aku seperti berada di laut lepas dengan sebuah Sampan, aku harus terus mengayuh ke sebuah pulau harapan. di tengah perjalanan aku menemukan arus yang sangat kuat yang bisa membelokan arahku, dan aku baru menyadari, bahwa laut ternyata bisa membuatku tenggelam, bisa membuatku hanyut oleh arus yang tidak terlihat di permukaan. tapi aku harus tetap mengayuh sampanku. tak lama kemudian angin dan badai menghantamku. aku hampir kehabisan tenaga menerjang semua ini, aku sudah tidak tahu lagi arah tujuanku, karna aku telah terbawa jauh menyimpang dari arah yang aku pilih. bahwa pulau harapan yang inginku tuju sudah tidak ada lagi di kaki langit.
aku sudah tidak bisa kembali, bagai manapun aku harus mengayuh Sampanku jika tidak mau hilang dan terdampar di tengah lautan ini. aku tak tahu arah tujuanku, aku harus mengayuh sampai aku menemukan pulau lain, walapun sampai ajalku tiba. tak boleh aku terperangkap disini, perlahan demi perlahan tenagaku mulai habis, apalah arti hidup ini? berharap seseorang datang menghampiriku dan mendampingiku untuk menghadapi dunia ini?
terguncang oleh pemikiran pemikiran aneh ini, seperti ada kekuatan yang membantuku menjelajahi pelosok pelosok jiwaku yang belum aku kenal, kubiarkan arus kuat menyeretku pergi. akhirnya aku tiba disebuah pulau karena arus membawaku. aku memikirkan bahwa aku telah mendapatkan apa yang aku inginkan dan jauh melebihi dari semua impianku
kuperhatikan aku telah mengalami proses yang sama pada saat ini aku tidak punya kendali harus kemana lagi kupijahkan kakiku, aku seperti di dorong dorong untuk masuk mengikuti lorong panjang yang sangat gelap dengan menggunakan sebuah senter usang ini. menemukan hal hal yang tidak pernah kupikirkan selama ini;
sekarang aku mengerti mengapa arus mambawaku ke pulau itu, bukan ke pulau harapanku. mulai saat itu aku bukan lagi orang yang kehilangan arah saat ditengah badai, aku penuh energi, untuk menjalani hidupku. melakukan tugasku tanpa terhantu hantui oleh pikiran masalaluku.
aku terkejut dadaku tersesak di ranjangku, aku terbangun; ternyata semua itu hanyalah mimpi burukku. Aku mulai mengosongkan pikiranku sehingga aku bisa tidur kembali. aku dicekam oleh perasaan kosong. perasaan orang yang telah menulis isi hatinya yang harusnya disimpan saja di dalam hati. tapi sekarang aku harus menulis sebuah kalimat takdir.
aku tidak bisa tidur, mungkin jika badanku lelah aku bisa tidur nyenyak malam ini. kuputuskan untuk berjalan jalan sebentar bersama udara dingin yang menyelimuti. tiba tiba mata kami bertemu;
"aku sengaja lewat sini untuk bertemu denganmu, karena aku membawa Kabar untukmu tentang dita"
aku mendengar kata kata itu, dan tak tahu harus bilang apa, dia adalah teman lamaku, meri. aku tidak mengucapkan sepatah katapun, aku tidak boleh mengingat dia lagi. aku tidak ingin terjebak dari kutukan itu.
"aku hanya ingin memberitahumu bahwa dia baik baik saja, dan dia telah bahagia dengan kekasihnya yang baru. dia bahkan mungkin telah mencoba memberitahumu dengan caranya"
"kita bisa bicarakan masalah ini di warung kopi dekat sini."sahutku
"dengan senang hati kuterima tawaranmu"
kakiku gemetar jantungku berdegup kencang, aku hanya berjalan 20 meter dari tempatku berdiri ke arah warung kopi itu serasa pikiranku sedang melayang jauh, tapi aku harus bersikap seolah olah tidak ada apa apa. tapi kenapa aku ingin sekali berbicarakan tentang dita?
sampai lah aku dengan meri di sebuah warung kopi yang berada tidak jauh dari stasiun kereta api kebayoran lama. dan kami memesan dua cangkir kopi untuk menghangatkan badan kami yang sangat menggigil menahan dinginnya cuaca malam hari ini setelah habis diguyur hujan.
"aku ingin tau lebih banyak lagi tentang dia"~sahutku
"seperti yang kukatakan, dia baik baik saja. jangan kuatir"