pasrah

17 1 0
                                    


Dengan langkah berat kimie mendorong motornya. Berjalan sekitar 10 meter, cukup membuat keringat kimie bercucuran. Entah sudah berapa tetes yang jatuh, dan kimie menyeka dengan punggung tangannya. "duh, capek, berat.. Masih jauh gak, ben?" keluhan kimie mulai terdengar. Yang sebenarnya sudah ditahannya sejak tadi. Namun, karena gengsi kimie yang keterlaluan, kimie tak ingin terlihat lemah di mata ben.

"dikit lagi, kamu capek? Gitu aja capek. Kamu tau orang dulu belum punya motor, mereka jalan kaki. Bahkan sampai puluhan meter. Malah jadinya bikin mereka sehat." jawab ben yang sok menceramahi, namun dibalik itu secara tidak langsung ucapan Ben terkesan menyemangati kimie. Tapi sebenarnya Ben juga tidak tega melihat kimie bersusah payah seorang diri mendorong motornya di pagi buta begini.

"hhmm, tapi ini tahun 2019 ben, bukan jaman kolonial lagi." pembelaan kimie yang tak mau kalah. kimie membuang pandangannya ke sisi kiri. sedangkan ben berada bersisian di sebelah kanannya.

"ya udah, sini gantian. Nanti kamu pingsan, aku lagi yang nambah repot" balas ben dan segera menghentikan motornya. ben semakin tidak tega melihat kimie yang mulai ngos-ngosan ketika akan melewati jembatan yang agak menanjak. setidaknya apa yang dilakukan ben walaupun sedikit, namun bisa meringankan beban kimie saat ini.

Kimie pun menghela napas lega dan tersenyum pada ben. Akhirnya.. "makasi, ben." ben pun memberi isyarat pada kimie untuk berganti posisi. Kimie yakin, ben sebenarnya orang yang baik, dan bisa menghargai perempuan. dengan cepat kimie mendongkrak motornya. sungguh kakinya kini sangat pegal dan lemas. tak sabar rasanya kimie ingin duduk dan menekuk sedikit kakinya.

saat kimie menuju ke motor ben, dan ben sebaliknya juga menuju motor kimie, tak sengaja kaki kimie menyandung sebuah batu yang langsung membuat kimie hampir saja terjatuh. dengan sigap ben langsung mendekap tubuh kimie ke dalam pelukan ben. jarak mereka kini sangat dekat. kimie yang merasa kaget, reflek memejamkan matanya dan pasrah membalas pelukan ben agar dirinya tidak terjatuh. degupan jantung ben sangat bisa kimie rasakan saat ini. telinganya tepat berada di dada ben yang terasa bidang dan padat.

mereka tertahan beberapa detik dengan posisi seperti itu. ben yang sejatinya adalah lelaki tulen dan berjiwa muda, pastinya akan dengan mudah tergoyah nalurinya untuk melakukan hal yang lebih bila saja ini bukan di tempat umum. apalagi ben yang sebenarnya memang menyukai kimie. ben merasakan hembusan napas kimie yang memburu di dadanya. ben yang merasa tergoda oleh kimie, tanpa sadar ben malah mendekatkan wajahnya ke wajah kimie. jaraknya makin dekat, dan kimie tetap tak berespon apapun. ben menganggap jawaban kimie adalah yes dan memberi lampu hijau pada ben di saat yang seperti ini. mimpi apa ben tadi malam ?

tangan ben berada di sisi kepala kimie memegang kepalanya. mula-mula tangan ben mengelus lembut rambut kimie, lalu jari-jemari ben segera menyusup masuk ke sela-sela rambut kimie. ben menuntun wajah kimie untuk lebih dekat lagi ke arah wajah ben. mata kimie hampir tertutup setengah dan kepalanya tetap menuruti perintah gerakan tangan ben yang memegang kepalanya. napas mereka saling beradu. bibir ben sudah terbuka sedikit, namun bibir kimie masih tertutup rapat. kimie tak berani menatap ben, mata kimie tertuju pada bibir ben yang akan menyambut bibir kimie dengan hangat.

tak ingin berlama-lama terjebak dalam situasi panas, kimie segera menyudahi adegan ini. sebisa mungkin kimie melawan setan jahat dalam dirinya saat ini, dia masih waras dan sadar untuk tidak melakukan hal aneh. terlebih sekarang mereka berada di tempat umum, walaupun jalanan masih sangat sepi. hanya ada suara hembusan angin yang menerpa pohon mangga yang ada di atas mereka.

"ben, stop!"

***

Baru sebentar kimie mengendarai motor ben, dengan jarak yang tak sampai satu meter, tiba-tiba ben berhenti. Kimie makin bingung saat ben yang mendongkrak motor kimie yang bannya kempes itu. Jangan bilang ben sudah lelah, dan minta berganti posisi sekarang. Belum juga lima menit, belum juga keringetan. Apa-apaan nie jadi cowok lempe banget. Batin kimie.

Bukan kata-kata untuk berganti posisi yang didengar kimie saat ini. "pak, mau tambal ban, kempes" ben berbicara dengan nada santai kepada bapak tua yang sedang menyapu di pinggir jalan.

"Apa? Sudah sampai?" Tanpa sadar kimie yang berada di belakang ben berdecak kesal. Ingin sekali kimie mengomel pada ben. Kimie pikir ben sosok yang benar-benar perhatian pada perempuan. Eh,ternyata, karena sudah tahu lokasinya akan sampai, makanya ben menawarkan untuk berganti posisi. Sialan.

"kok malah bengong, sini turun. Urusin motor kamu dulu" ben menyadarkan kimie yang masih betah duduk di motor ben.

Kimie hanya mengangguk pelan. Rasanya percuma saja bila harus mengomel pada ben. Hanya akan menguras tenaganya saja. Kimie pun menghampiri ben, dan duduk di kursi panjang yang juga diduduki ben. Kimie duduk di ujung pinggir kursi. Kimie ingin menjaga jarak pada ben, agar rasa kesalnya tidak makin bertambah.

"kenapa diem aja?" ben mulai membuka suara terlebih dahulu, untuk memecah keheningan diantara mereka. "kamu gak berangkat ke sekolah?" tanya kimie. "nanti aja, barengan sama kamu." jawab ben dengan pandangan ke arah motor kimie yang sedang ditambal. "ok, makasi" kimie hanya mengangguk pelan. Setelah itu tak satu pun dari mereka yang berbicara lagi. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Lima belas menit berlangsung, motor kimie sudah selesai ditambal. Bapak tua itu berdiri lalu menghampiri ben. Mungkin dikiranya motor itu milik ben. Kimie yang sadar bahwa motornya sudah selesai ditambal, lalu kimie akan mulai beranjak dari kursinya. Belum sempat kimie berdiri sempurna, ben sudah terlebih dahulu berdiri menghampiri bapak tua itu. Sontak yang dilakukan ben hampir saja membuat kimie akan terjatuh karena terjungkit. Bagaimana bisa ben tiba-tiba berdiri dan lupa bahwa di ujung kursi kimie sedang duduk. Menyebalkan.

"berapa pak?" tanya ben kepada si bapak tua. "tiga puluh ribu saja, dik" ben langsung mengeluarkan dompet dan hendak membayarnya. Kimie yang melihat kejadian itu, langsung menghampiri bapak tua dan ben. "aku aja yang bayar ben, itu kan motorku." sela kimie sembari mengeluarkan uang selembar lima puluh ribu. "oh, adik yang punya motor, bapak kira dia yang punya" kata bapak tua sambil menoleh ke arah kimie lalu ke arah ben. "biarin pacarnya aja yang bayar, dik. Dia kan laki-laki." sambung bapak itu sambil tersenyum ke arah ben.

"dia bukan pacar saya pak, cuma teman." kimie langsung menjawab pernyataan bapak itu, dengan penekanan pada dua kata terakhir sambil merilik ke arah Ben. Ben pun membalas lirikan kimie dengan wajah datarnya. Kimie kembali menyodorkan uangnya lagi ke bapak tua. Sedangkan bapak tua hanya ber-o ria dan menerima uang pemberian kimie. Bapak tua langsung pergi untuk mengambil uang kembalian.

"kenapa kamu gak ngakuin kalau aku pacar kamu?" goda ben pada kimie. Senyum miring yang diberikan ben, membuat kimie sedikit kesal. "sejak kapan kita pacaran?" jawab kimie dengan nada meninggi.

"sejak tadi mungkin, kamu udah mau nerima bantuan aku, aku kira kamu sudah ngasi kesempatan buat aku " terang ben dengan nada pasrah.

Tak ingin menanggapi kembali ucapan ben, kebetulan bapak tua juga sudah datang membawa uang kembalian kimie. Kimie mengambil uangnya dan mengucapkan terima kasih pada bapak tua.

Segera kimie menghampiri motornya dan hendak beranjak pergi. "ayo, berangkat ben." kimie menyadarkan ben yang bengong menatap kimie. "seakan memberi kesempatan, tapi tidak mau mengakui. Seakan ingin dimengerti, tapi tidak mau mengerti" Terdengar suara ben menyahut dengan nada samar-samar.

"apa?" kimie menoleh ke belakang untuk melihat Ben. Kimie tidak begitu jelas mendengar ucapan ben barusan. "gak apa, kamu salah denger mungkin" dusta ben yang matanya sendiri tak mau melihat kimie, dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

Tanpa harus memperpanjang percakapan yang ada, kimie hanya mengangguk dan perlahan memutar gas motornya. kimie berharap apa yang didengarnya sedikit walaupun samar-samar benar adanya.

I'm GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang