diam-diam tapi mau

23 3 2
                                    

Masih dengan posisi jongkoknya. Baru saja kimie berniat membuka tas, untuk mengambil handphonenya. Tiba-tiba, kimie merasa ada sesuatu yang aneh di belakangnya. Yang tadinya dirasa ada hawa dingin di punggungnya, sekarang seakan sudah berganti menjadi hawa panas.

"ah, apalagi ini, masalah satu belum beres, udah muncul lagi yang beginian." bisik kimie.

Suasana yang masih gelap nan sepi, berjongkok di pinggir jalan. Kimie seperti orang yang kehilangan arah jalan tujuan. Tak apa, setidaknya tidak terlihat seperti gembel kesasar.

Penampilan yang sudah rapi, dengan jaket merah menyala, dan helm putih. Membuat kimie masih terlihat sebagai orang yang waras. Dan pastinya masih terlihat berwujud manusia cantik, bukan seperti si samar cantik.

Matahari juga masih malu-malu untuk menampakkan diri. Hanya ada dua ekor anjing di seberang sana. Yang salah satunya sedang asyik berguling-guling di trotoar, dan yang satunya dengan posisi duduk menatap ke arah Kimie.

"hoe, guguk, kamu gak sedang ngeliatin sesuatu di sekitar aku kan? Please, tatapan kamu jangan kayak gitu, bikin takut tau!" kimie kembali mengoceh pelan, sambil melirik ke arah anjing itu.

Kimie pun memberanikan diri untuk menoleh ke arah kanannya. Ok fix, tidak ada orang. Aman. Lalu ia menoleh ke arah kirinya.

Dan..., tara kimie pun terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini. Kimie melihat dari arah bawah, sampai ujung atas. Ok, kakinya masih nyentuh tanah. Aman. Kimie pun tersenyum puas.

Tak berlangsung lama, kimie kembali dengan tatapan horornya. Kini di sampingnya ada sosok besar yang menutupi sinar lampu di belakangnya. Tentu saja hal ini sukses ingin membuat kimie spontan berteriak.

"heh, siapa kamu? Jangan macem-macem yah! Ngaca dulu dong! Gak usah sok nakut-nakutin. Aku tau muka kamu serem. Tapi please jangan langsung nongol begini, bikin nambah serem aja!" Kimie berteriak, sambil mangacungkan telunjuk kirinya kehadapan sosok besar itu.

Padahal kimie pun belum tau siapa sosok besar yang ada di sampingnya itu. Kimie sudah akan menyiapkan ancang-ancang untuk menggeprek sosok itu, bila benar-benar akan melakukan niat jahat pada kimie. Namun dengan sisa keberanian yang dimiliki, kimie langsung menyemburkan kata-kata pedasnya. Yah, sebenarnya itu sekaligus untuk menutupi rasa takutnya saat ini.

Dengan tangan kanan yang berpegangan pada handle belakang motornya. Kimie berdiri, sambil membetulkan posisi helmnya yang turun. Yang membuat pandangannya terhalangi helm bagian atas.

Kimie kembali mendongakkan wajahnya untuk menatap siapa sosok besar itu. Sekaligus memastikan lagi bahwa ini betul manusia, kan?

"kamu ngapain nangkring gak jelas di sini?" dengan tatapan heran, sosok besar itu pun bertanya. Dengan pandangan kimie yang sebenarnya kurang jelas melihat siapa yang berusan bicara, kimie hanya diam.

Karena kondisi yang gelap, ditambah sosok itu yang menghalangi cahaya lampu. Membuat kimie bengong dan masih menerka-nerka. Matanya menyernyit sipit. Siapa orang ini sebenarnya? Namun, kimie sudah lega. Setidaknya yang mengajaknya bicara saat ini, adalah benar, dia manusia.

Dengan suara besar dan sedikit serak. Dia kembali bersuara untuk menyadarkan kimie, yang masih saja berusaha menangkap siapa dirinya itu.

"kimie, ini aku Ben!" kedua tangan ben pun mengguncangkan bahu kimie yang masih betah tak bersuara.

"eh? Oh, ben. Kenapa kamu di sini?" kimie akhirnya tersadar dari lamunannya, dan mengedip-ngedipkan matanya. Ini bukan mimpi kan?

"kok balik nanya, aku duluan tadi yang nanya, kamu ngapain di sini? Sendirian?" tanya ben lagi.

