Chapter 11

9.5K 1K 21
                                    

Pagi itu, Lisa harus dibangunkan ketika dengan jahatnya sinar matahari pagi masuk melalui celah tirai jendela kamarnya. Ini aneh, gadis itu tak terbiasa untuk bangun pagi hanya karena sinar matahari. Tapi untuk hari ini, bahkan gadis itu sudah membuka kedua matanya dengan perlahan.

Dan senyuman itu terbentuk begitu saja, ketika pandangannya terhenti pada sosok menggemaskan berwujud seorang pria yang tengah terlelap di sampingnya saat ini.

Gadis itu sedikit memiringkan tubuhnya, menyentuh helaian rambut milik pria itu setelahnya tanpa mau membuatnya terbangun. Lisa benar-benar menahan tawanya saat ini, melihat bagaimana Jungkook yang terlihat menggemaskan saat sedang tertidur.

Ini memang pertama kalinya bagi Lisa untuk melihat wajah tertidur pria itu. Memang, beberapa kali Jungkook menginap di tempatnya dan bahkan keduanya tidur bersama. Ups, maaf. Maksudku adalah mereka benar-benar tidur. Dan saat Lisa terbangun di pagi hari, pria itu sudah pergi.

Lisa sedikit terkejut, ketika kedua mata Jungkook perlahan terbuka dan membuat tatapan keduanya bertemu setelahnya. Untuk menit selanjutnya, tak ada yang berbicara di antara keduanya. Tak tahu mengapa harus ada suasana canggung di antara keduanya.

Namun perlahan, Lisa kembali menampakkan senyumnya. Mendekat dan memeluk Jungkook setelahnya. Dan tentu saja apa yang dilakukan gadis itu membuatnya bingung saat ini, bahkan dirinya belum membalas pelukan Lisa padanya.

"Lisa--"

"Pagi ini sangat cerah. Ayo kita pergi berkencan."

Jungkook belum menjawabnya, hanya mencoba untuk melepaskan pelukan Lisa padanya. Dan itu berhasil, membuat gadis itu menatap dengan pandangan bertanya pada pria itu.

"Lisa, maafkan aku."

"Untuk apa? Kau tak bersalah apapun padaku."

"Kau tahu? Semalam adalah sesuatu yang harusnya tak pernah terjadi. Seharusnya kita tak melakukannya."

Lisa terdiam di sana, beranjak dari berbaringnya setelahnya. Kepalanya tertunduk, menyembunyikannya di balik kedua lututnya yang tertekuk.

Jungkook yang melihat itu tentu saja merasa sedikit khawatir. Setelahnya memilih untuk beranjak pula dari berbaringnya sama halnya dengan Lisa.

"Lisa--"

"Kau adalah pria paling jahat, Jeon Jungkook."

Jungkook menghela napasnya di sana. "Aku tahu. Untuk itu aku meminta maaf padamu untuk kejadian semalam. Tidak seharusnya aku meneruskannya hingga--"

"Apa kau berpikir aku akan marah padamu karena kau sudah menyetubuhiku?"

Lisa sedikit meninggikan suaranya, terlihat sangat kesal dengan kebodohan Jungkook.

"M-Memang seharusnya begitu, bukan?"

Napas gadis itu memburu, melirik pada bantal tidurnya dan mengambilnya dengan cepat. Dan setelahnya memukul pria itu berkali-kali dengan bantal itu.

"Bodoh. Mau sampai kau akan menjadi seseorang yang bodoh, huh?"

Jungkook berhasil menghentikan Lisa, menggenggam kedua pergelangannya dengan erat. Dimana Lisa masih mengatur napasnya dan juga amarahnya.

"Lisa--"

"Kau tak lagi mencintaiku?"

Mendapatkan pertanyaan itu membuat Jungkook terdiam. Perlahan melepaskan genggamannya pada kedua pergelangan Lisa. Pandangannya juga beralih, bahkan berusaha untuk beranjak sebelum Lisa menahannya.

Lisa menangkup wajah Jungkook, mempertemukan mata keduanya. "Aku sudah menyesal dan merasa bersalah padamu karena aku selama ini menyakitimu tanpa aku sadari. Jadi, jangan buat aku menyesal untuk yang kedua kalinya karena aku berusaha untuk mencintaimu. Buat aku memiliki rasa yang besar untukmu, Jungkook."

"Lisa, kau tak akan mengerti."

"Kau selalu menyuruhku untuk percaya diri. Maka, kau juga bisa melakukannya. Kau harus percaya pada dirimu, bahwa kau bisa membuat aku untuk membalas perasaanmu."

Hanya ada keheningan untuk waktu selanjutnya. Hingga perlahan, senyum itu terbentuk di wajah Jungkook. Dan senyum itu menular pada Lisa. Dengan cepat kembali membawa tubuhnya untuk memeluk pria itu.

"Kau tak perlu khawatir. Aku pasti akan membalas perasaanmu bahkan lebih besar dari perasaanmu padaku."

.

.

Jennie menghembuskan napasnya, setelah meletakkan beberapa buku yang ia butuhkan pada meja. Bukan perkara mudah, karena ada sekitar lima buku yang ia butuhkan dan itu benar-benar sulit untuk dirinya dapatkan.

Dirinya pun duduk pada kursi dan mulai mengeluarkan alat tulisnya. Mulai mengerjakan tugasnya yang baru saja ia dapat hari ini.

Namun, baru beberapa menit ia mengerjakan tugasnya, seseorang menepuk meja yang tengah ia tempati saat ini. Bukan hanya dirinya yang terkejut, tapi beberapa mahasiswa lainnya yang berada di perpustakaan itu.

Jennie memilih mendongak, menemukan seorang gadis yang kini menatapnya dengan tatapan yang Jennie sendiri tak mengerti apa arti tatapan itu.

"J-Jogiyo, sunbaenim. Ini perpustakaan, jadi kau tak bisa membuat keributan di sini."

"Apa peduliku? Dan kau gadis tengik, jangan pernah mencoba untuk mengatur hidupku."

Dan mendapat gertakan itu membuat Jennie terdiam, kembali memilih untuk menundukkan kepalanya.

"Jadi, apa dia gadis yang saat itu menerima pernyataan cinta dari Taehyung Oppa?"

Mendengar nama itu membuat Jennie kembali menegakkan dirinya, menatap pada gadis lain yang berada di samping gadis yang sebelumnya memukul mejanya.

"Ya, begitulah. Tapi dia menolaknya dan pergi begitu saja setelah Taehyung Oppa menyatakan cinta padanya."

Jennie bisa mendengar tawa remeh itu, pun dengan gadis itu yang merunduk untuk menatapnya. "Kau berani untuk menolak seorang Kim Taehyung? Siapa memangnya dirimu, huh? Aku benar-benar tak mengerti bagaimana selera seorang Taehyung Oppa bisa tertuju pada gadis sepertimu."

Tangan gadis itu terkepal, tapi bahkan Jennie tak bisa melakukan apapun saat ini. Jadi yang ia lakukan hanya membereskan semua barang-barangnya. Berusaha untuk pergi dari dua orang gadis yang ia yakini adalah salah satu penggemar dari HOME Band.

"P-Permisi, sunbaenim."

Gadis itu mendecak dengan memutar bola matanya. Menarik Jennie setelahnya yang baru saja melewati dirinya. "Mau kemana kau, huh? Kabur begitu saja?"

Jennie sedikit meringis, ketika helaian rambutnya ditarik begitu saja. Berusaha untuk melepaskan cengkraman gadis itu pada rambutnya.

"S-Sunbae, tolong lepaskan. Ini sangat sakit sekali."

"Oh ya? Lalu bagaimana perasaan Taehyung Oppa saat kau menolaknya, hmm? Dan juga para penggemarnya yang secara tidak langsung kau juga sakiti? Kau benar-benar tak tahu diri."

Jennie memekik, ketika tubuhnya di dorong begitu saja. Kedua matanya sudah tertutup, membayangkan ia akan mencium lantai perpustakaan itu dan menjadi bahan tawaan bagi orang-orang di sana.

Namun semua itu tak terjadi, ketika ia merasakan seseorang menangkap tubuhnya dengan cepat. Mendongak untuk melihat siapa yang sudah menolongnya.

Jennie terkejut di sana, sampai ia tak menyadari jika tubuhnya sudah dibawa masuk ke dalam pelukan pria itu.

"Apa ini terlihat menyenangkan bagi kalian?" Lalu pandangannya mengelilingi, membuat orang-orang yang sedari tadi hanya memperhatikan mengalihkan pandangan mereka. "Kalian semua bahkan hanya diam saja ketika ada seseorang yang sedang diperlakukan tak baik."

"T-Taehyung Oppa, ini--"

"Penggemarku? Lebih baik jika aku tak memiliki penggemar satupun daripada harus memiliki penggemar seperti kalian."

"Tapi--"

"Jika kalian berdua muncul di hadapanku ataupun menyakitinya, jangan harap aku akan bersabar seperti hari ini."

Tentu saja, ancaman itu membuat keduanya terdiam. Dan Taehyung yang memilih untuk menarik Jennie bersamanya, dimana gadis itu tak memiliki pilihan lain selain mengikutinya.

--To Be Continued--

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang