Bab 1

37 4 1
                                    


Bel pertanda istirahat berbunyi. Seketika para siswa berhamburan keluar kelas. Menuju kantin secepat yang mereka bisa untuk kemudian berebut antrian dalam rangka menuntaskan rasa lapar . Vita menghela napas gusar. Kali ini ia kalah menempati posisi pertama di lapak Mang Teguh, tukang nasi goreng yang dari jaman ke jaman selalu digandrungi banyak peminat. Nasi gorengnya itu loh. Asli enak banget !

“Mang Teguh rame, kita ke warung bakso Mpok Ati aja yok” Tere menarik lengan Vita dengan sedikit tak sabar. Dilihatnya lapak Mpok Atik yang tak terlalu ramai. Ia memekik girang. Wajah cantiknya yang selalu menjadi pusat perhatian para lelaki kini tersenyum lebar. Vita berdesis.

“pelan-pelan Re, lo kelaperan banget tah?” Tanya Vita. Ia memutar bola matanya secara dramatis. Membuat Tere terkikik.

“banget” serunya penuh penekanan. “oh iya, hari ini kak Rio ngajak gua pulang bareng loh” sembari mengacungkan dua jari kearah Mpok Atik, Tere mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan pesan Whatsapp yang baru diterimanya setengah jam lalu. Vita membolakan matanya kemudian terpekik senang.

“wah hebat. Rio si Pangeran sekolah yang amat sangat tampan itu ngedeketin lo? Luar biasa!” Vita mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi. Entah mangapa merasa luar biasa bahagia padahal bukan dia yang punya hajat. Sekilas mengenai Tere, gadis itu adalah murid baru disekolahnya. Dia cantik, alim, kaya raya,cukup pintar dan sangat baik. Sejak pertama kali kedatangannya ke sekolah ini, seluruh siswa menjadi gempar. Yang wanita mati-matian menahan iri –walaupun kadang ada juga yang tak dapat menahannya-, dan yang lelaki berebutan mendekatinya. Vita sendiri sebenarnya sempat merasa iri dengan kecantikan dan keanggunan Tere, namun ia selalu menepisnya. Ia percaya setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka dari itu di hari pertama memasuki sekolah, wanita yang bersedia menemani Tere dengan segenap hati hanyalah Vita.

Sedangkan Rio? Tak usah ditanya lagi. Ketampanan dan segudang bakat yang dimiliki lelaki tersebut -seperti bermain basket dan bernyanyi- membuatnya digilai hampir seluruh wanita di sekolah ini. Kecuali Vita tentunya. Gadis tersebut hanya menganggumi . tidak lebih. Karena ia sendiri sebenarnya diam-diam menyukai Samuel. Teman Band Rio yang terkenal luar biasa cool, sopan dan tampan. Rio, Samuel dan ketiga temannya memang tergabung dalam sebuah Grup Band serta Grup Basket sekolah. Mereka benar-benar idola yang tak hanya mengandalkan tampang, namun juga bakat.

“Bakso Kita datang “ Tere berteriak nyaring. Sengaja membuyarkan lamunan Vita yang sedari tadi membuatnya jengah. Vita mendelik. Ia mengusap telinganya pelan. Cantik memang, tapi suaranya itu loh, cemprengnya luar biasa.

“boleh gua gabung?” Rio datang dengan semangkok bakso ditangannya. Vita hampir saja tersedak jika ia tidak buru-buru meraih jus jeruk yang baru saja dipesannya.

“boleh” sahut kedua gadis tersebut secara bersamaan. Tere sedikit menggeserkan tubuhnya. Membiarkan Rio duduk di sampingnya. Vita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa sedikit kesal karena kini menjadi nyamuk diantara keduanya. Ia melahap baksonya secara cepat, menyeruput jus jeruknya hingga tandas, kemudian terburu-buru pamit dengan alasan harus mengembalikan buku yang kemarin dipinjamnya di perpustakaan.

Sialnya saat akan menuju kelas, ia justru menemukan pemandangan yang tak disukainya. Darah. ada cukup banyak darah ditangan lelaki yang kini berada dihadapannya. Sesaat ia terpaku. Wajahnya mendadak pucat. Perutnya bahkan mulai merasa mual.

“kalo yang datang bukan lo tapi cewek lain, pasti mereka bakal langsung nolongin gua, berebut dapat perhatian dari gua demi ngobatin gua. Bukannya malah diem dengan wajah pucat kayak gini” sindiran pedas dari lelaki tersebut membuat Vita seketika tersadar. Ia merasa luar biasa kejam karena tidak langsung menolong orang yang tengah kesakitan, tapi sungguh, ia benci darah! sialnya lagi, saat ini koridor benar-benar sepi. Hampir 89% siswa sekolah ini berada di kantin, sisanya lebih memilih tidur dikelas ataupun sekedar menghabiskan waktu diperpustakaan.

“ah.. maaf kak” Vita seketika menghampiri lelaki tersebut yang diyakininya sebagai Ardi, salah satu dari sahabat kental Rio yang –menurut gossip beredar- paling galak . bukan hanya galak, tapi juga tengil. “lo kenapa bisa begini kak?” mengabaikan rasa mualnya, Vita segera mengeluarkan tissue dari saku rok nya. Mencoba menutup darah yang sedari tadi keluar, untuk kemudian menuntun Ardi menuju UKS. Walaupun tidak pernah bercita-cita menjadi dokter, Vita pernah mempelajari cara mengobati luka saat mengikuti kegiatan pramuka dahulu kala.

“gua jatoh. Kebetulan jatohnya ke tanah yang ada pecahan belingnya di depan sekolah” Ardi akhirnya menjawab pertanyaan dari Vita kala gadis itu tengah membersihkan lukanya. Vita hanya mengagguk kecil. Berusaha berfokus pada Luka Ardi dan rasa mualnya yang semakin menjadi-jadi .

“maaf ya kak. Ini bakalan sedikit sakit. Tapi lo coba buat tahan ya” Vita memberikan betadine pada luka Ardi secara perlahan. Lelaki tersebut mengernyit. Sebenarnya lukanya tidak terlalu dalam, namun entah mengapa tetap saja membuatnya merasa sakit. “selesai” ujar Vita lega tatkala selesai membalut luka Ardi dengan perban. Isi perutnya bergejolak . kali ini ia tak dapat menahannya lebih lama lagi. tanpa sempat berpamitan ia segera berlari keluar UKS menuju toilet terdekat. Meninggalkan Ardi yang mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi. Tadinya ia kira, gadis tersebut akan meminta nomor ponselnya seperti gadis-gadis lain. Namun ternyata tidak.
*****

Sore ini cuaca amatlah panas. Matahari bersinar dengan teriknya . Vita menatap bola basket di dalam genggamannya sekilas sebelum akhirnya mencetak three point. Berhasil!

“Vita keren… “teriak Tere dari ujung lapangan. Seketika peluit berbunyi. Menandakan permainan telah berakhir dengan tim Vita sebagai pemenangnya. Vita melambai kearah Tere sebelum kemudian menepuk pundak teman-temannya sembari berkata “kalian hebat”

“lo lebih hebat kapten” ujar Nia bangga, ia menepuk-nepuk pundak Vita, merasa bangga memiliki Vita di dalam timnya. Vita tertawa kecil. Ia mencintai basket dan seluruh timnya. Baginya, gadis seperti dirinya harus memiliki keunggulan untuk tetap dihargai disekolah ini. Ia memang tidak memiliki wajah secantik Tere, ataupun semenarik Luna. dan meskipun ia pandai, ia tak pernah bisa mengalahkan Nadia, teman sekelasnya yang berotak bak einsten versi wanita tersebut. Alhasil ia hanya selalu memperoleh peringkat kedua di kelas. Lain halnya dengan basket. Basket adalah dunianya, ia selalu menjadi yang pertama.

“lo gak jadi pulang sama Rio?” Vita bertanya kala sampai dihadapan Tere. Gadis berwajah bak porselen tersebut hanya menangguk “jadi. Tapi katanya mereka mau latihan basket sehabis kalian latihan” jawab Tere ringan. Vita mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Sejak kapan jadwal ekstrakulikuler basket pria dan wanita di sekolah ini berada di hari yang sama? Vita baru akan menyuarakan pertanyaannya kala Rio dan kawan-kawannya sampai dihadapannya.

“kalian sudah selesai?” Rio bertanya kearah Vita yang seketika dibalas dengan anggukan hormat dari gadis tersebut. Bagaimanapun Rio adalah kakak kelasnya yang patut dihormati.

“lo kenal cewek ini?” Ardi menyeruak maju, kali ini berdiri tepat disamping Rio. Vita terperanjat. Melihat lelaki tersebut ia tiba-tiba tersadar. Ia lupa berpamitan siang tadi.

“dia temannya Tere. Kenapa?” Tanya Rio bingung . Ardi memang blak-blakan tapi baru kali ini ia perduli perihal siapa yang Rio kenal ataupun tidak.

Ardi mengangguk cepat . ia mengulurkan tangannya “gua Ardi, lo siapa?” ujarnya tanpa berniat untuk berbasa basi sedikitpun. Tere, Rio dan bahkan murid-murid yang berada disekitar mereka mendadak terperangah. Ardi. Si tampan yang luar biasa galak, ngajak Vita berkenalan ! Vita menatap uluran tangan tersebut dengan sedikit tak percaya.

“lo emang lemot atau gimana sih? Dari tadi siang respon lu telat mulu!” Ardi menarik uluran tangannya. Vita seketika melotot. Baru kali ini ada yang mengejeknya lemot. Rasanya ia ingin menampar wajah pria tersebut dengan deretan piagam yang diraihnya sedari memasuki sekolah menengah pertama. “lo Tere kan? Gebetannya Rio, gua mau nanya. Temen lu ini namanya siapa?” Ardi beralih kearah Tere secara tiba-tiba.

“e..eng.. Vita kak” jawab Tere ragu. Rio menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Apakah cara berkenalan Ardi seabsurd itu? Mengingat bahwa Ardi tak pernah memulai pendekatan terhadap siapapun, mungkin ini adalah pengalaman pertamanya. Setelah ini, ia bertekat akan mengajari Ardi cara berkenalan dengan wanita secara lebih layak. Masalahnya Ardi itu kepalanya udah kayak batu. Susah banget kalau dinasehatin.

Vita mendesah. Kenapa pula ia harus kembali bertemu dengan Ardi? Sebenarnya ia akan merasa senang-senang saja tatkala diajak berkenalan dengan lelaki tampan dihadapan banyak orang. Namun kata lemot yang dengan entengnya dikeluarkan oleh Ardi, mendadak membuat Vita merasa kesal setengah mati.

“re.. gua pulang duluan ya” Vita merasa tak nayaman. Ia ingin segera pulang. “permisi semuanya” lanjutnya sopan. Ia bahkan hampir melupakan keberadaan Samuel jika saja matanya tak sempat menangkap lelaki tersebut secara sekilas. Akan lebih baik jika yang ditolongnya adalah Samuel, bukan si Ardi yang entah mengapa kini justru mengikutinya.

“pulang bareng gua aja” Vita mengernyit. Apakah lelaki ini tidak mengenal kata basa basi?

“em..makasih kak. Tapi gua pulang sendiri aja. Ni mau pesen gojek. Kakak kenapa ga ikut latihan? “sahut Vita. Berusaha bersabar menghadapi kakak kelasnya yang satu ini.

“lo gak liat ini? Perasaan lo yang ngobatin” Ardi mengangkat tangannya yang diperban tinggi-tinggi. Vita menepuk keningnya. Bagaimana bisa ia melupakan fakta tersebut?  “udah bareng gua aja. Sekalian gua mau tau rumah lo” Ardi menarik lengan Vita menuju kearah parkiraan mobilnya. Vita hanya bisa pasrah.

*****
From : Kak Ardi
Besok pagi gua yang jemput

Vita memutar bola matanya kesal. Saat mengantarnya pulang tadi, Ardi sempat  memaksa Vita bertukar nomor Whatsapp . Gadis tersebut sempat menanyakan tujuan tentang mengapa mereka harus bertukar nomor. Namun, pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban dari sang pemilik mobil. Membuat Vita hanya mampu mengumpat di dalam hati .

To : Kak Ardi
Gak usah kak. Thanks, gua bsa sendiri.

Terkirim . Vita mendesah kala beberapa menit kemudian , ia tak lagi mendapatkan  balasan. Gadis tersebut lantas meletakkan ponselnya secara asal untuk kemudian meraih novel yang belum disentuhnya sejak pertama kali ia memutuskan untuk membelinya. Namun fokusnya terpecah. Tak ayal ia kembali memikirkan pertemuannya dengan Ardi. Lelaki minim basa basi tersebut entah mengapa justru membuat harinya terasa jauh lebih melelahkan dibanding sebelumnya.

          *****
Ardi menyodok bola dihadapannya dengan cukup kencang. Membuat bola tersebut terpental jauh dari meja Billiar. Niko menggelengkan kepalanya kesal. Biasanya Ardi selalu memenangkan permainan ini, namun malam ini lelaki tersebut justru terlihat layaknya baru bermain untuk pertama kalinya.

Rio yang berada di seberangnya terkekeh pelan. “seorang Ardi kehilangan fokus? Gua rasa karena si cewek tadi” tebaknya telak. Bersamaan dengan masuknya beberapa bola sekaligus setelah ia beraksi. Natan bertepuk tangan girang. Untuk pertama kalinya, ia dan Rio berhasil mengalahkan Ardi-Niko. “gua denger dari Tere, Vita sebenarnya kagum sama Samuel “ lanjut Rio enteng , tanpa perduli akan reaksi Samuel yang sedari tadi memperhatikan permainan mereka dengan tampang dinginnya, ataupun Ardi yang seketika kehilangan selera untuk bermain apapun.

“gua gak percaya” sangkal Ardi dingin, bahkan kali ini lebih dingin dibandingkan dengan suara Samuel biasanya. Samuel hanya mengedikkan bahunya tanda tak perduli ketika Rio menatapnya dengan tatapan yang seakan meminta pendapat. “terserah dia sukanya sama siapa, yang penting jalannya sama gua” Ardi kembali mebuka suaranya. Membuat Niko mendadak merasa gemas.

“ gua tau ini pertama kalinya lo suka sama cewek tapi cara lo salah. Kenapa lo gak ikutin cara Rio ngedeketin Tere?” protes yang dilayangkan oleh Niko tersebut hanya ditanggapi dengan gelengan oleh Ardi.

“gua gak suka basa basi dan lo tau itu”

“tapi cara lo itu rada serem. Gua pun akan ngerasa gak nyaman kalo jadi Vita” Natan turut angkat suara.

“itu kan lo. Bukan dia” lagi-lagi jawaban Ardi membuat teman-temannya mendesah. Dosa apa mereka sampai harus punya teman sekeras kepala ini?

          *****
Vita menatap wajahnya di dalam cermin. Ia mengernyit tak suka kala kantong di bawah matanya terlihat semakin kentara. Gara-gara Ardi ia tak bisa tidur semalaman. Membuat kantong matanya yang sudah hampir terbentuk lantaran ia sering menonton drama korea hingga tengah malam beberapa hari lalu, kini semakin menjad-jadi. Sial!

“Vita ada temen kamu diluar. Katanya jemput kamu” teriakan nyaring mamanya membuat Vita tersentak. Teman? Apakah Tere? Tumben sekali.

“iya ma. Sebentar” Vita menyisir rambutnya secara kilat. Ia bahkan meraih tas nya dengan sedikit tergesa.

“kamu kok gak kenalin ke mama? Ternyata selera pria anak mama ini tinggi juga ya. Gak tanggung-tanggung tampannya” celetukan dari mamanya seketika menghentikan Vita.

“yang jemput.. cowok?” tanyanya bingung. Mamanya mengangguk mantap. Vita mendesah. Pasti Ardi. Dan benar saja, di depan sana, Ardi tengah berdiri di samping mobilnya seraya tersenyum lebar kearah mamanya. Hal itu tentu saja membuat mamanya jatuh cinta. Vita mengehentakkan kakinya kesal . ia berjanji dalam hati bahwa sepulang sekolah nanti, ia akan menceritakan segalanya kepada mamanya tersebut. Ia harus mengubah pandangan mamanya tentang Ardi yang sekarang terlihat luar biasa Charming.

“kan gua bilang gak usah dijemput” protes Vita. Ia mengerucutkan bibirnya kesal. Membuat Ardi mendadak merasa gemas.

“emang gua peduli?” Ardi membukakan pintu kepada Vita, ia mendorong pelan gadis tersebut untuk memasuki mobilnya . Tidak ketinggalan, ia bahkan sempat melambaikan tangannya kearah mama Vita -yang tentu saja tidak mendengar percakapan mereka tadi- sebelum akhirnya memasuki mobilnya.

“lo kenapa sih kak? Kok aneh?” mengingat Ardi adalah lelaki yang blak-blakan, Vita tidak akan sudi bersopan-sopan ria lagi terhadap pemuda yang telah mengganggunya ini.

“gua suka sama lo” jawab Ardi enteng, dengan wajah tanpa dosa. Vita mengaga. Lelaki ini baru kenal sehari langsung bilang suka? Parahnya lagi, ia mengucapkannya dengan enteng. Sama sekali tidak terlihat gugup ataupun malu seperti lelaki-lelaki lain di luar sana. Apakah Ardi tengah mencoba bermain-main dengannya?

“lo ngaco. Pasti bercanda”

“gua beneran”

“kita baru kenal sehari kak!”

“so? Masalah?”

Omaigat !! Vita benar-benar gemas. Makhluk disebelahnya ini terbuat dari apaan sih?

“thanks” Vita tidak tahan lagi, ia buru-buru membuka mobil Ardi kala mereka sampai. Namun sialnya, lelaki itu justru mencekal lengannya.“gua antar sampai kelas” Vita memutar bola matanya. Kesalnya menjadi berkali-kali lipat.

“gak usah” asli. Cekalannya kuat banget. Vita sampai meringis.

“lo pilih kita bolos bareng sekarang juga atau gua antar lo sampai ke depan kelas? Gua cuma mau tau kelas lo” skak mat. Vita berdecak. Moodnya hari ini menjadi rusak serusak-rusaknya.

                           *****

About Us #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang