02 : Become A Neighbor

20.5K 1K 32
                                    

Give me your vote and comment.

*****&*****

Diva menaruh kepalanya di pangkuan Dava sembari menonton salah satu acara tv. Mereka memang terbiasa menghabiskan malam minggu bersama-sama. Terdengarnya sangat romantis, namun pada nyatanya mereka seringkali bertengkar saat bersama.

"Div."

"Hm." Diva hanya bergumam.

"Lo gak malam mingguan sama Marco?" Dava terkekeh kecil setelah melontarkan pertanyaan itu. Diva hanya memutar bola matanya malas atas pertanyaan berupa ledekan dari Dava.

"Ngapain gue malam mingguan sama dia? Emang dia siapa?" Diva berucap sinis. Dava terkekeh lagi. Dia ingat betul jika Diva pernah menyukai Marco saat kelas sepuluh.

"Oh iya Dav, tumben rumah sepi. Gea gak kelihatan sliweran. Ethan dan Erlan juga gak kelihatan sejak tadi sore."

"Gea lagi sama Mama Papa deh kayaknya. Kalau Erlan sama Ethan paling lagi main ps di kamarnya."

Beberapa menit kemudian, suara Gea muncul di pendengaran mereka. Diva mendongak dan mendapati Gea sedang mendekat ke arahnya. Panjang umur sekali gadis itu karena muncul saat dibicarakan.

"Bang Vano, Kak Div, cepetan dandan. Kita mau ke pesta loh." Gea yang memakai gaun berteriak kencang. Dava menutup kedua telinganya karena merasa terganggu dengan suara kencang milik Gea.

"Pesta?"

"Iya, Rangga mengundang kita buat ke rumah barunya." Sinta yang muncul bersama Ray menjawab pertanyaan Dava.

"Aku gak ikut deh," ujar Diva.

"Jangan begitu dong, sayang." Ray memperingati anaknya.

"Dava ganti baju dulu. Yuk, Div!" Dava menarik kembarannya untuk pergi. Diva mau tak mau mengikuti Dava saja.

Tak lama, Dava dan Diva muncul kembali dengan pakaian yang sudah rapi. Ray dan Sinta tersenyum karena mereka berdua sangat kompak. Setelah lengkap, mereka semua keluar rumah. Dava mengerutkan dahi ketika orang tuanya meninggalkan mobil dan berjalan menuju gerbang rumah.

"Lah, kok gak pake mobil sih Ma?" Dava bertanya heran.

"Lebay bener dah lo Bang. Orang rumah barunya Om Rangga disitu." Ethan menunjuk rumah mewah yang ada di depan rumah mereka. Diva membulatkan matanya.

"Gue kan gak ngerti!" Dava berucap sewot.

"Jangan ribut lagi, oke?" Sinta yang mencium bau keributan langsung memperingati anak-anaknya.

*&*

Diva tak menyangka jika pestanya begitu ramai. Semua teman-teman Rangga dari berbagai kalangan diundang. Jadi, Diva melihat beberapa anak yang umurnya tak jauh darinya. Tetapi, Diva tidak tertarik untuk bergabung dengan mereka. Dia lebih tertarik untuk duduk sendirian sambil minum dan main ponsel di sebuah kursi yang ada disana.

"Hai Iva." Seseorang menyapa Diva. Gadis itu langsung mendongak. Di kursi depannya, terdapat sesosok cowok yang tak asing baginya. Dia adalah Marco yang tadi sempat dibicarakan Dava.

"Hai juga. Eh, kok lo disini?"

"Emang gak boleh ya?"

"Bu..bukannya gak boleh, cuma pengin tahu aja alasan kamu ada di pesta ini." Diva menjawab dengan gugup. Jantungnya juga mendadak bekerja tidak normal.

"Lo kan udah gak suka sama Marco. Jadi, please jantung gak usah bikin gue gugup." Diva membatin.

"Papa aku diundang dan Papa ajak aku ikut," jelas Marco yang langsung dibalas oh ria dari Diva. Setelah itu mereka saling diam. Diva sibuk dengan ponselnya dan Marco sibuk memperhatikan Diva.

The Mother's Friend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang