Yuya PoV

134 19 16
                                    

*DI CHAP INI ADA SEDIKIT ANUU JADI BACA SAMPAI ABIS YA ^^

Setelah Daiki pergi dari kamarku aku masih saja memikirkan kata-katanya. Entah kenapa kata tersebut sangat menyihir pikiranku. Dia sangat mencintaiku padahal aku selalu menyiksanya tanpa rasa belas kasih, tentu saja ini hal aneh bagiku. Sudahlah daripada otakku terus berputar mending langsung tidur saja.

~

Keesokan harinya aku terbangun dan langsung turun bertepatan saat Daiki menyiapkan sarapan untukku. Beberapa piring sudah tersaji dihadapanku dan ia pun mengambil piringnya lalu beranjak keluar dari ruang makan. Lagi-lagi aku mencekalnya dan menyuruhnya agar makan bersama. Meski keheranan, ia tetap menurut dan duduk disebrangku. Suasana canggung menyelimuti kami dan hanya dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar hingga akhirnya Daiki berbicara kepadaku.

"Yuya-san.. mengapa tiba-tiba kau mengajakku makan bersama? ini sangat aneh, aku takut kau terkena virus mematikanku dan kau akan mati jadi lebih baik aku pindah ke dapur dan makan disana--"

Dia berniat ingin pergi tetapi aku menghentikannya.

"Ahhh tidak, tetaplah disini dan makan bersamaku."

"Tapi Yuya-san..."

"DIAMLAH!! TAK USAH MEMBANTAH!"

"Baik."

Sarapan pagi ini terlewati tanpa ada obrolan apapun, kami sibuk menyuapkan makanan tersebut. Setelah itu aku pun langsung pergi bekerja.

~

Saat tiba di kantor, pikiranku masih berkelut perihal semalam. Aku terus memikirkan perkataannya, wajahnya dan bahkan tingkah lakunya pun jelas tergambar dipikianku. Tak habis pikir memang, apa maksudnya ini, daripada terus bingung akhirnya aku memutuskan agar Chii-chan datang ke tempat kerjaku. Kalian jangan heran jika orang-orang di sini sangat bingung mengapa aku bersama perempuan lain padahal aku memiliki seorang istri, mereka semua sudah tau dan tidak akan memberitahukan kepada orang tuaku mengenai hal ini.

Untungnya saat Chii-chan datang dia cukup mengembalikan fokus pikiranku dan aku kembali mengerjakan tugasku. Setelah selesai bekerja, aku dan Chii-chan memutuskan untuk makan malam diluar lalu menuliskan pesan kepada Daiki agar tidak membuatkanku makan malam.

Ketika bersama Chii-chan sekalipun, kata-kata itu mulai terngiang-ngiang lagi. Aku selalu mengingat perihal Daiki dan melupakan Chii-chan yang sedang menemaniku saat ini. Sepertinya ia tahu bahwa aku sedang tidak beres, akhirnya Chii-chan pergi begitu saja tanpa pamit karena terlanjur marah.

Gara-gara dia! Gara-gara si Daiki sialan itu! Dia berani mengambil alih pikiranku hingga membuatku semakin kesal dan memilih Bar sebagai tempat pelampiasan. Aku tak peduli jika sampai mabuk parah, yang terpenting ia harus enyah dulu dari pikiranku!

Dan benar saja, entah berapa botol yang sudah kutenggak hingga tubuh ini tak bisa menopang lagi. Aku pun pulang dengan menelepon supir pribadiku karena keadaanku sudah mabuk berat. Sesampainya di rumah, Daiki terlihat sangat khawatir kepadaku hingga ia memapahku ke kamar dan mengganti bajuku. Mataku yang belum sepenuhnya terpejam, melihat jelas sosok yang seharian ini sangat mengganggu pikiranku. Sadar tak sadar, aku menarik tubuhnya sampai menelungkup ditubuhku. Dengan sigap aku mengganti posisinya agar ia berada dibawah dan tertindih olehku.

"Kau tau.. aku sangat kesal padamu!! Seharian penuh aku selalu memikirkanmu dan hampir gila!! Sebagai hukumannya.. kau harus menerima ini." Kataku sambil mengkabedon dirinya lalu tangan satu laginya merayap pada bajunya.

"Yu-yuya-san hentikan! kau sedang mabuk dan kendalikan dirimu! aku--KYAAAAH!!"

"Bagus Daiki! Ayo terus berteriak! Berteriak sampai gila agar kau tahu bagaimana rasanya jadi aku seharian ini! Akupun ingin berteriak tapi ditahan!!"

"Hentikan.. Yuya... san.."

Teriakan yang bercampur tangisan mulai berubah menjadi sesegukan, ia terus memelas dan memohon saat baju atasnya sudah dibuka secara paksa.

"Kau mencintaiku kan? JADI TAK USAH MEMBERONTAK DAN DIAM SAJA! KEPALAKU PUSING! EMOSI INI HARUS TERSALURKAN!"

Teriakanku membuat ia semakin ciut dan berhenti meronta. Nah bagus, jadilah gadis yang baik. Dengan begini aksiku tak akan terganggu lagi dan bibirku mulai membekapnya agar ia berhenti menangis. Setelah ini kalian pasti tahu kelanjutannya.

~

Keesokan harinya saat terbangun, aku terkejut karena di sampingku ada Daiki. Kami sama-sama tak memakai pakaian dan mata Daiki masih terpejam dalam keadaan bengkak. Aku pun mengingat kejadian semalam dan tiba-tiba merasa bersalah terhadapnya. Aku pikir itu hanya mimpi, makanya aku seberani itu.

"Maafkan aku Yuya-san, semalam aku telah lancang menodaimu." Sangat bangun ia sangat terkejut dan langsung menangis saat melihat keadaanya. Ia terus meminta maaf karena takut aku akan menyiksa dirinya.

"Tidak ini murni kesalahanku okey.."

Aku harus gentle, ini memang kesalahanku dan aku harus tanggung jawab.

"Jika kau benar-benar hamil, aku akan tanggung jawab hingga proses kelahiranmu dan setelah itu aku akan menceraikanmu karena aku ingin menikah dengan Chii-chan. Jadi berhentilah menangis dan terima kenyataan!"

Nyatanya ia terus menangis dan menyembunyikan diri dibalik selimut.

TBC...... 

HALO MINA-SAN MAAF BANGRT YA KEMAREN AKU GAK UPP ^^ TIGA HARI INI AKU SIBUK BANGET NGURUS PENDAFTARAN SMA . ADA YANG SAMA KAYAK AKU NGGAK ? . KALO ADA SEMANGAT YA ^^. OIYA MINA-SAN JANGAN LUPA VOVEMENT+COMENT YA .

BUBAYYY 

Anata wo dakishimeteWhere stories live. Discover now