Ibukota Puber Kedua

30 0 0
                                    

"Dasar gendeng, aturan macam apa itu?"

"Kalau aturan gak boleh kencing sembarangan, masih bisa kita terima. Lah ini, kencing di tolitet sendiri masa gak boleh." ucap bapak-bapak yang sedang ngopi di warung bang Udin.

Mulanya mereka memperbincangkan final liga champions yang tidak jadi digelar di pulau langit yang berada di kawasan timur Jordania. Mereka juga berpendapat, bahwa tidak jadinya partai final diselenggarakan di pulau langit, karena banyak pemain dari kedua kubu yang bukan merupakan seorang ortodoks. Sehingga pemain tersebut tidak bisa memasuki wilayah tersebut. Hal itupun didukung oleh berbagai alasan yang mungkin akan menimbulkan konflik.

Perbincangan hangat mengenai liga Champions yang batal digelar di pulau Langit, hanya menjadi jembatan terhadap kasus yang sedang hangat terjadi. Kasus tersebut menjadi perbincangan seluruh masyarakat dalam tiga hari terakhir. Beritanya bertebaran diseluruh media massa dan media sosial, bahkan di televisi berita tersebut tidak henti-hentinya diberitakan.

"Gua curiga dah, bakal ada kerusuhan lagi. Bekas kerusuhan kemaren aja warung gua abis dijarah, bakal nombok gede lagi dah gua."

"Yang sabar bang, hidup memang penuh cobaan."

"Tenang! Idup kita bakal berangsur membaik kok." Ucap salah seorang dari mereka yang langsung nyosor gorengan hangat yang baru diangkat.

"Apanya yang membaik? Kalo elu tiap ke warung gua ngutang mulu. Yang ada gua malah bangkrut tujuh turunan."

"Kita emang hidup di jaman yang salah." Sambil meninggalkan obrolan di warung

"Ehh... mau kemana lu?"

"Alun-alun bang, biasa bang ngutang dulu ya."

"Busettt dah, apa bedanya elu ama penjarah kemaren"

***

Dihari yang sama alun-alun kota dipenuhi oleh selebaran dilarang kencing. Tidak hanya selebaran namun juga pada baliho, papan iklan, reklame dan lain-lain. Pernyataan tersebut resmi dikeluarkan oleh Gubernur secara resmi. Putusan itu diresmikan setelah adanya hasil penelitian bahwa air kencing dapat merusak jaringan internet. Sehingga dengan terpaksa putusan tersebut disebarluaskan agar tidak ada yang melakukan kegiatan itu lagi. Apabila terdapat seseorang yang melanggar putusan tersebut, maka akan mendapatkan hukuman berat dengan diasingkan hingga hukuman mati.

Kabar tersebut telah menyebarluas keseluruh penjuru kota, bahkan kabar tersebut sampai pada telinga mereka yang berada di pelosok kota. Hanya di kediaman prof. Maman yang tidak terakses kabar tersebut, itu karena kediaman prof. Maman sulit terdeteksi. Konon katanya kediaman prof. Maman berada tepat di bawah kota.

Sebelum tinggal di bawah kota. Dulu prof. Maman merupakan seorang terpandang di ibukota berkat temuan dan penelitiannya. Namun setelah bercerai dengan Ningrum yang merupakan gubernur ibukota sekarang, ia membangun kota di bawah tanah lengkap dengan lingkungan beserta ekosistemnya. Hal tersebut menjadi karya dan penemuan terbesarnya.

Masyarakat ibukota amat menantikan kehadiran prof. Maman. Sebab ia satu-satunya orang yang mampu mengungkap kebenaran tentang bahayanya air kencing. Namun sosok prof. Maman sangat sulit untuk ditemui, dan tidak ada tanda-tanda akan kehadirannya. Biasanya kemunculannya ditandai dengan munculnya asap kelabu beraroma mawar dibarengi dengan kemunculannya beserta anjing kesayangannya.

***

Warga berbondong-bondong menolak putusan tersebut. Mereka berniat memprotes keputusan gubernur Ningrum tepat di depan kantor gubernur. Tidak sedikit warga yang tidak menerima putusan tersebut, hampir 98% presentase orang yang tidak menyetujui keputusan tersebut. Selain demi kesehatan, alasan yang dibuat oleh gubernur Ningrum kurang masuk akal. Para warga terus meneriakkan kata-kata penolakan terhadap keputusan gubernur, tentunya dengan kantung kemih yang semakin membengkak. Itu karena mereka telah menahan seharian untuk tidak kencing.

Para warga telah sepakat, bahwa mereka rela hidup tanpa koneksi internet, dari pada harus menahan kencing seumur hidup. Mereka juga meminta kepada gubernur Ningrum, untuk melepas alat pemindai yang dipasang di toilet mereka. Warga menilai, keputusan tersebut terlalu berlebihan sehingga merugikan seluruh ornamen masyarakat ibukota.

Teriakan demi teriakan saling bersahutan. Semua warga menjelma bagai demonstran kelaparan, mereka terus menyerukan suaranya agar di dengar oleh gubernur. Hingga ribuan aparat keamanan ditugaskan untuk berjaga di area itu. Tentu guna menjaga keamanan dan ketertiban wilayah itu. Dibalik barisan aparat keamanan terdapat sosok yang sedari tadi namanya dielu-elukan. Dia adalah Ningrum Ratnasari yang merupakan gubernur ibukota. Ia melihat keadaan sekitar tanpa penyesalan dari rona wajahnya, karena ia merasa senang dengan kerusuhan yang berjalan kondusif. Walaupun menimbulkan kekacauan-kekacauan di beberapa titik ibukota.

"Saya harap kalian semua tenang!"

"Saya mengambil keputusan tersebut demi kepentingan bersama. Setidaknya saya telah meninbang baik dan buruknya keputusan yang telah saya buat. Jadi saya harap, kalian semua dapat menerimanya!"

"Tetapi, kami tidak setuju dengan keputusan Ibu!"

"Saya paham betul, dengan apa yang kalian rasakan sekarang. Tapi, semua ini demi kebaikan kita semua. Kalau kalian tetap memaksa untuk buang air kecil, maka jaringan internet kota kita akan terganggu, dan imbasnya kalau jaringan internet kita terganggu maka kota kita akan menjadi kota mati."

"Tapi bu, sampai kapan kami harus nahan kencing? Kantung kemih kami semua sudah mati rasa. Kami semua sudah sepakat, lebih baik kota kita jadi kota mati dari pada kami semua harus menderita."

Ketika tengah panasnya perdebatan antara gubernur dan para demonstran. Bumi seakan bergemuruh dan bergetar dengan getaran yang sangat kuat. Sontak membuat semua orang yang berda disana menjadi panik. Namun dengan ketenangan Ningrum, semua orang yang berada disana tetap kondusif walaupun berada ditengah kepanikan.

Tepat di air mancur, yang berada lima belas meter di samping kanan Ibu gubernur. Muncul asap kelabu dibarengi dengan aroma mawar. Ningrum tampaknya tahu betul, bahwa ini merupakan pertanda kehadiran prof. Maman. Dan benar saja, ternyata Jacky anjing kesayangan Prof. Maman, sudah bersandar di kaki Ningrum sedari tadi. Tiba-tiba air mancur itu tak mengeluarkan air lagi. Kemudian air mancur itu runtuh dengan seketika. Di balik reruntuhan itu, muncul sosok prof. Maman dengan membawa sebuah benda berukuran besar, dengan bentuk yang sangat aneh.

"Apa kabar semuanya?"

"Selamat menikmati penemuan baru saya! Hahaha"

"Apa yang akan kamu lakukan Maman?"

"Saya akan membuat hujan Urine. Kota ini akan dihujani air kencing! Hahaha"

Ternyata benda tersebut merupakan sebuah mesin penguap. Prof. Maman berniat menguapkan air kencing untuk dijadikan hujan. Air kencing itu, telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun, itulah sebabnya ia tinggal di bawah kota. Karena ia hendak mengumpulkan air kencing itu. Kemudian ia menarik tuas pada mesin itu. Mesin itu bergemuruh dibarengi dengan keluarnya bau pesing yang sangat menyengat. Semua orang disana tak tahan dengan bau tersebut, hingga membuat mereka berlarian kesana-kemari mencari udara segar.

Turunlah setetes demi-setetes hujanair kencing. Hujan tersebut merangsang semua orang yang berada di sana untukmengeluarkan kencing. Kian lama, hujan itu semakin deras. Bahkan hingga membuatkota tersebut digenangi air kencing. Wajar saja, karena wilayah tersebutdihujani oleh air kencing selama tiga hari berturut-turut. Di hari kelima kotatersebut membusuk dengan meninggalkan lubang yang sangat dalam. Ibukotamenghilang. Lebih mengerikan dari kota mati.

Ibukota Puber LagiWhere stories live. Discover now