Pernah tidak, kamu merasa berada diantara keluarga jauh yang sudah tua dan sedang membicarakan masa lalu mereka tanpa sedikitpun menyinggung-nyinggung soal dirimu, kecuali waktu kecil kamu bulat dan gelap.
Atau pernahkah kamu dengan sialnya terjebak di ligkaran perteman temanmu yang temannya bukan temanmu lalu mereka membicarakan masa lalu mereka sementara kamu terdiam dengan secangkir teh es yang esnya sudah meleleh.
Atau pernahkah kamu duduk disebuah meja makan di pesta resepsi teman segengmu dan tersesat dengan obrolan teman temannya yang tidak kamu kenal soal susu bayi, jamu perapat, suami ngeselin, kerja sambil jadi ibu rumah tangga dan biaya perawatan.
Sementara kamu menunggu-nunggu semua ini berlalu karena ada Dateline dari bos omong besar yang boro-boro seganteng Zayn Malik atau sepelukable Capten Amerika. Menemukan si bos datang tepat waktu dengan tanpa bau saja sudah anugerah ilahi yang tak terhingga. Aku pernah ketiganya tapi yang sekarang sedang ku rasakan adalah yang terakhir. Terjebak di resepsi teman satu geng, makan satu meja dengan teman satu geng, tersesat dengan obrolan yang rasanya asing dan bertahun tahun tahun lagi akan menjadi realita bagi hidupku yang mengenaskan, maaf mengesankan ini.
"Kamu Ia, kapan nikah, nyusul fiza".
Terimakasih semesta, akhirnya kudengar juga pertanyaan maha basi, basa, asam, garam ini.
"Kayanya senin, pas kalian semua pada sibuk".
Lalu kuteguk sirup merah yang terasa hambar didepanku.
"Kamu sih main mulu, jalan-jalan terus, kerja mulu, carilah, udah dua sembilan tau kita-kita". Tami yang katanya suaminya kaya tujuh puluh tujuh turunan ini mulai berceramah.
Permasalahan teman-teman yang bertanya dan bawel tentang kehidupan asmaramu adalah mereka mirip sekali seperti rakyat pada pemerintah, kritik terus tanpa memberi saran dan jalan keluar. Mirip ustad yang ceramah dengan ayat bikin sendiri.
"Jadi ada saran gak, bolehlah teman suami Kamu yang katanya bos batu batuan itu dikenali sama teman kamu yang udah dua Sembilan tapi belum kawin ini".
"Jangan banyak omong Kamu Ia, nanti giliran aku kenalin kabur. Banyak alasan, dateline lah, tugas dari boslah, mau sendirian dulu nih, lama gak dirumah seharian, iya karena kamu dirumah seharian pas libur, yang mana liburnya seiprit itulah Kamu jadi jomblo sampai sekarang".
Tami dan mulut brengseknya.
"Bener ni Ia, aku ada kenalan, teman suamiku, yang ini kayanya kamu bisa cocok deh soalnya ganteng, kamukan luluh sama yang ganteng ganteng walaupun Cuma punya ganteng doang, mau gak?"
Orang terakhir yang tami bawa kepesta kencan butanya untukku, si jomblo ini adalah seorang laki-laki maha dingin, yang jikalau kami sedang di novel maka dengan amat sangat mudah diriku yang seharusnya menjadi pemeran utama akan jatuh jatuh jatuh bertekuk tekuk untuk orang itu. Tapi maaf, duniaku duapuluh Sembilan tahun ini sudah terlalu dingin, kalaupun, kalaupun aku akhirnya memutuskan sesuatu semacam hidup selamanya dengan seseorang sudah pasti bukan bentuk es diberi nyawa seperti orang terakhir itu dan bukan hal yang tidak mungkin itu akan lagi lagi lagi gila terjadi lagi.
"Gak usah deh Tam, Aku takut mengecewakan hati Kamu , gini-gini aku gak mau jadi manusia durhaka".
Tami mengamati sekitar, memutar matanya seperti antagonis disinetron, lagila, nyatanya menjadi istri orang kaya tidak merubah orang kampung seperti tami dan mungkin aku, si jomblo berubah jadi lebih kotaan, ganti status dari kampungan.
"Temuin aja dulu, fikirin durhaka masa sama temen, sama orang tua tuh, cape bikinya, cape ngaremnya, pas keluar telurnya males betelur".
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Dress Adventure
FantasyBayangkan kamu tidak memerlukan tiket pesawat untuk pergi keseluruh tempat yang kamu inginkan. Tinggal pejamkan mata. Pakai dress maroonnya lalu bayangkan sebuah tempat yang kamu inginkan.