Bagian 13: kenapa harus aku?

38 7 2
                                    

Ghina masih tidak mengerti dengan kejadian yang aku ceritakan.

"Kok bisa sih kamu ketawa-ketiwi kaya sekarang, padah-"

Aku menaruh telunjukku di bibir Ghina, "Ssst. Udahlah Ghin, biar semua berlalu...."

Ghina memutar bola matanya ke arah lain, "Kalo emang gitu, terus kenapa kemarin sampe nggak masuk sekolah?"

Kemarin, aku memang tidak berangkat sekolah. Entahlah, rasanya aku terlalu malu untuk bertemu Alan. Setelah malam minggu menyedihkan itu, aku menangis hingga tertidur dan di Minggu pagi hingga malam, aku hanya mengurung diri di kamar. Dan, pada saat hari Senin aku beralasan sakit dan meminta izin kepada bunda untuk tidak masuk sekolah. Untungnya, bunda percaya dengan alasanku itu dikarenakan wajahku yang memang pucat dan maag ku yang kambuh, karena malas makan.

"Itu mah ka-"

"Raisa, itu dicariin!" teriak Haikal si ketua kelas, ke arahku.

Aku belum sempat menjawab pertanyaan Ghina. Namun, aku harus pergi menemui Galih yang tiba-tiba saja berada di kelasku seperti saat ini.
"Kenapa, Lih?"

Ia menarik tangaku asal, "Ayo ke markas."

"Ada Mr. Exo?" tanyaku.

"Nggak. Kita mau ada rapat dadakan."

Aku hanya mengikuti Galih saja, daripada banyak tanya. Setelah kami sampai, Galih pergi lagi dan menjemput rekan-rekan yang lain. Aku duduk di tempat favoritku, kursi panjang di teras Bapala. Sambil melamun, bagaimana reaksi Alan nanti saat kita bertemu.

Tiba-tiba dari arah belakang, ada yang menepuk pipiku cukup keras. Aku memegang pipiku yang terasa sedikit sakit, lalu menemukan Lea sebagai pelakunya. Ia menatapku tajam, seakan meminta penjelasan.

"Apa?" tanyaku polos.

"Kamu tuh ya, ra. Bener-bener deh. Kenapa kemaren nggak berangkat sekolah, terus nggak kasih kabar ke siapa-siapa?"

"Ak-"

"Kamu tau nggak sih, Alan kemarin aneh banget,"
Lea memotong jawabanku, sambil berbisik dan memberikan informasi yang lebih menarik.

"Dia kenapa?"

Lea melihat ke sekitar, takut-takut ada yang mendengar pembicaraan kami, "Dia seharian kemarin marah-marah terus. Kaya perempuan lagi pms, apalagi pas Dino bilang, kamu nggak berangkat. aneh banget, dia tiba-tiba diem terus keluar markas gitu aja. Terus pas di susul, dia Cuma bilang, rapat selesai dan dilanjutin hari ini. Dia nggak pernah gitu kan ra, sebelumnya?"

Aku mengangguk.

"Apa ada sesuatu yang terjadi diantara kalian waktu misi hari Sabtu itu, yang aku nggak tahu?"

Aku menggeleng.

"Raaaa, kenapa sih? Apa kalian jadian?"

"Bukan,"

"Terus apa?"

"Alan nolak aku."

Lea melotot, tidak percaya, "Kok bis-"
Seseorang yang menjadi topik pembicaraan kami lewat. Aku dengan Lea kompak menutup mulut seketika. Ia lalu berdiri di depan pintu, dan memerintahkan kami masuk.

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang