Daiki PoV

332 20 1
                                    

"Daiki! cepat bereskan semua ini!!" Katanya sambil menjambak rambutku

"a.. aa.. baiklah Yuya-san." Padahal baru saja aku membersihkan kamarnya tetapi ia telah memberantakkannya lagi. Namun tidak apa, aku akan membersihkannya lagi demi suamiku. Setelah selesai, aku pergi ke gudang dan tidur di sana. Sangat menyakitkan tapi aku tetap mencintainya.

Aku, Takaki Daiki berusia 24 tahun dan berstatus sebagai istrinya Takaki Yuya. Satu tahun yang lalu kami menikah karena perjodohan orang tua kami. Awalnya aku sangat senang karena sejak SMA aku sudah jatuh cinta padanya tapi sangat disayangkan, dia tidak mencintaiku. Dia lebih memilih Chii-chan, sahabat kecilku. Apa kalian tau rasanya? itu lebih sakit dari apapun.

Lebih sakitnya lagi, semenjak menikah dengannya aku tidak pernah merasakan diperlakukan baik sebagai istri pada umumnya. Disini aku dijadikan layaknya pembantu oleh Yuya dan aku pun tidak boleh memanggilnya "Yuyaan" atau panggilan sayang lainnya. Jika dilanggar maka hantaman baru akan mendarat di tubuhku. Meski begitu, aku masih dan akan selalu mencintainya dengan harapan ia akan mencintaiku suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti yang entah kapan.

Jika orang tua kami datang berkunjung, dia berubah menjadi pangeran dan memperlakukan aku sebaik mungkin layaknya pada Tuan Putri.

Tapi berbanding terbalik saat Chii-chan, pacarnya berkunjung, ia akan kembali lagi menjadi iblis dan aku akan langsung diseret ke gudang dan menyuruhku untuk tidur disana.

Lalu kini, gudang sudah menjadi kamar baruku ditemani barang-barangku bercampur dengan barang-barang gudang yang penuh debu serta jaring laba-laba.

~

Saat aku akan beranjak tidur tiba-tiba Yuya memanggilku dengan suara yang cukup keras dan aku pun keluar dari gudang tersebut. Aku melihat Chii-chan datang dan Yuya menyuruhku untuk menyajikan makanan dan minuman untuk dirinya. Aku membawakan coklat panas serta beberapa buah dorayaki, namun saat Chii-chan meminum coklat panas itu ia menyemburkan pada wajahku dan Yuya malah menertawaiku. Hatiku sudah jelas menjerit namun saat melihat Yuya tertawa entah kenapa aku pun ikut senang. Asalkan Yuya bahagia itu sudah menjadi penyemangat hidupku.

Sore sudah berganti ke malam hari dan itu waktunya bagi Chii-chan untuk pulang. Punggung yang sudah pegal ini aku rebahkan di gudang sekalian melanjutkan acara tidurku yang sempat terganggu. Aktivitas ini akan terus berlanjut sampai keesokan harinya dimana aku harus bangun pagi untuk mencuci pakaian, membangunkan Yuya, menyiapkan air hangat, menyiapkan makanan serta membersihkan rumah. Selama Yuya bekerja aku harus menungguinya sampai pulang dan menyiapkan makan malam.

~

23.00

Ini sudah larut malam dan Yuya belum pulang juga. Tentu saja aku sangat khawatir karena Yuya selalu pulang tepat waktu. Setelah menunggunya sejak tadi tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan menampakkan badan Yuya yang lemas bahkan hampir ambruk. Aku pun menahan berat badannya tetapi dia malah menjambak rambutku dan menjauhkan tanganku darinya. Dia memang sangat benci saat aku menyentuhnya.

"Yuya-san apa kamu mabuk?"

"Bukan urusanmu!!" Jawabnya ketus lalu ia pergi ke kamar dan tidur tanpa melepas sepatu dan mengganti pakaiannya.

Akupun mengganti bajunya dan melepas sepatunya hingga dia menarikku tidur di sebelahnya. Bukan hal yang aneh bagiku karena memang ia sering sekali mabuk dan berlaku seperti itu. Demi menghindari hal yang berbahaya, aku menahan tarikannya dan kembali ke gudang tempat peristirahatanku.

Keesokan harinya, sudah pasti aku melakukan rutinitas seperti biasa dan aku tidak membangunkan Yuya karena jika hari minggu ia harus dibangunkan jam sepuluh pagi. Ia pun tidak meminta sarapan karena Chii-chan akan ke rumah dan memasak untuknya. Saat mereka sedang khidmat menyantap sarapannya, tiba-tiba bel rumah berbunyi menandakan orang tua kami datang.

Seketika Yuya dilanda kepanikan dan menyuruh Chii-chan pulang melalui pintu belakang. Yuya datang membukakan pintu untuk orang tua kami dan aku segera menyiapkan masakan untuk mereka. Sembari menunggu hidangan selesai, Yuya beranjak untuk mandi dan untung saja aku sudah menyiapkan air hangat tadi. Disela kegiatanku berlangsung, tiba-tiba saja Ibu Yuya mengagetkanku.

"Mengapa wajahmu sedikit pucat Dai? Apakah kamu sakit? Atau jangan-jangan hamil???" Tanyanya bertubi-tubi.

"Ahhhh tidak Okaasan.. hanya sedikit lelah."

"Yaaah.. padahal Okaasan kira sebentar lagi bakal gendong cucu." terlihat dari raut kekecewaan dari wajahnya tapi ia berusaha menerima.

Setelah selesai memasak dan makan, kami berbicara banyak hal hingga orang tua kami kembali pulang dan aku membersihkan sisa-sisa makan tadi lalu bersiap lagi karena jam makan malam akan tiba. Tanpa adanya orangtua kami, Yuya tidak mau makan semeja denganku dan terpaksa aku selalu membawanya ke gudang dan balik lagi ke dapur untuk menaruh piring kotornya.

Baru saja akan memasuki pintu gudang, tanganku langsung dicekal oleh seseorang yang tidak lain adalah Yuya. Otomatis aku menepis tangannya tersebut.

"Maaf Yuya-san, kau tidak boleh menyentuhku nanti kamu bisa terkena virus." ucapku seperti yang sering dia ucapkan kepadaku dulu.

"Aku ingin membicarakan hal penting, tadi ayah menyuruhku pergi honeymoon denganmu tapi sudah jelas aku tidak mau lah!! Aku akan pergi dengan Chii-chan dan kau harus diam di gudang selama aku pergi. Jika orang tua kita datang aku sudah memberitahu satpam hal ini jadi kau tidak perlu khawatir."

"Baik Yuya-san." Jawabku singkat dan kembali masuk ke gudang untuk beristirahat.

TBC ......... 

Jangan lupa vovement + comment ya :)


Anata wo dakishimeteWhere stories live. Discover now