PE - 2

14.7K 975 15
                                    


Diamond Cafe, kafe yang tidak terlalu besar dan mewah, tapi di tata sedemikan rupa sehingga memperlihatkan kesan aesthetic untuk anak anak muda masa kini. Tak heran, banyak anak anak muda yang menghabiskan waktu disini. Untuk sekedar berfoto, nongkrong, atau sekedar menghabiskan waktu.

Eva tersenyum ketika berhasil membalikkan papan 'Close' menjadi 'Open'. Beberapa karyawannya sudah siap siaga di posisi masing masing. Ada yang bekerja di dapur, bagian kasir, atau ada yang menjadi seorang pelayan yang bertugas melayani.

"Selamat pagi, Ev." Sapa Jane ketika berhasil membuka pintu kafe, membuat pintu itu menyentuh bell.

Eva langsung berbalik badan mendapati siapa yang datang.
"Tumben sekali kau datang. Biasanya kau langsung menuju ke tempat kerja mu."

Jane mengangkat bahunya acuh.
"Tidak. Hari ini aku tidak ingin bekerja. Ku rasa, aku harus berhenti dulu dari obsesiku." Ucapnya sambil berjalan, dan akhirnya duduk di kursi bar.

Jane tersenyum manis.
"Selain itu, aku adalah pelanggan pertamamu, bukan?? One capuccino ice, please."

Eva memutarkan kedua bola matanya malas sebelum meminta pelayan membuatkan pesanan Jane.

"Jadi, bagaimana hari mu?" Tanya Eva. Entahlah. Sedari kemarin, Eva resah memikirkan Jane dengan berita yang baru saja ia rilis.

"I'm fine. Thank's for asking me."

Eva mengangguk kecil.

"Ada apa?? Jangan khawatirkan aku. Aku tidak akan kenapa napa. Percayalah." Ucap Jane memutarkan kedua bola matanya kesal.

"Tentu saja aku khawatir bodoh! Pria itu bisa saja menuntutmu karena pencemaran nama baik. Lagi pula, pria itu adalah orang berpengaruh di negara ini! Lebih baik jika kau menjadi paparazi dalam objek kriminal saja! Seperti waktu itu." Jelas Eva.

"Astaga! Itu namanya kau memasukkan ku kembali ke kandang singa setelah keluar dari kandang tikus. Aku bisa mati menjadi paparazi kriminalitas! Kau lebih mengkhawatirkan aku dengan berita tentang pria itu dari pada berita kriminalitas?? Ck! Ku rasa otak mu sepertinya sudah terbentur."

Eva terdiam sesaat ketika pelayan berhasil memberikan dua es capuccino pada Eva. Jane segera mengambil salah satu dan menyeruputnya.

"Hell. Bukan aku bodoh, Jane. Kau tau. Aku pernah menjadi bagian keluarga paling berkuasa sebelumnya. Dan aku tau, apa saja resiko yang akan terjadi. Kau tidak lupa kan aku siapa??"

Jane memutarkan kedua bola matanya malas.
"Ya, ya. Kau putri dari keluarga kerajaan Stefangush. Aku ingat itu. Lagi pula, jika aku terkena masalah, kau mungkin bisa membantu ku! Karena kau juga salah satu tokoh berpengaruh." Ucap Jane dengan cengiran khasnya.

"Itu namanya kau membunuhku, bodoh!" Balas Eva dengan raut wajah kesal.

Jane tertawa terbahak bahak.
"Hahahaha!!! Seriously?? Aku hanya bercanda!!"

Tak lama kemudian, Jane meringis.
"Sepertinya aku harus ke toilet. Urgg! Inilah mengapa minum kopi tanpa sarapan di pagi hari membuat ku ingin selalu buang air!"

Eva terkekeh sebelum membalas.
"Kau mau aku buatkan sarapan??"

Jane mengangguk kecil sebelum berlari menuju toilet. Eva menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah Jane. Kemudian, ia menyuruh salah satu pelayan membuatkan sarapan pagi untuknya dan juga Jane. Kafe mulai tampak kedatangan beberapa orang. Eva melirik jam di dinding. Jam 7.40 am. Pantas saja. Banyak anak sekolahan maupun pekerja kantor sarapan disini sebelum menjalani hari hari mereka.

Tapi sebelum itu, kesenangan Eva terganggu dengan kedatangan seorang pria tampan, yang membawa beberapa bodyguardnya, membuat seluruh perhatian orang di kafe tertuju padanya. Eva berusaha menampilkan senyum manis walau sejujurnya terlihat terpaksa. Ia berusaha melayani pria ini agar terlihat sopan.

"Selamat datang di kafe diamond. Ada yang bisa saya bantu, Sir?" Sapanya ramah.

Lelaki itu tersenyum miring.
"Siapa namamu?"

Eva menatap tak suka. Pria ini baru saja datang dan berani menanyakan namanya?? Tapi lagi lagi, demi kesopanan, Eva rela menjawabnya.
"Nama saya Eva—tidak. Maksudku, Belva Steven, Sir. Saya pemilik kafe ini. Ada yang bisa saya bantu??" Untung saja ia berhasil menyebutkan nama samarannya dengan pas. Hampir saja ia keceplosan.

Ya. Selama tinggal di New York, nama samaran Eva adalah Belva Steven. Eva menggunakan nama keluarga Jane atas permintaan sahabatnya itu. Lagi pula, kedua orang tua Jane sudah menganggapnya sebagai keluarga.

"Jadi, kau adalah Mrs. Steven??"

"Ya benar. Ada yang bisa saya bantu, Sir??"

Beberapa orang sedang memotret pria tampan ini, sedangkan Eva terheran heran. Sepertinya hanya dia yang tidak mengenal lelaki ini.

"Kau tidak tahu siapa aku, Miss?"

Eva menggeleng pelan.
"Maaf, Sir. Apa kita pernah bertemu sebelumnya??"

Pria itu tersenyum lagi.
"Tidak, kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Miss, bisakah kau mendekat. Aku jadi susah memesan sesuatu."

Curiga, Eva berusaha berjalan dengan pelan mendekati pria itu. Eva tau ada yang tidak beres.

Atau jangan jangan....

Eva memegang buku pesanan dengan tangan gemetar ketika berhasil berdiri tepat di depan pria itu.
"Anda m-mau pesan ap-apa, Sir?"

Pria itu terdiam, namun senyum miring tak pernah hilang dari bibirnya. Hal itu membuat Eva kesal. Masa bodoh dengan kesopanan.

"Sir, jika anda tidak memesan apapun, tolong tinggalkan kafe saya. Anda membuat pengunjung lain tidak nyaman dengan keberadaan Anda, dan juga bodyguard bodyguard anda." Tekan Eva. Terselip nada kesal di dalamnya.

Tiba tiba, pria itu mengurung tubuh Eva di dalam pelukannya. Tentu saja hal itu membuat Eva terkejut bukan main. Belum sempat melepaskan diri, sebuah benda kenyal sudah lebih dulu menyambar bibirnya.

Astaga!!! Ingatkan dia bahwa bibirnya tidak suci lagi!!! Ingatkan dia bahwa dirinya sudah berdosa kepada Tuhan!!

Tak sadar olehnya, beberapa orang, termasuk paparazi yang sudah di undang sendiri oleh pria itu memotret peristiwa langka itu.

Tak lama, pria itu segera melepaskan pangutan bibirnya dari Eva dan membisikkan kata kata di telinga wanita itu.

"Welcome to hell, honey."

Seketika itu, Eva langsung tersadar. Pria itu adalah Allanard Bergin. Tidak salah lagi.

"Ada apa ini?!!" Pekik Jane melihat orang yang beramai ramai mengerubungi kafe sahabatnya.

Sedangkan Eva?? Sedari tadi pandangannya kosong. Pikirannya masih kusut.

'Astaga!! Aku memang berada di dalam neraka sekarang!! Kenapa aku yang kena imbasnya??!!'

-PrincessEscape-

——————————————————
-Everything is impossible, can be possible-
——————————————————

I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!'

@deerouxx
@FranklinPrincess

Inst : @Qiqi_rz

Princess Escape [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang