Berharga || 01

10.8K 603 33
                                    

"Siapa namamu?"

"Hinata, hanya Hinata."

Ada sebuah klan yang paling diincar oleh seluruh dunia. Dulu maupun sekarang pemilik iris berwarna lavender akan dibunuh hidup-hidup. Bukan tanpa alasan, semua manusia menghabisinya, tetapi akibat kekuatan yang ditimbulkan oleh pemilik mata itu. Semua masyarakat merasa terancam dan takut. Hingga tahun demi tahun silih berganti. Pemilik iris lavender semakin punah dan mulai tak tersisa. Bola mata berwarna cantik itu akan digunakan untuk koleksi maupun diinjak—agar tidak memiliki jejak. Padahal semua pemilik iris lavender pasti tidak bisa melihat—cacat. Namun, seluruh lapisan manusia mengincarnya tanpa belas kasih.

Hinata adalah salah satu pemilik tersisa iris keunguan itu. Keberuntungan yang dimilikinya adalah ia diurus oleh pemilik saham terbesar di kota tersebut yang mengasihaninya.

Uchiha Sasuke.

Kesekian kalinya Sasuke menata rambut indigo Hinata yang halus, menggendongnya kemudian menaruh tubuh Hinata untuk duduk di ruang makan. Suara gadis itu terpekik setiap kali Tuannya melakukan kontak fisik padanya. Namun, Hinata tidak pernah menolak. Hidupnya diabadikan untuk Sasuke yang sudah merawatnya tanpa memandang irisnya yang berbeda, Sasuke memberinya makan, pakaian, mengajarinya ilmu pengetahuan dan kasih sayang yang berlimpah. Bagaimana mungkin Hinata tidak berhutang budi?

"Pa-Padahal sa-saya sudah hapal jalan dari kamar untuk menuju ruang makan, T-Tuan. Se ... Seharusnya Anda tidak perlu repot-repot untuk mengangkat saya setiap hari," ucap Hinata pelan mengatakan keluh kesah. Matanya menatap kosong tanpa berkedip.

Sasuke bahkan tidak tahu alasannya.

Lelaki itu mengusap pipi gadis yang sedang disembunyikan olehnya dari dunia, bibirnya mengecup singkat pelipis Hinata. "Kau harus bergantung padaku, Hinata, agar aku merasa dibutuhkan olehmu," lirih Sasuke memohon. Hinata meraba tangan Sasuke yang sedang berada di pipinya, napasnya memberat. Senyumnya terukir manis dengan kedua mata yang bahkan terlihat layu dan tak fokus. "Jangan ... jangan bicara seperti itu, Tuan. Maafkan kesalahan dari perkataan saya."

Karena kenyataan yang sebenarnya terjadi adalah bukan Hinata yang membutuhkan Sasuke. Namun, Sasuke yang membutuhkan Hinata untuk tetap berada dalam hidupnya. Sasuke mempunyai beberapa hal memalukan yang tidak diketahui publik. Memiliki rasa frustasi berlebih pada keluarganya yang bermasalah. Untuk itu, Hinata adalah obat dari segala hal yang Sasuke perlukan juga butuhkan. Seperti layaknya narkoba, Sasuke menggantungkan sepenuhnya hidup yang ia miliki untuk Hinata seorang, merasa candu mengenai semua hal mengenai gadis itu, hingga terasa menyakitkan jika gadis itu menjauh sedikit saja. Sasuke tidak mempedulikan jika ia harus menentang seluruh dunia hanya demi melindungi gadis tuna netra di hadapannya ini.

Hinata mengecup jari-jemari Sasuke dalam, kelopak matanya terpejam. "Tu-Tuan tahu? Tuan memiliki aroma khas menenangkan. Walaupun Tuan tidak menyadarinya ta-tapi," Kelopak mata Hinata terbuka lemah, tangannya meraba struktur wajah Sasuke yang sudah ia hapal dalam ingatannya. Senyum Hinata melebar tulus. "Tapi saya selalu menyukainya, bagaimana mungkin saya tidak membutuhkan Tuan? Ji-Jika sehari saja Tuan tidak ada. Saya pasti mengakhiri hidup."

Sasuke menahan napas. Matanya tak sedikit pun beralih memuja wajah Hinata yang baginya terlihat sangat... cantik. Mengapa Hinata bisa tampil sesempurna ini?

"Jadi ... Tuan tidak perlu khawatir."

Bagaimana bisa Sasuke tidak khawatir, sedangkan seandainya saja Hinata bisa melihat. Semua lelaki di seluruh dunia pasti akan merebutkannya. Sasuke mengangkat Hinata ke atas meja makan yang belum disediakan hidangan oleh para pelayan secara tiba-tiba. Lelaki itu memeluk Hinata yang posisinya lebih tinggi. "Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku, Hinata."

Stay With Me Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang