anak cengeng ?" Kataku mengenggam erat tangannya.

"Ih giliran itu baru ingat, apa-apaan kamu." Kesalanya. Menampilkan muka cemberutnya.

"Btw, kok bisa kenal aku, kan aku pakai niqab."

"Gimana gak kenal, kamu itu punya karakter tersendiri. Apalagi dengan sifat cerobohnya." Katanya sambil menuntunku kemejaku.

Aku hanya tersenyum atas apa yang dia ucapkan, apa yang syifa bilang emang benar dari kecil aku sangat ceroboh sampai-sampai abang sering di marahi karena kecerobohan ku. Umi bilang abang di marahi karena tidak teliti menjaga adiknya.

Kalau dipikir-pikir aku sangat ingin pulang kemasa aku masih kecil. Dimana aku sering di beliin sesuatu ketika abi pulang dari apotik, sering di bawain makanan ketika umi pulang dari toko kuenya, sering diomeloin dan di jagain sama abang dimana saja, sering dimanja dan sekarang masih tetap dimanja.

Abang sangat takut sama kucing, dan aku yang selalu ngejahilin dia agar dia mau omelin aku aku suka, apalagi ketika ia bersin-bersin. Tapi beda sama abang, abang selalu saja menjagaku, aku sangat takut sama kecoa apalagi yang dalam mode terbang maka aku akan teriak sekencang-kencangnya dan menaiki badan abang, ya seperti di gendong dari belakang maka abang akan mengusir kecoanya-kecoanya.

Hari ini aku akan mengecek kondisi pasien di bangsal melati, untuk membantu pengarahan dalam meminum obat dan membantu sesuatu jika pihak keluarga tidak tau. Aku berjalan ke tempat yang ingin ku tuju. Rumah sakit masih tetap sama keadaannya masih banyak obat-obatan, alat-alat kedokteran dan tidak lupa orang sakit yang akan dirawat.

"Permisi, Gimana keadaannya buk ?" Tanyaku ke keluarga pasien.

"Udah mendingan kok neng." Ucap Bapak yang sedang sakit mungkin saja ia seusia dengan abi.

La Tahzan imamku (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang