Bagian 4: Cowok Novel

73 18 9
                                    

*Happy reading*

"Ra, jadi kamu suka sama Alan?" Lea tiba-tiba duduk di sebelahku sambil menyodorkan segelas Ice Coffee.

Aku melirik ke sekitar, takut-takut ada yang mendengar pertanyaan Lea barusan. Sambil mengambil Ice coffee yang diberikannya, aku berbisik pelan menjawab.

"Iya aku suka sama Alan, tapi kamu jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya. Nanti kalau ketahuan gimana?"

Lea terkekeh kecil, lalu tersenyum, "Hehe, iya maaf ya."

Oh iya, sebelum melanjutkan cerita ini. Aku lupa memberi tahu kalian, betapa cintanya aku terhadap Ice coffee. Aku begitu menyukai minuman yang satu itu. Entah dari segi rasa, filosofi atau wujudnya.

"Aku dengar-dengar nih dari temen sekelasku. Katanya, Alan itu jutek, dingin, kaku, dan bener-bener ngga peka sama perempuan. Kalau dia benar kaya gitu, kamu masih mau suka ngga?" ucap Lea diakhiri dengan pertanyaan yang mengundangku untuk menjawab dengan semangat 45.

"Ya pasti masih suka lah. Emang salah ya kalau dia jutek?" jawabku dengan pertanyaan lagi.

"Ya kalau dia jutek, kamu susah lah buat deketin dia,"

Aku jadi berpikir setelah Lea bilang begitu. "Jutek ya, dingin ya. Ehm, kaya Ice coffee dong. Dingin, manis juga."

"Hah? Kok di sama-samain sama minuman sih?"

"Yaudah deh, ganti. Alan itu sama kaya Cowok-cowok di Novel ya,"

"Ya enggak lah! Kalo cowok di novel kan keren, ganteng! Alan mah enggak!" Lea merespon tidak kalah semangat dari jawabanku.

"Lah yang bilang Alan ganteng emang siapa?"

"Kamu lah,"

"Kapan aku bilang, Lea?"

"Ehm, emang ngga pernah sih," Lea berpikir sebentar, "Lah terus kenapa kamu bisa suka sama Alan, kalau menurut kamu Alan ngga ganteng?"

"Alan itu emang ngga ganteng Le, dia itu manis. Kaya Ice coffee. Udah dingin, manis lagi. Duuuh, idaman banget,"

***
Sepulang sekolah, aku menunggu angkot sendirian di depan halte. Karena teman-teman yang biasanya satu angkot, sedang berhalangan untuk pulang.

Semenjak SMA, aku jadi harus terbiasa pulang naik angkot. Padahal sejak TK sampai SMP, aku biasa pulang sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak sekolah dengan rumahku tidak terlalu jauh.

Aku menunggu angkot yang satu jurusan dengan rumahku. Lama sekali rasanya. Matahari siang ini begitu terik, membuat tenggorokan meronta-ronta ingin betemu dengar air. Air minum di botolku sudah habis, dan uangku juga ikut habis. Ini hanya sisa untuk ongkos angkot saja, sehingga aku tidak bisa membeli es untuk menenangkan tenggorokanku.

Sabar ya tenggorokan..

Setelah menunggu hampir setengah jam dengan posisi berdiri di depan halte, akhirnya angkot datang dan aku bisa duduk di dalamnya dengan tenang.

Ternyata tidak aku saja yang menunggu angkot ini. Ada tiga perempuan yang sepertinya siswa baru juga sepertiku, ikut duduk di kursi seberang. Dari awal masuk, aku merasa aku, memiliki firasat buruk tentang ketiganya.

Dan benar. Ketiganya terus saja membicarakan Alan, dari awal duduk hingga akhirnya mereka turun dari angkot! Entah bagaimana ceritanya mereka bisa mengenal Alan dan bercerita banyak tentang Alan seperti tadi.

Yang masih jelas diingatanku adalah ketika, si rambut keriting tiba-tiba terkekeh begitu senang sambil bertepuk tangan heboh.

"Bagaimana tidak senang? Tadi Alan menatapmu cukup lama!"

Ucapnya begitu nyaring, lalu yang berwajah paling cantik diantara ketiganya -menurutku- tersenyum senang.

"Kecantikanku ini memang alami! Alan yang pendiam seperti itu saja bisa luluh,"

Katanya sombong. Lalu si gendut tertawa dan ikut bertepuk tangan seperti si keriting tadi.

"Kamu memang hebat, Ratu. Sepertinya, Alan memang menyukaimu!"

Kalimat terakhir yang ku dengar dari perbincangan ketiganya, sebelum mereka turun dari angkot. Dan itu benar-benar mengganggu pikiranku!

Dasar perempuan penggosip! Enak saja membicarakan calon pacarku di angkot!

Eh?

***

Sejak kejadian tadi siang. Telingaku rasanya panas sekali. Tapi, pesan singkat yang masuk ke ponselku kali ini membuatku lupa dengan ucapan tiga perempuan penggosip tadi siang.

Alan send you a picture.

Kamu tau gak siapa yg buat ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tau gak siapa yg buat ini?

Nggak. Kamu nuduh aku?
Read

Gak. Kan cuma tanya.

Knp tanya sm aku?
Read

Soalnya itu anak bahasa yg buat. Siapa tau temen kamu?

Nnt aku tanyain deh.
Read

Ok mksh ya. Eh btw, emng aku manis ya?

Ternyata cowok novel kaya dia, bisa merasa percaya diri tingkat tinggi seperti ini juga ya..

***
Hai, terima kasih masih setia dengan ASA.

semoga tetap bertahan hingga akhir cerita ya!

Jadilah pembaca yang baik dengan meninggalkan jejak😊

Salam semanis gula jawa,

Ersamei,
Jodohnya Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang