"lo datang sama kak Ardi?" pekik Tere histeris. Vita mendelik. Wajahnya menjadi semakin kusut.
"bisa gak sih lo gak seseneng itu? Lo gak liat gua lagi menderita?" rengek Vita putus asa. Tere seketika tersadar.
"ah iya maaf. Rio juga udah cerita kalau Ardi mau deketin lo. Dia minta lo banyak-banyak sabar aja. Karena Ardi baru kali ini suka sama cewek, caranya doang yang salah" Tere tampak berusaha menghibur. Vita menjatuhkan kepalanya diatas meja
"gua bisa gila lama-lama re" desahnya lirih "suruh Rio bantu gua . Coba sadarin temennya itu, Gua kan jadinya gak nyaman"
"udah gua coba semalem. Gua tau kok predikat Ardi yang galak dan gak kenal basa basi itu" Tere mengusap pundak Vita pelan. "tapi kata Rio, Ardi tu keras kepala. Gak bakal ada yang bisa menghentikan dia kecuali dia sendiri yang mau berhenti" telak. Ucapan itu bagaikan nyanyian kematian bagi Vita.
Dengan sedikit erangan, Vita menegakkan tubuhnya "semoga ada seorang pangeran yang bisa nolong gua. Ngarepnya si Samuel, tapi gak mungkin banget cowok orang gua jadiin pangeran. Ya siapapun itu , semoga bisa buat gua lepas dari Ardi " doa asal yang dibuat oleh Vita tersebut tak pelak membuat Tere tertawa terbahak bahak. Sebegitu putus asanya kah Vita? Segila apa sebenarnya seorang Ardi ?
Namun tawa Tere seketika terhenti tatkala bel pertanda masuk berbunyi disusul dengan dua orang lelaki yang datang secara bersamaan. Yang satunya adalah Pak Michael, guru merangkap wali kelas mereka yang masih berusia sangat muda. Jika boleh jujur ia tidak cocok menjadi seorang guru, melainkan lebih cocok menjadi kakak mereka. Dan seperti kutukan pada setiap sekolah, kisah antara seorang guru muda dengan salah satu siswinya pun juga terjadi di sekolah ini. Bahkan sempat menghebohkan seantreo sekolah beberapa pekan lalu.
Disebelahnya berdiri seorang lelaki dengan usia lebih muda yang mengenakan seragam berbeda dengan murid-murid lainnya. "perhatian semuanya" seluruh kelas mendadak hening "hari ini kita kedatangan murid baru. Mengingat kedatangannya sangat mendadak dan kita telah memasuki semester kedua, mohon bantuan dari kalian semua untuk membimbingnya mengejar ketertinggalan" intruksi dari pak Michael membuat beberapa siswa perempuan mendesah kegirangan. Pasalnya lelaki tersebut cukup tampan. Bahkan sangat cocok bila bergabung dengan geng pangeran sekolah -Rio dan kawan-kawan.- "silahkan memperkenalkan diri"
"perkenalkan nama saya Richard Angelo. Saya murid pindahan dari SMA Nusa Graha. Mohon bimbingan dari teman-teman sekalian" perkenalan singkat tersebut diiringi dengan senyuman yang lebar. Menampilkan dua lesung pipi yang ternyata juga dimilikinya. Seluruh siswi terpana. Mereka bahkan tanpa sadar menahan nafas selama beberapa detik.
Vita menyeggol lengan Tere. Moodnya mendadak sedikit membaik. Ia bahkan berniat menggoda sahabat cantiknya tersebut "Rio dapat saingan . Seperti di novel-novel yang gua baca, cewek kayak lo tuh dapatnya pangeran sekolah dan saingannya yang sejenis ini" Vita terkekeh pelan. Tere mendelik "kebanyakan baca novel lo" sahutnya seraya menoyor kepala Vita. Membuat Vita melotot.
"sekarang silahkan pilih tempat dudukmu. Ada beberapa bangku kosong di kelas ini" Vita kembali terkekeh begitu melihat Richard berjalan kearah mereka. Ada banyak bangku kosong dikelasnya. Termasuk dengan dua kursi dibelakang Vita dan Tere. Vita sudah menduganya dengan sangat tepat. Intuisinya sebagai miss cupid mengatakan bahwa Richard akan memilih duduk dibelakang Tere. Namun ternyata salah. Richard justru lebih memilih kursi dibelakangnya.
Tak cukup sampai disitu, setelah duduk, Richard bahkan menepuk pudaknya. Membuat Vita terperanjat. "salam kenal. gua Richard. Mohon bantuannya" ujarnya seraya mengulurkan tangan. Adegan tersebut bahkan disaksikan oleh seluruh mata dikelasnya. Membuat Vita mendadak tergeragap "a..ah i.. iya. Gua Vita" jawabnya seraya membalas uluran tangan tersebut. Tatapan mereka sempat bertemu. Cukup lama. Hingga membuat jantung Vita berdetak tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us #Wattys2019
Teen FictionKatanya, Cinta tak pernah salah bukan? Ya, benar. Aku amat menyadarinya. Namun dapatkah kau membantuku menjelaskan mengenai beberapa hal yang kini tak sanggup ku utarakan? Mengenai rasa yang terlambat datang, pun mengenai kisah yang terlampau rumit ...