Eva menghembuskan nafasnya ketika pintu berhasil dibuka. Sepi. Tak ada tanda tanda keberadaan pria itu disini."Miss. Silahkan duduk. Akan saya panggilkan Mr. Bergin terlebih dahulu."
Eva tersenyum kecil seraya duduk di sofa empuk yang telah di sediakan. Eva menatap jam yang berada di dinding ruangan. Jam menunjukkan pukul 01.55 Pm. Ia mendesah kecil.
"Sudah lama menunggu?"
Sebuah suara membuat Eva sedikit melonjak karena kaget.
"Kau mengagetkan ku!" Ucap Eva sedikit kesal.Allan hanya menatapnya datar.
"Aku tak peduli, nona."Eva memutarkan kedua bola matanya malas. Beruntunglah ia karena bersikap ketus di depan lelaki ini.
"Apa mau mu?" Ucap Eva acuh tak acuh.Allan tersenyum miring. Senyum yang menyebalkan menurut Eva.
"Well. Aku memanggilmu karena aku, ingin memberikan penawaran padamu.""Apa?? Bisakah kau untuk tidak bertele tele??"
Allan terkekeh.
"Wow! Easy girl! Aku tak akan kemana mana."Eva memutarkan kedua bola matanya kesal, untuk kedua kalinya dan itu menganggu kesenangan Allan.
"Peraturan pertama. Tidak boleh memutarkan bola matamu padaku."
"Cepatlah! Aku tak banyak waktu."
Allan tersenyum.
"Oh ya?? Setahu ku kau sedang bersantai dirumah, menikmati berita yang aku rilis. Bukan begitu??"Sudah cukup! Eva segera berdiri dan berbalik menuju pintu. Ketika hendak membuka pintu, Eva menyerngit. Kenapa pintu ini tidak bisa di buka?? Apakah pintu ini tersangkut?? Pintu modern ini bisa juga tersangkut?? Lagi pula, ia tak melihat ada yang mengunci pintu itu, sedangkan sekretaris pria itu masih berada di ruangan ini.
"Kau mencari ini, Miss??"
Eva segera berbalik menatap kearah Allan yang sedang memegang sebuah remote kontrol kecil.
Eva berusaha menenangkan dirinya agar tidak naik darah di hadapan pria ini.
"Katakan, apa yang kau inginkan??""Aku ingin kau atau saudari mu bertanggung jawab atas berita itu."
Eva menelan ludahnya dengan susah payah.
"Look. Bisakah kau untuk tidak melibatkan masalahmu pada saudari ku?? Kau tau. Dia tidak sengaja."Allan mendengus.
"Wanita dengan segala obsesinya itu kau bilang tidak sengaja melakukan itu?? Harusnya ia tau siapa yang akan ia lawan.""Dengar, tuan Arrogant! Seharusnya, dia memang tau kau siapa. Tapi, dia tidak tau siapa kau 'Sebenarnya'. Untung saja aku mengenal orang seperti dirimu, tuan!"
Allan tersenyum.
"Oh yeah? So, kau tidak keberatan jika kau yang akan berkorban demi saudari tiri mu itu??"Eva diam. Sejujurnya, ia bimbang. Ia tak ingin Jane mendapatkan masalah besar karena pria ini. Bisa bisa, Jane di pecat dari pekerjaannya. Jane sudah membantu banyak untuk dirinya. Dari awal Eva memulai hidup barunya disini, hingga sekarang. Ia tidak mungkin memberatkan kembali keluarga itu bukan??
Eva menghembuskan nafasnya pasrah.
"Terserah apa katamu, tuan. Yang jelas, jangan menganggu saudari ku lagi!" Tekan Eva."Jadi, kau setuju untuk menggantikan posisi saudari mu??"
"Selama kau tidak mengganggu hidup keluarga ku, aku tidak keberatan. Kita buat ini lebih mudah, Tuan Arrogant."
Allan melebarkan senyum sinisnya.
"Benar kau tidak akan mundur??"Eva tampak ragu. Kemudian, ia tersadar dan memasang wajah datar.
"Ya. Orang seperti mu, harus dilawan."Allan berjalan perlahan hingga sampai di depannya. Tepatnya, sekitar 30 cm di depan Eva.
"Aku tanya sekali lagi. Yakin kau tidak akan mundur??"Eva berusaha meyakinkan dirinya.
"Aku.tidak.takut.padamu." Tekannya.Allan mengembangkan senyumnya.
"Now, show me."Allan langsung menyambar bibir wanita itu, membuat Eva tersentak. Awalnya, ia berusaha melepaskan pangutan bibir Allan. Namun entah mengapa, tiba tiba tubuhnya berkhianat, menikmati ciuman pria itu dengan mengalungkan kedua lengannya di leher Allan.
'Shit! Bukan ini yang ku inginkan!!'Allan melepaskan pangutannya perlahan, hingga Eva berhasil meraup oksigen sebanyak banyaknya. Ketika Eva sedang menetralkan nafasnya, Allan memajukan wajahnya sampai ketelinga Eva.
"Kau menikmatinya, honey. Akui itu. Dari sini, kau tau, bahwa berita yang saudari mu itu tulis salah besar. Kau dengar. Salah besar."****
Brak!!
Eva meremas rambutnya frustasi. Ia seratus persen menyandarkan tubuhnya di pintu karena tidak kuat menanggung beban tubuhnya yang sudah mulai goyah. Nafasnya ngos ngosan. Setelah apa yang di lakukan pria tadi?? Tidak mungkin wanita itu bersikap biasa biasa saja.
"Tidak tidak!! Pria itu berbahaya. Aku seharusnya tidak boleh berurusan dengannya, lagi!!"
Eva mulai mondar mandir dikamarnya.
"Come on, Eva! Think!"Tak sadar, ia terus saja mondar mandir sambil menggigit kuki tangan kanannya.
Drrrrttt!
Sesuatu yang bergetar di atas meja mengalihkan kecemasannya. Handphonenya berdering. Ia segera mengambil handphone itu dari atas meja.
'Nomor tak di kenal?? Tapi siapa??'
Satu panggilan tak terjawab. Di susul dengan pesan dari nomor tersebut.
+1378xxxxxx
Keputusan harus ada padaku besok. Jika tidak, lihat apa yang akan aku lakukan, kutu kecil.Dan disana, Eva berdiri kaku. Pria ini tak akan melepaskannya dengan mudah. Ia kenal dengan lelaki seperti ini. Menindas dan mengancam tentu saja. Like always! Pria sekaya Allan bisa mendapatkan apa saja dengan jentikan jari.
-PrincessEscape-
——————————————————
-As far as I go, I will definitely see you again. Because honestly we're bound-
——————————————————I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!@deerouxx
@FranklinPrincessInst : @Qiqi_rz
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Escape [PROSES PENERBITAN]
RomanceMemilih hidup dengan melarikan diri?? Itulah yang dilakukan perempuan muda berdarah kerajaan ini, Evanil Stefangush. Apalagi, ia adalah pewaris harta kekayaan bisnis keluarga keturunan bangsawan itu. Hidupnya yang terkesan simple, tak menginginkan d...