Kimie menepuk tangannya sekali, dan saling menggenggam erat tangannya sendiri, untuk mengilangkan rasa kagetnya saat ini. Dan pastinya kimie pun langsung tersenyum. Akhirnya kode-kode pertolongan datang juga. "oh, ini ban kuda cantik aku kempes." kimie kembali memperlihatkan ban motornya yang kempes.

"oh, kasian banget sih. Butuh bantuan dari aku? tawar Ben dengan nada santai. Jelaslah kimie butuh banget bantuan kamu, Ben. Gak mungkin kimie tolak, apalagi itu dari kamu. Ya pasti mau banget lah. Kedua tangan ben dimasukkan ke sisi kantong celana panjangnya. Dengan atasan jaket hitam yang sengaja tidak ditutup resleting, yang menampakkan sedikit bahwa di dalamnya ben memakai kemeja putih.

Ben sebenarnya ragu, untuk menawarkan bantuannya pada kimie. Bagaimana mungkin, seorang kimie akan dengan mudahnya menerima bantuan dari seseorang. Kimie terlalu keras kepala.

Sama seperti kejadian 3 tahun silam. Saat kimie batal untuk kerja kelompok, saat itu kimie belum memiliki motor. Jarak sekolah ke rumahnya cukup jauh. Dan kimie memilih pulang dengan berjalan kaki saja. Walaupun saat itu ben sudah ada di depan kimie, dan bersiap mengantar kimie pulang. Namun, dengan segala rayuan yang dilontarkan ben, kimie tetap tidak mau, dan langsung pergi meninggalkan ben begitu saja.

Ben merasa keraguannya kini terjawab. Sikap kimie cenderung meremehkan tawaran ben. Tidak ada jawaban, sekedar berkata ya atau tidak dari kimie. Kimie hanya melihat ke sudut sisi sambil memutar bola matanya. Kedua tangan kimie pun menyilang di depan dada.
Satu, dua, tiga,... sepuluh detik pun berlalu. Kimie tetap diam.

"ya udah, gue duluan ya, see you." putus ben dengan cepat untuk memecah keheningan ini. Ben pun langsung membalikkan tubuhnya, dan hendak pergi meninggalkan kimie.

Tak ingin melewatkan kesempatan yg ada, kimie sontak meraih tangan kiri ben. "hey, kok pergi gitu aja, sih!" ucap kimie seketika.

"kamu diam, ya aku pergi. Simple aja." balas ben, dengan tatapan datarnya dan memandang ke arah sudut jalan.

"iya ben, aku butuh bantuan kamu, banget." tatapan kimie memelas, dengan penekanan pada kata terakhirnya.

Tanpa membalas ucapan kimie lagi, ben menyingkirkan tangan kimie dari lengannya. Lalu ben membalikkan badannya, meninggalkan kimie sendiri.

Kimie sempat bingung dengan perlakuan ben. Namun, kimie enggan untuk menahannya lagi. Walaupun sebenarnya bukan ini yang diharapkan kimie. Kimie hendak berbicara lagi, namun enggan untuk dilontarkan.

Kimie kembali menunduk menatap motornya lagi. Dua puluh detik berlangsung, tiba-tiba terdengar suara motor dari belakang. Lalu kimie menoleh. Sinar lampu menyorot mata kimie, membuat kimie menyipitkan mata, dan menghalau pandangannya dengan tangannya.

"ayo, aku temenin nyari bengkel, di depan sana ada tambal ban buka 24 jam" ucap ben sambil menunjuk arah dengan dagunya.

Kimie pun tersenyum melihat tingkah ben. Kimie pikir, ben akan benar-benar meninggalkannya seorang diri.

"iya, makasi ya ben" dengan cepat kimie membalas ucapan ben. "tapi, gimana caranya bawa motorku ke sana. Ini udah gak bisa dijalanin lagi" sambung kimie.

"yaelah, didorong kan masih bisa,kim" ucap ben dengan santai. Kali ini ben yang bersikap meremehkan kimie. Ben seakan tidak peduli, bagaimana kimie sebagai seorang perempuan yang mendorong motor sendiri?

seketika Kimie membuka mulutnya, dan matanya membulat. Seakan tidak terima dengan apa yang dikatakan ben barusan. "aku? Dorong motornya sendiri? Terus kamu?" tanya kimie tak percaya.

"aku ya nemenin dari belakanglah, sambil naik motor. Kamu pikir, aku yang bakal dorong motor kamu, terus kamu yang naikin motor aku? Sorry, aku capek" semburan pedas dari ben langsung keluar.

Tak ingin berdebat lama dengan ben, kimie hanya mengangguk pasrah. Setidaknya kimie sudah ada yang menemani saat ini.

***

I'm GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang