03. Al Faruq Aldevaro Archerydhyasta

19 3 1
                                    

Varo bernapas lega, terlihat beberapa kali ia masih mengerjapkan mata dan menguap. Suara keras langkahan kaki terdengar semakin memelan.
Ah, setidaknya  2 cecunguk itu sudah berhenti mengganggu mimpi indahnya yang sempat tertunda.

Varo mengumpulkan nyawa dan mencoba bangkit dari nakas.
Tak lama,ia segera menyibakkan gorden biru pastelnya yang mana ia langsung disambut oleh senyuman mentari yang hangat nan menyilaukan.

Kamar Varo memang di dominasi warna biru. Dulu, Varo tak sengaja sempat membaca artikel artikel yang berisi tentang dekorasi dekorasi kamar khas anak muda. Di artikel itu juga menyebutkan, “Sebuah ruangan yang di cat warna biru bisa memberi pikiran si pemilik menjadi lebih fresh,dan bisa juga menambah eumm,kecerdasan otak.”

Entahlah, ia tiba tiba terinspirasi oleh artikel tersebut dan meminta mang Aziz untuk mengecat ulang dinding kamarnya.

“Ah, gue lupa sekarang kan jadwalnya latihan panahan. Duh,kesiangan juga gue. Izin molor dikit ah. Sekali kali gapapa kali yaaa ehehe,” Varo bermonolog sendiri.

Ia segera merapikan sprei dan selimut diatas kasur king size nya dan tak lupa membersihkan diri.

Setelah dirasa cukup, Varo turun ke bawah untuk sarapan bersama ala ala keluarga besarnya. Disana sudah ada bunda, dan juga ke 2 kakaknya.

“Adek nanti latihan panahan ya?” Tiba tiba ayah menepuk bahu Varo yang membuat Varo sedikit terkejut

“Ah ayah, ngagetin aja. Nyampai jam berapa yah tadi?”

“Adek ditanya kok malah bales nanya, abis subuh tadi ayah nyampai rumah”

“Ayaaah, Varo udah gede. Varo gak suka dipanggil “adek”. Iya,nanti Varo latihan panahan. Kenapa yah? Mau ditambahin saku ya? Mau mau. Varo siap sedia nampung kokkkk.” Varo nyengir

“Adeeekk Varo uutututuu Adek Varo” abang Dev mulai melakukan aksinya menggoda Varo .

“Apaan sih lo! Gajelas banget” balas Varo

“Lo tuh jagonya kalo udah bahas duit. Pikiran lo tuh duiit mulu.” Ejek bang Aby

“Sewot aja lo, siniin ayamnya, enak banget lo embat sendiri.”

Merasa kenyang, Varo menyudahi makanannya. Ia segera naik ke lantai 2,di ruang khusus menyimpan peralatan olahraha olahraga. Maklum, keluarga Varo memang mempunyai hobby berolahraga. Ia pun segera mengambil peralatan panahan yang akan digunakannya untuk berlatih hari ini.

“Ini udah, eum apa lagi ya? Duitnya belum ya, turun yuk sur, tahu susur, eh busur maksudnya” Varo bergumam sendiri

Varo pun bersemangat menuruni tangga, saking semangatnya sampai dua anak tangga ia lompati sekaligus.

“Varo pelan pelan nak! “ suara bunda berasal dari arah dapur, sambil membawa teflon, bunda geleng geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang entah mengapa, hanya karena latihan panahan anaknya bisa seantusias ini.

“Yaaah, Varo mau latihan panahan, minta duit jajan dong, yang merah ya yah! Ya ayah yaaa!” rajuk Varo

“Latihan 4 jam doang mintanya yang merah, dasar mata duitan lo!” ucap Aby seraya melempar kunci motor hitam Varo yang kemudian Varo menangkapnya dengan gesit.

“Apa lo! Nih duit warnanya merah, coba lo liat nominalnya wuuhhh” Varo memamerkan uang kertas seratus ribuan pemberian ayahnya.

Dulu bunda ngidam apaan ya? Gini banget anak anaknya, batin Dev melihat kelakuan saudara saudaranya.

“Bodoamat nyet, ga pengen gue” balas Aby.

•••

Dilain sisi, gadis itu terlihat riang raut wajahnya, dikarenakan sekarang hari libur dan ia sedikit terbebas dari setumpuk proposal yang dilimpahkan oleh sang ketua osis, dan juga lega karena tidak bertemu oleh spesies baru, entah makhluk apa itu yang selalu saja mengganggu ketenangan hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDEVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang