24 ✔

2K 136 11
                                    

"K-kau bercanda?" Aku bertanya dengan mata yang melotot kearah Reina. Sungguh, aku benar-benar salah untuk bertanya tentang hal itu. Seharusnya aku tidak mengatakannya dan diam saja, jawaban Reina sungguh membuatku terganggu dan aku sedikit tidak menerimanya. Tidak mungkin aku jatuh cinta bukan? Apalagi dengan orang seperti Demian. Impossible!!

Reina menatapku datar seolah aku mempermasalahkan hal kecil. "Hei... Ini bukan tentang dirimu. Jadi jangan repot-repot seperti orang yang terguncang."

Aku membuang mukaku cepat. "Aku tadi mewakili perasaan temanku. Jangan salah sangka."

"Baik-baik, terserah apa katamu. Lagipula, baju siapa yang kau pakai? Itu bukan milikmu. Itu ukuran seorang pria—–"

"Siapa bilang?! Ini baju training milik Yarsi. Yarsi itu perempuan, asal kau tahu!" Maaf Yarsi sudah mengenakan namamu tanpa izin. Sekali lagi maaf.

Reina mengangguk pelan. "Kalau begitu jangan gunakan baju itu terlalu lama. Cuci, nanti yang punya malah protes karna bau badanmu."

"Teganya kau..."

"Iya... Aku tega lho! Jadi sana mandi. Baumu menyengat!"

"Tega!"

"Ckk..."

----------


Aku ingin memberitahu pada diriku sendiri untuk mencari jawaban pada apa yang telah terjadi padaku. Ini mungkin masalah psikologis seperti yang dikatakan oleh Demian saat itu dan beruntung sekali diriku.

Kenapa beruntung? Pasti tidak akan ada yang percaya bahwa tidak jauh dari rumahku aku pernah melihat sebuah rumah dengan lambang plus seperti lambang rumah sakit. Aku menemukannya saat hari pertama aku pindah ketempat ini.

Karna aku suka jalan-jalan, aku berkeliling dan menemukan tempat yang begitu kesepian ini. Maksudku, aku tidak menduga bahwa aku akan membutuhkannya. Tempat ini.

Kemudian aku mengunjungi tempat ini yang tak jauh dari rumahku. Aku sebenarnya enggan memasuki tempat ini karna agak terlihat sepi. Pertama kali aku melihat tempat tujuanku kali ini adalah dengan tidak sengaja. Membingungkan, kenapa tempat ini dibuka di desa dan terlihat seperti rumah tunggal tanpa tetangga.

Tempat konseling ini bukan dipinggir jalan, harus masuk kedalam melewati pepohonan seperti rumahku. Ada banyak daun kering yang berserakan memenuhi tanah. Ah. Sekarang musim panas, tapi terlihat seperti musim gugur diluar negeri. Aku menghela nafas dan kemudian sampai ditempat tujuan.

Rumah minimalis yang klasik dan unik, bercat warna putih dengan atap rumah yang dicat dengan warna yang senada. Didepan pintu, ada tulisan 'OPEN' yang artinya tempat ini tidak tutup dan masih buka. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana pendapatan orang yang memiliki tempat ini. Apa dia tidak rugi? Well, tidak banyak orang desa yang membutuhkan jasa konseling. Mungkin aku yang terlalu beruntung. Heol~~

Aku meraih gagang pintu dan membuka perlahan pintu depan. Tempat ini lumayan bersih dan ada satu perawat yang segera menyambut kedatanganku. "Halo, selamat datang." perawat wanita itu membungkuk sopan kearahku. Aku mengangguk pelan dan tersenyum. "Apa dokternya ada?" Tanyaku ramah.

"Iya, dokter didalam. Silahkan isi formulir jika ingin mengadakan janji temu konseling pada dokter."

Aku mengangguk pelan dan berjalan kearah perawat. Perawat itu memberikan sebuah lembaran, dan aku mengisinya dengan polpen yang diberikan perawat itu.
"Untuk berapa kali pertemuan?" Tanya perawat itu.

"Ah Kalau bisa dalam minggu ini, tolong tiga kali pertemuan."

"Aku akan memeriksa dan mengatur jadwalnya dulu."

Are You PSYCHOPATH || He Is My Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang