Bab 4

15 3 0
                                    

Apa yang kau harapkan dari cinta? Terkadang yang terlihat layak nyatanya tidak benar-benar layak, begitupun sebaliknya. Jadi biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya. Terburu-buru dalam hal cinta, hanya akan membuatmu terluka.

Ardi memasuki rumahnya dengan tampang tak bersahabat. Beberapa pelayan yang baru akan menyambutnya seketika terdiam. Mereka begitu memahami bahwa dalam keadaan seperti ini, tuan muda mereka tak menyukai kata-kata sambutan.

"per..misi tu.. tuan.. makan malam anda telah siap sedari tadi" seorang wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan berkata ragu. Ardi menggelengkan kepalanya. Dibandingkan dengan makan malam yang begitu kaku dan sepi dirumah ini, makan malam dirumah Vita terasa jauh lebih menyenangkan. Meski makanan yang ada dirumah gadis tersebut terbilang sangat sederhana.

"aku sudah makan. kalian saja yang habiskan semuanya" jawab Ardi singkat. Ia melangkah gusar ke dalam kamarnya, merasa perlu menenangkan pikirannya yang kacau semenjak nama 'Richard' muncul dalam pikirannya. Satu-satunya pesaing yang bahkan tak dapat dianggap remeh. Dengan sedikit tak sabar ia meraih ponselnya, mencoba menghubungi Vita.

"halo?"

"halo"

"ini beneran kak Ardi? Akhirnya bisa ngomong kata 'halo' ? wah hebat banget!!!"

"lagi apa?"

"........"

"lo denger gak sih?"

"denger sih. Tapi kaget aja lu nanyainnya yang begituan"

"kangen"

"whaat?"

"kangen. Besok gua makan malam di rumah lo lagi ya. Jangan makan malam duluan sama cowok lain!"

"etdahh.. lo kira rumah gua warteg beneran kali ya. Gapapa deh. Itung2 gua ngamal. Ngasih makan ke yang lebih membutuhkan. Apalagi tadi negeliat muka lo yang seolah memuja banget makanan di rumah gua. Jangan-jangan lo gak pernah dapet makan yang layak ya selama ini? "

Sindiran yang dilontarkan oleh Vita tak lantas membuat Ardi tersinggung, ia justru tertawa terbahak-bahak mendengar pemikiran polos dari gadis tersebut. Dan untuk sesaat, emosinya terhadap Richard memudar.

"anggap aja seperti itu. Dan gua mau minta satu hal lagi"

"apa? Jangan bilang mau numpang tidur di rumah gua"

"bawa gua kedalam mimpi lo. Kalo bisa setiap malam"

*****

Tere menatap nasi goreng dihadapannya dengan tatapan puas. Meski hanya mampu memasak nasi goreng, namun kali ini ia berani menjamin bahwa nasi goreng buatannya tidaklah mengecewakan. Rio harus mencobanya, ia bahkan bangun pagi-pagi sekali demi menyiapkan bekal untuk kekasihnya tersebut.

Ya, tadi malam, Rio memberikan sebuket mawar merah kesukaan Tere seraya mengambil alih panggung di restoran yang mereka tandangi guna menyanyikan lagu 'perfect' nya Ed Shereen . Dan tatkala lagu tersebut berakhir, Rio dengan segenap hati menyatakan cintanya kepada Tere, yang tentu saja membuat gadis tersebut mau tak mau tersipu malu. ia tak menyangka bahwa Rio akan menyatakan cintanya dengan cara yang begitu romantis. Seluruh pengunjung restoran yang turut menyaksikan bahkan serempak bertepuk tangan kala Tere menerima pernyataan cinta dari lelaki tersebut.

"ngapain lo senyum-senyum sendiri sambil ngeliatin tu nasi goreng?" Febri, yang notabanenya adalah kakak tertua Tere menjitak pelan kepala gadis tersebut. Membuat Tere seketika terlonjak kaget.

"ah elo ganggu aja" Tere mengerucutkan bibirnya. Memandang gusar kearah kakanya yang tampan namun menyebalkan tersebut.

" gua baru tau lo bisa masak. Kok lo cuma buat satu? Buat guanya mana?" protes Febri tak terima.

About Us #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang