"Motor lo dimana? " tanyaku.
"Didekat halte. "Jawabnya yang kubalas dengan anggukan.
•
"Mana kunci motor lo? "tanyaku.
"Buat apa? " tanya Aska balik bingung.
"Biar gue yang nyetir." Jawabku.
Aska melototkan matanya, "lo mau ngehina gue? Gila lo ya! ".
"Ya terserah sih kalo lo ga mau, kalo gue gamau mati diboncengin lo yang kondisinya lagi kaya gini. " ucapku.
"Siapa juga yang mau ngeboncengin lo? "tanyanya.
"Yaudah gue jalan kaki aja. Sono lo pulang sendiri! "jawabku
Saat aku akan melangkahkan kaki, segera mungkin Aska mencekal tanganku. "Siapa yang ngijinin lo pergi?" tanyanya.
"Terserah gue dong kenapa jadi lo yang repot! " jawabku santai.
Aska menyodorkan kunci motornya, "Bodo! Nih kuncinya,buruan gue pusing. ".
"Butuh juga kan lo. "ucapku.
Aku segera menaiki motor kesayangan Aska yang lumayan tinggi. Dan disusul oleh Aska yang duduk dibelakangku.
•
Disepanjang perjalanan, Aska menidurkan kepalanya dibahuku sambil memejamkan matanya, bahkan sudah tertidur dan melingkarkan tangannya diperutku. Nafasnya terasa menembus di kulit leherku hingga aku pun merasakan panasnya nafas Aska yang tidak teratur itu.
•
Aku memasukkan motor Aska melewati pagar rumahnya yang dibukakan oleh satpam. Lalu aku memarkirkan motornya dihalaman rumah didekat pintu utama.
"Aska bangun! Udah Sampe! " ucapku lembut sambil menepuk nepuk pelan pipinya yang tersandar dibahuku.
"Non Stara tumben non kesini, itu den Aska kenapa non? "tanya pak Japri seorang Supir sekaligus Tukang kebun dirumah mewah Aska. Memang dirumah Aska Satpam dan Supir itu beda.
"Tolong pak, ini Aska bawa ke kamarnya ya. Biar Stara buatin teh anget dulu. "jawabku.
"Iya iya non. " Segera mungkin pak Japri menuntun Aska memasuki kamarnya. Sedangkan aku membuatkan teh hangat untuk Aska didapur.
"Mau dibuatin apa lagi non? "Tanya mbak Sri salah satu pembantu dirumah Aska.
"Tolong buatin bubur aja deh mbak. "Jawabku.
"Oh iya non. "ucap mbak Sri.
Setelah aku menyiapkan Teh hangat dan air hangat untuk mengkompres Aska, lalu aku segera pergi ke kamar Aska.
•
Kakiku perlahan melangkah masuk dikamar Aska yang serba hitam putih. Bau rokok tampak menyengat saat aku mulai mendekati meja didekat ranjang Aska. Tapi tenang saja, aku itu tidak pernah menutup pintu jika sedang berada dikamar Aska. Pintunya akan selalu terbuka, agar tidak terjadi fitnah."Bau rokoknya nyengat banget sih. " gumamku sambil meletakkan segelas teh hangat dan juga kompres dimeja.
Lalu aku duduk ditepi ranjang Aska tidur, "Aska yuhu! Bangun lo! ".
"Mulut lo ya! Gatau orang lagi pusing apa?! Arkhh. "ucapnya,kemudian meringis sambil memegangi ujung bibirnya yang membiru.
"Kenapa?! Hah? Sakit? Sukurin! "cicitku.
"Ga! Sono pergi lo! Gangguin orang tidur aja. " ucapnya sedikit membentak.
"Yaudah. Yang penting gue udah bikinin lo teh anget, sama kompresnya. Gue pulang. " ucapku. Tiba tiba saja Aska menarik paksa tanganku, "Bener bener deh lo. Tanggung jawab dong lo sama gue!".
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR LIGHT
Teen FictionMenceritakan sebuah kisah persahabatan lalu menjadi kebencian dan awal dari kata cinta terungkapkan. Penasaran? Buka aja. Kalo ga mau yaudah, ga maksa.