Senyuman Pagi

64 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Suasana yang sepi dan hawa yang sangat dingin, sampai menusuk ke lapisan tulang bagian dalam. Kimie meregangkan seluruh tubuhnya yang masih terasa kaku. Saking paginya kimie bangun, sampai rasanya ayam saja belum siap untuk berkokok. Namun, Kimie haruslah tetap bangun dari mimpi cantiknya saat ini. Dengan segera kimie mematikan, kimie memaksakan matanya untuk terbuka. "hhuuawwwhheeemmmm......"

"Kimie ini sudah jam berapa? cepat bersiap dan sarapan, ini hari yang kamu tunggu-tunggu kan?" terdengar suara lembut namun tegas dari Kania - mama kimie. yang juga sambil mengetuk pintu kamarnya agak keras dari luar sana. Maklum saja, kimie sebenarnya tidak suka bila dia harus lebih dulu bangkit dibanding matahari.

kimie pun bangkit dari tidurnya, matanya masih terasa perih dan berat. bantal yang ia gunakan pun tak luput dari penglihatannya, ada bentuk pulau-pulau di atas sana, tepatnya akibat ada sesuatu yang membanjiri bantal itu, tidak lain dan tidak bukan adalah air matanya sendiri.

Kimie pun membuka pintu untuk memperlihatkan dirinya yang sudah bangun  di depan mata mamanya agar percaya.  Karena bila tidak, mungkin saja mamanya akan membunyikan terompet, agar kimie bisa bangun karena kaget seperti waktu lalu.

Kepala kimie sedikit menunduk saat membuka pintu. Dan tangan kirinya mengusap-usap wajahnya untuk menyamarkan rasa kantuk. "yah, ma.. Kimie sudah bangun". Tanpa ada niat menatap wajah mamanya, kimie kembali menutup pintu kamar. Terdengar hembusan nafas berat dari kimie. Sambil menyenderkan tubuhnya di depan pintu.

Akhirnya kimie pun pergi mandi. "Oh sedang dimana aku sekarang, apa kutub utara sudah pindah ke bali?" batinnya begitu mengguyur tubuhnya dengan air. Dengan segera dia langsung menuntaskan prosesi mandinya dengan cepat.

Kimie memang lahir dan besar di Bali. Papa kandungnya orang bali asli, sedangkan Mamanya berasal dari Surabaya.

Semua sudah disiapkan Kimie sejak kemarin, dari seragam, alat tulis dan kartu peserta ujian di dalam kotak pensilnya. Kimie pun langsung menggendong tasnya dan keluar kamar untuk sarapan.

Sebelum keluar kamar, ia memastikan lagi bahwa penampilannya sudahlah baik. Terutama wajahnya dan  matanya agar tidak terlihat sembab. Kimie mengoleskan eye cream di kantung matanya.

Bagaimana pun mamanya tidak boleh sampai melihat kondisi Kimie yang tidak karuan. Moodnya harus tetap baik. Kimie harus tetap berusaha ceria, dan memperlihatkan semuanya baik-baik saja. Dan tidak ada sesuatu yang harus dipikirkan. Kimie pun kembali bercermin dan menampilkan senyumnya yang manis "Kimie, all to be fine, keep smile" gumamnya.

"kimie, santai aja makannya, gak usah kayak mau ngejar maling begitu, nanti keselek lho" yah, mamanya mulai tidak tenang melihat kimie yang terus memasukkan roti dalam mulutnya, padahal masih terlihat penuh.

"ya, ma.. Kimie berangkat dulu yah" sambil mulai berdiri dan tidak lupa kembali mengambil roti bakar lagi yang terlihat sangat menggoda lidahnya. Kimie menatap wajah mamanya dan memberi senyum manisnya pagi ini. Kania pun membalas tatapan Kimie dan ikut tersenyum manis juga padanya. Seakan memberi tahu bahwa Kania juga tetap tegar dan kuat untuk melanjutkan hidupnya ke depan.

"iya, semoga lancar untuk hari ini, ingat berdoa dulu sebelum buka soalnya yah" kania pun juga ikut berdiri dan ikut mengantar kimie sampai ke depan rumah. kimie berpamitan dengan bersaliman dan memeluk kania dengan hangat.

"hati-hati di jalan, jangan ngebut yah" mama kembali mengingatkan sambil menjauhkan tubuh kimie dengan lembut. sebagai tanda bahwa kimie harus berangkat sekarang agar tidak terlambat. kania melambaikan tangan pada kimie. "semua akan baik-baik saja kimie, fokus pada tujuanmu hari ini, semoga selalu dilindungi" doanya dan dengan senyum tipis kania yang terbit.

Kimie memutar gas motornya dan berangkat ke sekolah sambil berdoa dalam hati "Tuhan, semoga hari ini lancar". Bukan perkara mudah baginya untuk bisa bangkit pagi ini. Dengan sikap cuek, berusaha tenang dan senyum yang memaksa. Hatinya sungguh memberontak saat melakukan hal ini.

Tapi mau bagaimana lagi, waktu terus berlalu. Mau tidak mau harus tetap dijalani. Akan selalu ada kisah di setiap detiknya. Tak bisa memastikan akan berlangsung suka atau duka. Hanya dimulai dengan senyum, maka semua akan terlihat baik-baik saja.

Bagaimana pun juga kimie tetap harus menjalani hari ini dengan penuh perjuangan. Dan menganggap semua akan baik,  sampai pada kenyataan kalau memang semua akan berjalan lancar.

Sepanjang perjalanan kimie pun sebenarnya merasa tidak tenang, begitu menyadari handphone dalam tasnya bergetar sejak tadi. Kimie pun tersadar bahwa dirinya sudah melewatkan seseorang pagi ini. Dengan tampang datar dan memiringkan senyumnya kimie memutuskan untuk fokus pada jalan dan mengabaikan handphone yg masih terus bergetar. Karena kimie pun sudah tau siapa yang sedang menelponnya.

Hatinya sedikit ada keraguan akan melakukan apa setelah ini, namun yang pasti dia akan berjuang menuntaskan pertempurannya pagi ini sampai dengan jam 10 nanti. Barulah kimie akan mengurus seseorang yang menelponnya pagi buta.

Mau apapun komentar si penelpon nanti, kimie rasa hasil akhirnya akan tetap sama. Moodnya yang akan buruk. Jadi ada baiknya bila saat ini tidak menerima panggilan dari siapa pun.

Tiba-tiba kimie merasakan sesuatu yang aneh dalam perjalanan ke sekolah. "please, jangan sekarang. Ini hari penting, mohon lindungannya Tuhan. Kimie gak sanggup kalau menghadapi cobaan sekarang ini. Biar tuntas dululah hari ini, setelah itu bebas deh mau kejadian kayak gini atau bagaimana" Kimie kembali bergumam. Ia panik, seakan sudah kehabisan akal kalau pagi buta ini dia sudah mendapati nasib apesnya.

Perlahan, Kimie merapatkan motornya ke sisi jalan. Dengan wajah cemberut Kimie mendongkrak motornya dan turun dari motor. Masih dengan tatapan cemas bercampur panik, kimie berjongkok, lalu Kimie mengecek ban motor belakangnya yang sudah tidak montok lagi alias kempes. Tidak ada harapan untuk memaksakan kuda cantiknya ini terus berjalan. Bisa-bisa kalau dipaksakan, maka dirinyalah yang akan dapat resiko jatuh. Tentu saja Kimie tidak akan melakukan hal itu. Ia pun menggelengkan kepala untuk menyadarkan pikirannya, lalu menghembuskan nafas panjangnya yang bercampur kesal.

"tuh kan, ada aja yang bikin kesel, mau cari tambal ban dimana coba pagi-pagi begini? Mana ada yg buka!" omelan Kimie pagi ini sukses membuat mood Kimie makin kendor. Tidak hanya makhluk hidup yang bisa salah. Benda mati pun bisa saja terlihat salah di mata Kimie. Bibir Kimie pun maju beberapa senti dan mengubah ekspresi wajahnya yang akan menangis.

Mata Kimie kembali melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 04.30. Baiklah, Kimie kira dengan bangun lebih pagi, dirinya bisa lebih tenang untuk mempersiapkan semua dengan baik. Namun nasib apes tetap tidak bisa dihindari, bukan?

Kimie menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sambil berpikir bagaimana caranya menembel ban pagi ini, lalu segera berangkat sekolah. Atau dia harus mencari tumpangan untuk ke sekolah, dengan resiko meninggalkan kuda cantiknya sebatang kara.

Langsung terlintas di kepala Kimie untuk menghubungi seseorang yang tadi menelponnya. Hanya dialah yang paling memungkinkan untuk membantunya - membantu mengantar ke sekolah dan membantu mencarikan bengkel motor. Seketika Kimie tersenyum puas. "Dia pasti sudah bangun, dan pasti bisa bantuin aku." Dengan rasa percaya dirinya yang sudah diubun-ubun, Kimie langsung membuka tas dan mengambil handphonenya.


Terima kasih yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca di bagian awal ini.. 😊

Komentar dari kalian sangat diharapkan, beserta votenya juga yah kalau suka 🙏😊

Kira-kira siapa yah, yang nelpon kimie pagi-pagi? 🤔

I'm GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang